Serangan Cyber ke Indonesia Bikin Rudiantara Tidak Bisa Tidur

6 Oktober 2018 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkominfo Rudiantara (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menkominfo Rudiantara (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu target utama serangan siber dari berbagai negara. Menurut data situs web yang memantau serangan siber, Threatcloud, Indonesia masuk tiga besar negara yang sering mendapat serangan siber.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, juga mencatat Indonesia berada di urutan ketiga dalam daftar "top targets by country" dari serangan siber, tepat berada di bawah India dan Amerika Serikat. Di bawahnya ada Australia, Meksiko, Inggris, Brasil, Norwegia, Filipina, dan China.
Pria yang akbar disapa Chief RA itu memgaku khawatir dengan serangan siber. Ia selalu mengingatkan lembaga-lembaga yang memiliki infrastruktur teknologi vital, seperti pemerintahan atau perbankan, untuk selalu menjaga keamanan data.
"Setiap saat, setiap hari, saya memonitor apa yang terjadi pada serangan cyber. Saya cek setiap hari ada 10 ribu serangan. Kalau di situ dilihat indonesia menduduki nomor tiga. Ini yang membuat saya tidak bisa tidur. Bukan enggak bisa tidur, bisa, tapi tidak enak. Tapi saat ini kita punya institusi yang baru, yaitu BSSN. Itu membuat hidup saya dan kita lebih tenang dalam hal seangan siber," ungkapnya di kantor Kominfo, Jumat (5/10).
ADVERTISEMENT
Besarnya potensi serangan siber di Indonesia, Rudiantara mengakui dibutuhkan SDM yang memiliki kemampuan dalam mengatasi ancaman serangan tersebut. Sementara persaingan untuk mendapat SDM terbaik bidang teknologi sangat kompetitif.
Ilustrasi keamanan siber. (Foto: PixelCreatures via Pixabay.)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keamanan siber. (Foto: PixelCreatures via Pixabay.)
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kominfo membuat pelatihan yang mampu menciptakan talenta-talenta muda bidang teknologi melalui program Born to Protect. Program tersebut merupakan kerjasama Kominfo dengan perusahaan siber sekuriti, Xynesis.
Sejak awal tahun, Kominfo telah melakukan audisi secara online maupun langsung di sepuluh kota, diantara Jakarta, Bali, Bandung, Yogyakarta, Malang, Palembang, Makassar, Samarinda, Medan dan Manado. Hasilnya, terpilih 1.000 peserta yang memiliki kemampuan teknis tentang keamanan siber.
"Saat ini sudah ada 1.000 peserta program Born to Protect yang tersertifikasi. Kita harapkan mereka ini bisa menjadi cikal bakal SDM yang akan memproteksi negara kita dari serangan siber," ujar Rudiantara.
Ilustrasi keamanan siber. (Foto: TheDigitalWay (CC0 Public Domain))
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keamanan siber. (Foto: TheDigitalWay (CC0 Public Domain))
Menkominfo menambahkan program ini akan terus berjalan setiap tahunnya sebagai upaya pemerintah meningkatkan sumber daya manusia untuk industri digital. Ia juga menjelaskan lulusan program Born to Protect yang sudab memiliki sertifikat keamanan siber internasional tidak hanya akan bekerja pada Kominfo saja, tetapi dibebaskan untuk bergabung dengan sektor swasta.
ADVERTISEMENT
"Ini bukan program terakhir, masih ada keberlanjutannya. Mereka yang lulus tidak hanya buat Kominfo tetapi bisa digunakan oleh industri digital. Karena program upaya pemerintah yang terus meningkatkan sumber daya manusia untuk industri digital. Perangkat bisa kita beli, tapi masa' orang asing yang mengoperasikan perangkatnya," pungkasnya.