Tanggapan Kominfo soal 230 Ribu Data Pasien Corona di Indonesia Dilaporkan Bocor

20 Juni 2020 14:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkominfo Johnny Plate. Foto: Kominfo
zoom-in-whitePerbesar
Menkominfo Johnny Plate. Foto: Kominfo
ADVERTISEMENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan tanggapan soal laporan bocornya 230 ribu data pasien COVID-19 di Indonesia dan dijual di situs forum internet. Kominfo membantah terjadi kebocoran yang berada di data center milik mereka.
ADVERTISEMENT
Menteri Kominfo Johnny G. Plate menjelaskan, pihaknya sudah melakukan penyelidikan soal kabar ada kebocoran data pasien COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, di Indonesia. Berdasarkan hasil penyelidikan, database dalam keadaan aman.
"Database COVID-19 dan hasil cleansing yang ada di data center Kominfo aman. Kami akan menelusuri berita tersebut dan koordinasi dengan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) yang membawahi keamanan data COVID-19," jelasnya dalam pesan singkat kepada kumparan, Sabtu (20/6).
Johnny juga memerintahkan tim Kominfo untuk memeriksa dan mengevaluasi data center yang dimiliki oleh Kementerian atau Lembaga pemerintah lainnya yang menyimpan data pasien COVID-19 di Indonesia.
"Kominfo akan berkoordinasi untuk mengevaluasi data center Kementerian dan Lembaga (K/L) lainnya yang terkait. Semoga di data center lainnya juga aman," terangnya.
Ilustrasi Hacker. Foto: Shutterstock
Untuk melakukan perlindungan data pemerintah yang lebih baik, Kominfo saat ini tengah menyiapkan Pusat Data Nasional Pemerintah. Infrastruktur yang sedang dalam tahap pembangunan itu akan mengintegrasikan data-data pemerintah dengan sistem keamanan yang berlapis dan memadai.
ADVERTISEMENT
Diharapkan pusat data tersebut akan mengamankan proses perpindahan data dari satu lembaga ke lembaga lainnya, serta memperkuat pertahanan data dan informasi nasional.
Sebelumnya, 230 ribu pasien COVID-19 di Indonesia dilaporkan bocor dan dijual di situs RaidForums. Di situs tersebut, pengguna dengan nama akun Data Shopping mem-posting halaman berjudul "indonesia covid-19 database" pada 18 Mei 2020. Dalam keterangannya, ia mengaku punya 230 ribu data pasien COVID-19 di Indonesia dalam bentuk MySQL, namun tidak menyebutkan harganya.
Akun Data Shopping juga sedikit memberikan spoiler atau bocoran data yang ia punya. Data pasien COVID-19 itu ternyata cukup lengkap. Dari yang dibocorkan terdapat sejumlah nama warga negara Indonesia dan asing yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pemantauan (PDP).
Data pasien COVID-19 di Indonesia yang diduga bocor Foto: Istimewa
Data-data tersebut terdiri dari tanggal laporan, status, nama responden, kewarganegaraan, kelamin, umur, NIK, telepon, alamat tinggal, resiko, jenis kontak, hubungan kasus, tanggal awal resiko, tanggal akhir resiko, hasil rapid test, PCR, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Menurut Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) Pratama Dahlian Persadha, bocornya data pribadi yang diduga terkait pasien COVID-19 cukup berisiko karena memuat alamat rumah dan statusnya.
"Ini cukup bahaya kalau tersebar dan berpotensi melanggar privacy pasien karena lengkap informasinya. Namun, masih harus dicek dari mana asal data tersebut, dari Kemenkes atau lembaga lain yang mengelola data COVID-19," jelasnya kepada kumparan, Sabtu (20/6).
Perlindungan data dan keamanan siber pada sistem pemerintahan di Indonesia, memang masih menjadi pekerjaan rumah yang berat. Utamanya karena faktor UU, porsi anggaran, dan budaya birokrasi. Perbaikan ke arah penguatan siber di tiga hal itu, akan membuat perlindungan data dan penguatan sistem elektronik bisa diaktualisasikan secara merata.
ADVERTISEMENT