Hari Belanja Online Nasional, Harbolnas, Warehouse Lazada, pesanan konsumen

Tantangan Industri E-Commerce dan Logistik di Masa PSBB

30 April 2020 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja mengemas barang pesanan konsumen saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018 di Warehouse Lazada Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/12). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mengemas barang pesanan konsumen saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018 di Warehouse Lazada Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (12/12). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Oleh: Ferry Kusnowo, Chief Customer Officer, Lazada Indonesia
Sejak terjadinya pandemi COVID-19 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di pertengahan Maret 2020 lalu, anjuran pemerintah terkait krisis global ini mengubah perilaku kita dalam menjalani keseharian. Apa yang kita jalani saat ini, mungkin tidak terpikirkan akan terjadi dalam waktu hanya satu bulan. Bekerja dari rumah, belajar dan berdiskusi melalui perangkat komunikasi, dan berbelanja segala hal melalui daring akan menjadi norma kehidupan baru setelah masa ini teratasi.
Kebiasaan baru ini menyebabkan pergeseran peran sejumlah jasa layanan. Seperti yang terjadi di berbagai negara, e-commerce dan jasa logistik termasuk dalam jasa layanan penting diperkenankan bahkan digalakkan untuk beroperasi secara normal karena pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi melalui dua layanan ini.
Dari segi konsumen –adanya layanan e-commerce dan pengiriman memberikan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari-- juga dari segi penjual dan personel logistic, PSBB mengharuskan mereka untuk mengubah cara kerja dan metode pengiriman yang selama ini dilakukan. Saat ini menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), di Indonesia terdapat sekitar 59,2 juta UKM dan hanya 3,8 juta yang sudah memiliki jejak di e-commerce. Melihat tren ke depan, pertumbuhan pedagang UKM yang mulai masuk ke e-commerce tampaknya akan mengalami tren naik di bulan-bulan ke depan.
Hal ini tentunya akan menimbulkan tantangan baru –kesiapan penjual untuk beradaptasi dengan sistem dan mekanisme online yang berbeda dengan sistem tradisional yang selama ini dijalankan; permasalahan mendapatkan pasokan bahan baku hingga memastikan pesanan pembeli dapat dipenuhi sesuai jadwal dan diantar tepat waktu.
Ilustrasi belanja online.
Di saat seperti ini, tentunya stok barang harus dijaga dan terawasi dengan baik agar tetap dapat memenuhi pesanan pembeli. Bagaimana stok disimpan dan diantar jika dalam kondisi PSBB tidak memungkinkan penjual untuk mengirimkan pesanan melalui jalur tradisional. Salah satu keunggulan ekosistem solusi hulu-hilir Lazada adalah fasilitas warehouse dan armada kurir yang terus memastikan layanan untuk konsumen tidak mengalami gangguan berarti.
Sejak PSBB diberlakukan, antisipasi terhadap tantangan yang menanti sudah dijalankan. Hambatan bisa terjadi di pihak penjual maupun proses pengiriman karena berbagai hal, antara lain:

Keterbatasan ketersediaan tenaga kerja

Selama masa pandemi COVID-19, peraturan pemerintah mengimbau unit usaha untuk melakukan pengurangan jam kerja bagi usaha-usaha non-esensial. Hal ini juga berimbas pada persiapan barang pesanan hingga pengiriman. Bagi penjual, kemungkinan berkurangnya tenaga yang membantu dalam mempersiapkan barang pesanan konsumen (mulai dari sortasi, pengepakan, hingga pencatatan).
Perusahaan logistik pun harus menerapkan jaga jarak fisik di lokasi, sehingga jumlah pekerja dalam satu ruangan tidak bisa seperti kondisi normal. Jadi dengan semakin banyaknya jumlah barang yang harus diproses namun dengan jumlah tenaga kerja yang tidak bisa sebanyak biasanya, mengakibatkan lebih panjangnya antrean untuk inspeksi dan sortasi serta proses pengiriman.
Biasanya menjelang hari raya, semua sektor jasa layanan akan menambah tenaga kerja untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan konsumen; yang saat ini tidak dapat dilakukan karena situasi yang tidak memungkinkan. Penjual sebaiknya memiliki kerja sama dengan perusahaan logistik yang memiliki fasilitas penyimpanan – sehingga masalah stok dapat terjaga – dan jasa layanan antara yang dapat mempermudah alur kerja mereka dalam situasi apapun.
Gudang Lazada Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Perusahaan e-commerce seperti Lazada yang memiliki fasilitas gudang dan armada pengiriman dengan jangkauan jaringan mitra mengambil alih masalah stok dan penyimpanan bagi penjual. Hanya dengan akses ke sistem dan teknologi, penjual dapat mengetahui kondisi stok barang mereka dan melakukan order perpindahan barangnya melalui sistem tanpa harus bergerak dan mengantarkan stok tersebut.
Demikian juga dalam proses pengiriman paket. Di gudang dan pusat sortasi Lazada, sesuai prosedur, seluruh area fasilitas termasuk kendaraan pengantar akan melalui proses disinfektasi dulu sebelum paket diantarkan ke tujuan masing-masing.

