Robot Seks Dianggap Bisa Jadi 'Obat' Disfungsi Seksual

20 Juni 2019 7:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Boneka Robot Perempuan Foto: REUTERS/Albert Gea
zoom-in-whitePerbesar
Boneka Robot Perempuan Foto: REUTERS/Albert Gea
ADVERTISEMENT
Kisah Theodore Twombly yang jatuh cinta pada sebuah sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam film ‘Her’ bisa jadi bukti kuat kalau AI bisa memiliki peran besar dalam hidup manusia. AI sendiri sudah menjelma dalam berbagai wujud, seperti chatbot, asisten virtual, hingga robot seks.
ADVERTISEMENT
Potensi besarnya kebutuhan manusia terhadap AI itu juga disetujui oleh psikolog klinis, Dr. Marianne Brandon, terutama dalam seks yang bisa disalurkan lewat robot seks.
Dalam Simposium Penerapan Psikologi Kesehatan Mental Sosial Evolusioner yang digelar pada 4 Juni lalu, ia menyebut bahwa suatu hari nanti dokter akan menjadikan robot seks sebagai 'resep' kesembuhan bagi para penderita disfungsi seksual.
Disfungsi seksual sendiri adalah suatu penyakit yang menghalangi seseorang untuk memiliki hasrat seksual atau kesulitan mendapatkan kepuasan dalam kegiatan seksual.
Ilustrasi memegang penis Foto: derneuemann via pixabay
Kehadiran robot seks sendiri hingga saat ini masih terbilang sangat kontroversial. Banyak orang menganggap bahwa manusia silikon yang dibuat khusus untuk berhubungan seks itu adalah benda yang tidak memiliki nilai moral. Tapi tidak sedikit pula, yang menganggap robot seks bisa jadi solusi yang cukup bagus bagi sebagian orang yang benar-benar membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Brandon memprediksi bahwa ‘pengobatan’ robot seks untuk penderita disfungsi seksual ini bisa terwujud dalam 20 tahun mendatang. Diperkirakan saat itu, robot seks sudah dijual dengan skala besar dan dalam harga yang cukup terjangkau.
Meskipun kehadiran robot seks bisa membantu orang-orang yang berkebutuhan khusus, namun tentu saja ada potensi dampak buruk yang akan dirasakan oleh penggunanya. Adapun dampak negatif yang ia maksud ialah sebagai berikut.
Pembuatan robot seks di WMDOLL Foto: Aly Song/Reuters
Fantasi tentang pasangan yang ‘sempurna’
Robot seks hadir dengan wujud manusia berparas cantik atau tampan dengan postur dan lekukan tubuh yang indah serta kepribadian yang ramah sekaligus menarik. Ia adalah fantasi kesempurnaan dalam bentuk manusia silikon yang bisa menemani pemiliknya setiap saat.
Di samping kelebihannya membantu penderita disfungsi seksual, namun hal ini juga bisa berujung pada mindset seseorang tentang pasangan yang ideal. Seseorang akan memiliki standar yang lebih tinggi dalam mencari pasangan hidup dalam bentuk manusia dan sulit untuk mentolerir kekurangannya.
ADVERTISEMENT
Kurang memikirkan kebutuhan pasangan
Robot seks akan hadir untuk memenuhi fantasi seksual layaknya adegan panas di video porno. Tentu adegan aneh-aneh seperti itu hanya bisa memuaskan salah satu pihak saja, jika direalisasikan dalam hubungan seksual di kehidupan nyata.
Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau dilakukan dengan robot seks, karena mereka tidak akan komplain terhadap perlakuan pemiliknya. Hal inilah yang dikhawatirkan Brandon, jika ke depannya pengguna robot seks akan kesulitan untuk memberikan kepuasan pada pasangannya.
Boneka Robot Perempuan Foto: REUTERS/Albert Gea
Orang-orang akan kebingungan membedakan bagaimana cara berinteraksi dengan robot dan manusia sungguhan, baik dalam konteks seksual maupun sosial.
Berkurangnya populasi manusia
Jika fantasi sudah terlalu liar bersama robot seks, manusia tidak akan membutuhkan lagi intimasi dengan manusia lain. Kalau sudah begini, manusia akan lebih memilih untuk memiliki pasangan robot, alhasil muncul potensi berkurangnya populasi manusia.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, robot seks memang bisa menjadi suatu hal yang berguna bagi sekelompok manusia yang membutuhkan. Namun jika melihat lebih luas lagi, tidak dipungkiri kehadirannya bisa saja menghancurkan kehidupan manusia tanpa kita sadari.
Jadi, ya memang masih banyak pro dan kontra terkait kehadiran robot seks itu sendiri.