Siswa SMA Bobol Server Sekolah Satu Wilayah, Bikin Kelas Online Lumpuh

9 September 2020 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hacker Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hacker Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Layaknya hacker profesional, seorang siswa SMA di Miami-Dade, Amerika Serikat, berhasil meretas server sekolah di distrik tersebut. Hal itu ia lakukan supaya kegiatan kelas online berhenti.
ADVERTISEMENT
Tak disangka, upayanya berhasil dan membuat ia terbebas dari kegiatan belajar dari rumah. Siswa yang masih berusia 16 tahun itu hanya menggunakan program sederhana untuk membanjiri traffic jaringan server distrik sekolah di Miami.
Remaja itu diduga melakukan setidaknya 24 serangan siber. Upaya tersebut berhasil melumpuhkan, tidak hanya kelas online di sekolahnya, tapi semua sekolah di wilayah tersebut selama tiga hari berturut-turut.
Awalnya, anggota dewan guru sekolah dan masyarakat lainnya ragu bahwa servernya terkena peretasan. Mereka justru mempermasalahkan sistem pada platform belajar online, My School Online.
Itu adalah platform pemeriksaan dan pemantauan nilai dan kegiatan siswa yang dioperasikan oleh perusahaan teknologi pendidikan nirlaba, K12.
Akibat kenakalan itu, siswa tersebut pun telah ditangkap oleh pihak berwenang. Aksi peretasan yang dilakukan oleh remaja itu menimbulkan kekhawatiran  baru tentang keamanan siber di daerah tersebut.
Ilustrasi Hacker. Foto: Shutterstock
Para pakar keamanan memperingatkan bahwa pihak sekolah seharusnya bisa mengantisipasi dan menahan serangan serangan peretasan yang dilakukan siswa tersebut. Pelaku diduga menggunakan alat yang disebut Low Orbit Ion Cannon (LOIC).
ADVERTISEMENT
Menurut ahli, itu adalah software yang sangat mudah didapatkan oleh masyarakat luas dan sudah terkenal dapat digunakan untuk meretas situs web. LOIC adalah alat yang sama yang digunakan oleh kelompok peretas Anonymous untuk melumpuhkan perusahaan finansial seperti MasterCard, Visa, dan PayPal.
Program tersebut dirancang untuk mengganggu sistem dengan serangan yang dikenal sebagai 'distributed denial of service attack' atau serangan DDoS. Serangan ini pada dasarnya menggunakan banyak komputer secara acak untuk membanjiri situs web dengan paket data.
"Ini seperti jika kalian memiliki restoran dan 1.000 orang muncul tanpa reservasi dan tidak memesan makanan," kata Barrett Lyon, CEO Netography, sebuah perusahaan keamanan siber.
Ilustrasi Hacker. Foto: Shutterstock
Lyon mengatakan, penggunaan software LOIC yang sudah jadul saja setara dengan penggunaan alarm kebakaran di sekolah. Ia bilang, program LOIC tidak terlalu canggih untuk membuat serangan pada sebuah sistem.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah program point-and-click. Anda tidak harus memiliki tingkat kecanggihan yang tinggi untuk meluncurkannya, ”kata Mark Rasch, pakar keamanan siber dan mantan jaksa penuntut kejahatan siber federal AS.
Mark terkejut setelah mengetahui server distrik sekolah dapat diserang hanya dengan program LOIC. Menurutnya, program firewall jaringan komputer seharusnya dapat mendeteksinya.
“Sangat mudah untuk mencegahnya. Sekolah pasti sudah ketinggalan zaman dalam konfigurasi router mereka," tambahnya.