Pembatasan pergerakan intra dan antar daerah

Seiring dengan upaya mengurangi penyebaran pandemi COVID-19, pemerintah menetapkan pembatasan pergerakan antar daerah yang berakibat pada berkurangnya moda transportasi yang umumnya menjadi fasilitas pengiriman barang. Frekuensi penerbangan, kereta api, bahkan kendaraan antar kota menjadi lebih sedikit, sehingga proses pengiriman menjadi lebih panjang. Hal ini tidak hanya terjadi pada produk-produk jadi, namun juga dialami oleh penjual yang membutuhkan bahan baku untuk produksi mereka.
Di daerah-daerah tertentu, adanya pembatasan jam operasi menyebabkan melambatnya proses penjemputan dan pengiriman barang dari penjual hingga tiba di tangan konsumen.
Bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri biasanya merupakan masa-masa sibuk pergerakan orang dan barang baik secara domestik maupun internasional. Dengan peraturan PSBB baru yang menetapkan penerbangan komersial dihentikan sementara, proses perpindahan barang hanya dimungkinkan dengan pesawat kargo. Kemungkinan terjadi antrean dalam pengiriman sangat besar –terutama menuju area-area di mana perpindahan barang biasanya dilakukan melalui pengiriman pesawat komersial.
Keterlambatan penerimaan pesanan biasanya terjadi karena kendala jalur pengiriman. Setiap perusahaan logistik tentunya sudah memiliki jalur-jalur khusus, namun di kala ada situasi pembatasan pergerakan, otomatis akan terjadi kendala dan keterlambatan. Bila umumnya pengiriman paket dapat dilakukan tiga sampai empat kali dalam satu hari dengan menggunakan berbagai moda transportasi –misalnya dari Jakarta ke Manado, yang biasanya dalam sehari memiliki lebih dari 5 penerbangan langsung, saat ini pengiriman mungkin mengalami pengalihan jalur di mana harus antre slot di pesawat kargo, atau harus dikirim melalui Balikpapan atau Surabaya terlebih dahulu.
Gudang Lazada Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Perusahaan logistik dan e-commerce dengan end-to-end solution seperti Lazada terus memonitor situasi yang terjadi dan terus mencari jalan terbaik dalam mengatasi situasi ini. Komunikasi langsung ke konsumen dan penjual terutama di area di mana mungkin terjadi pengetatan pergerakan dilakukan secara terus menerus dan diperbarui setiap saat. Keterlambatan pengiriman selalu menjadi sorotan, dan hal ini tidak dapat dihindari dengan terbatasnya transportasi antar daerah.
Mengatasi tantangan dari dampak pandemi COVID-19 tentunya membutuhkan kolaboratif kemitraan dari segala sektor. Dampak ini dirasakan langsung oleh semua orang, tanpa kecuali. Bagi Lazada, pemenuhan kebutuhan konsumen dan kelanjutan bisnis penjual merupakan prioritas.
Perubahan yang terjadi saat ini akan menjadi hal yang biasa dalam waktu dekat dan Lazada yakin kerja sama dan kolaborasi erat dengan semua pihak, dampak sosial dan ekonomi pandemi ini dapat diminimalisir agar kita dapat segera bangkit kembali.
***
Ferry Kusnowo adalah Chief Customer Officer di Lazada Indonesia; e-commerce dengan ekosistem hulu-hilir lengkap yang menyediakan jasa logistik dan pengiriman oleh armada tersendiri. Dengan dua puluh tahun pengalaman di industri ritel, kesehatan, perbankan, manufaktur, hiburan bahkan sektor publik, Ferry menghabiskan 10 tahun di perusahaan ritel terkemuka Walmart dan dengan pengalaman kerja di Amerika Serikat, Inggris, Swiss, dan China sebelum kembali ke tanah air tahun 2018 lalu.
Ferry Kusnowo, Chief Customer Officer di Lazada Indonesia. Foto: Dok. Lazada
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten