Tak Hanya Indonesia, Startup India Juga PHK Banyak Karyawan

29 Mei 2022 11:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi PHK Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi PHK Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mimpi buruk bagi startup atau perusahaan rintisan tak hanya terjadi di Indonesia. Startup di India sepertinya juga mengalami kondisi serupa. Dilaporkan Inc42, setidaknya ada 5.600 karyawan dari berbagai perusahaan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak awal 2022.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda fenomena itu disebut telah nampak sejak Desember tahun lalu. Tekanan pasar global hingga anjloknya pasar saham akibat pandemi menjadi titik awal dimulainya PHK massal India.
Karyawan yang mengalami PHK berasal dari perusahaan startup di sejumlah unicorn, termasuk perusahaan teknologi global berbasis di India, serta startup yang masih belia.

Startup teknologi paling terdampak

Pada awal April, digital startup berbasis pendidikan (edutech) Unacademy memberhentikan 1.000 karyawannya. Perusahaan startup teknologi lain, WhiteHat Jr. kehilangan 800 karyawannya yang tidak setuju untuk bekerja dari kantor (work from office) pasca penurunan kasus COVID-19.
Startup Vedantu, perusahaan di bidang Edutech juga merasa tertampar setelah sempat jaya di masa pandemi. Kasus COVID-19 yang terus melandai di India, membuat kebijakan sekolah daring tidak relevan diterapkan. Kebijakan itu membuat startup berbasis teknologi, seperti Vedantu tersungkur.
ADVERTISEMENT

Strategi buyback ESOP dan PHK

Perusahaan rintisan India di masa pandemi memiliki strategi untuk bisa mencari sumber pendanaannya. Selain PHK karyawan, fenomena buyback ESOP (Employee Stock Option Plan) juga marak terjadi sejak 2021.
Demi bisa beroperasi, banyak startup India lakukan strategi buyback ESOP. Terhitung lebih dari 420 dolar AS, berhasil dikumpulkan perusahaan-perusahaan itu sebagai sumber pendanaan. Swiggy, Unacademy, FirstCry, Zerodha dan 29 perusahaan startup lain, tercatat lakukan strategi itu. Terbukti, mereka mampu menghasilkan pundi-pundi uang lebih dari 355 juta dolar AS untuk karyawannya.
Tren buyback ESOP terus berlanjut hingga awal 2022. Kembali tercatat, ada 16 startup di India yang lakukan strategi itu dengan nilai sebesar 159 juta dolar AS.
Meski perusahaan-perusahaan itu berhasil mencari sumber pendanaan baru, namun tekanan ekonomi global memaksa mereka untuk melakukan perampingan karyawan guna bisa meningkatkan profitabilitas.
ADVERTISEMENT
Kasus PHK massal itu memberikan gambaran perlunya rencana matang perusahaan startup dalam mengantisipasi kegagalan pendanaan. Sebagai contoh kasus pada startup Trell, lebih dari 300 karyawan dirumahkan pada periode awal tahun ini. Beberapa karyawan menyebutkan perusahaan terlalu berfokus pada ekspansi produk baru, tetapi tidak melakukan pengembangan lebih matang pada produk yang telah ada.

Kesalahan strategi hingga perang Rusia-Ukraina

Menurut Vamsi Krishna, CEO dan salah satu pendiri Vedantu, fenomena PHK ini adalah salah satu dampak dari perang Rusia dengan Ukraina. Keadaan itu memunculkan dampak resesi hingga kenaikan suku bunga federal.
Kondisi yang tidak menguntungkan itu memberi efek domino terhadap tekanan inflasi dan pasar saham yang terus mengalami koreksi sangat dalam.
Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: shutterstock
Selain itu, sejak awal 2020, saat COVID-19 baru merajalela. Banyak karyawan telah di-PHK oleh beberapa perusahaan startup dan menyisakan karyawan yang dianggap sebagai ‘juru selamat’. Hingga perusahaan mencoba mencari pendanaan secara besar-besaran, berharap dapat bertahan di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, strategi startup itu tak mampu membendung keadaan ekonomi global yang terus terpuruk di masa pandemi. Belum lagi, banyak perusahaan yang telah mendapatkan dana dalam jumlah besar dan sempat langgeng di masa pandemi, harus menelan pil pahit saat ini, ketika kasus COVID-19 menurun.
Hal itu menunjukkan adanya siklus yang terus terjadi. Saat perusahaan terpuruk, akan mencari sumber pendanaan, kemudian dapat bertahan dan melakukan ekspansi, namun tidak diiringi pemikiran dan strategi matang. Jika hal itu masih terjadi, siklus PHK massal kemungkinan besar akan terus terjadi di masa mendatang.