Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Firma riset pasar TrendForce, pada awal Februari 2020 mengeluarkan laporan mereka yang memprediksi bahwa virus corona akan membuat produksi smartphone global turun sebesar 12 persen ke angka 275 juta unit.
Perusahaan smartphone asal China pun akan mengalami dampak negatif yang terbesar, beserta vendor di luar China yang menempatkan pabrik mereka di negara tersebut.
"TrendForce menurunkan perkiraan produksi smartphone 2Q20 (kuartal pertama 2020) menjadi 12 persen dari tahun ke tahun, dengan 275 juta unit yang diproduksi, yang merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir," ungkap TrendForce, dalam pernyataan resmi pada 10 Februari 2020.
Prediksi yang dibuat oleh TrendForce didasari investigasi mereka terhadap tiga faktor. Pertama, sifat padat karya dari industri smartphone; kedua, keterlambatan China dalam melanjutkan produksi hingga 10 Februari dan kontrol perpindahan penduduk; dan terakhir, berkurangnya minat publik untuk membeli perangkat baru.
Dalam perhitungan TrendForce, Huawei akan menjadi produsen yang mengalami dampak penurunan produksi terbesar sebanyak 15 persen menjadi 42,5 juta unit. Disusul oleh Vivo dengan penurunan 15 persen ke 1,5 juta unit, Oppo yang turun 14 persen menjadi 2,4 juta unit, dan Xiaomi yang turun 10 persen ke angka 2,47 juta unit.
Virus corona SARS-CoV-2 juga akan mengganggu brand dari negara lain yang menempatkan pabriknya di China. Apple, misalnya, yang memproduksi hampir semua iPhone keluaran terbaru di kota Zhengzhou, diprediksi akan mengalami penurunan produksi sebesar 10 persen menjadi 41 juta unit.
Apple sendiri mengakui bahwa virus corona membuat produksi mereka turun.
"Pekerjaan (produksi dan penjualan) mulai dilanjutkan lagi di China, tapi prosesnya berjalan lambat untuk kembali ke kondisi normal dari yang telah diperkirakan sebelumnya,” kata Apple, dalam pertemuan bersama investor pada 18 Februari 2020, dilansir NBC News.
Adapun Samsung menjadi produsen smartphone yang paling sedikit menerima dampak terkait virus corona. Sebab, perusahaan asal Korea Selatan itu memusatkan produksi perangkatnya di India dan Vietnam. Meski demikian, karena beberapa komponen dihasilkan dari China, TrendForce memperkirakan bahwa produksi smartphone Samsung juga akan turun 3 persen ke angka 71,5 juta unit.
Pabrik manufaktur smartphone tutup
Penutupan pabrik manufaktur menjadi salah satu alasan terbesar produksi smartphone global diperkirakan turun. Menurut firma riset pasar Counterpoint, terganggunya rantai pasokan komponen smartphone dari produsen peralatan asli (original equipment manufacturer/OEM) membuat penjualan smartphone pada kuartal pertama 2020 bisa turun hingga 6 persen.
“Kami memprediksi pertumbuhan negatif pada Q1 dan Q2 2020, baik di pasar smartphone China dan global. Beberapa merek smartphone memiliki pabrik di Wuhan, dan provinsi Hubei,” ungkap Research Director Counterpoint, Tom Kang, dalam laporan yang dipublikasi pada 13 Februari 2020. “Beberapa OEM China sudah mengalami kekurangan dalam beberapa komponen. Jadi penjualan global dapat menunjukkan pertumbuhan negatif 5-6% pada Q1,” sambungnya.
Kang menambahkan, pihaknya semula memprediksi bahwa pasar smartphone global di tahun 2020 akan tumbuh dibanding tahun 2019. Namun, karena gangguan yang disebutkan tadi, Counterpoint merevisi prediksi mereka dan menyebut bahwa pasar smartphone tahun ini akan landai.
Firma riset International Data Coporation (IDC) juga menyebut bahwa gangguan rantai pasokan menjadi masalah utama industri smartphone di tengah wabah virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 (corona virus disease 2019)
Menurut market analyst IDC, Risky Febrian, sebagian besar manufaktur smartphone dan komponennya berada dalam area yang terdampak virus corona. Dia juga berkata bahwa IDC melihat adanya penurunan aktivitas produksi dari sebagian besar manufaktur, khususnya yang berada di sekitar kota Wuhan dan provinsi Hubei, episentrum pertama virus tersebut.
“Tentunya kami masih harus mengikuti perkembangan coronavirus ini lebih lanjut, karena jika kondisinya tidak membaik hingga akhir bulan ini, dapat dipastikan akan memberikan dampak yang jauh lebih besar ke rantai pasokan industri smartphone dan komponen secara global,” kata Risky kepada kumparan, pada 14 Februari 2020.
Industri manufaktur di China sebenarnya telah mulai beroperasi sejak dua minggu lalu, menurut laporan Global Times. Meski demikian, karena lalu lintas ditutup dan angkutan umum masih belum beroperasi dengan normal, para karyawan yang berada di luar kota setelah merayakan tambahan liburan Tahun Baru Imlek masih belum dapat kembali ke pabrik untuk bekerja.
Adapun gangguan virus corona bagi produksi smartphone di Indonesia tampaknya kurang relevan. Menurut Risky, hal ini disebabkan oleh aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mewajibkan vendor smartphone memproduksi smartphone 4G mereka secara lokal di Indonesia.
Operasional sejumlah perusahaan smartphone di Indonesia, juga terganggu akibat virus corona. Petinggi salah satu perusahaan smartphone China yang ada di Indonesia, mengatakan bahwa koordinasi mereka terganggu lantaran ada para petinggi dan direksi asal China, yang belum bisa masuk ke Indonesia. Para petinggi dan direksi ini sebelumnya mudik ke China saat momen Tahun Baru Imlek, dan mereka belum kembali hingga pertengahan Februari 2020.
"Ini mengganggu koordinasi dan secara tidak langsung juga ganggu operasional. Karena, orang-orang decision maker ini tidak ada di Jakarta. Mereka masih di China," kata sumber kumparan pada awal Februari lalu.
Ganggu peluncuran smartphone
Selain mengganggu produksi dan penjualan smartphone, virus corona juga menjadi biang keladi dibatalkannya sejumlah acara pameran teknologi besar dunia. Salah satu contohnya adalah gagal diselenggarakannya pameran telekomunikasi Mobile World Congress (MWC) pada tahun ini.
MWC 2020 rencananya diselenggarakan di Barcelona pada 24-27 Februari 2020. Pameran ini adalah acara yang penting bagi industri telekomunikasi global, di mana perusahaan teknologi, seperti vendor smartphone dan telekomunikasi mobile, menjadikan acara ini sebagai ajang pamer produk dan inovasi terbaru mereka.
Pembatalan MWC tahun ini setidaknya berdampak bagi Xiaomi, Realme, dan Oppo. Sebabnya, ketiga perusahaan smartphone asal China itu berencana merilis perangkat flagship terbaru mereka di acara tersebut.
Xiaomi, misalnya, pada awalnya berencana merilis smartphone Mi 10 dan Mi 10 Pro pada 23 Februari 2020 di Barcelona, Spanyol. Namun, karena ancaman virus corona, mereka kemudian merilis kedua smartphone itu lebih cepat via live streaming di media sosial Weibo, 13 Februari 2020. Xiaomi benar-benar menggelar peluncuran secara online, tanpa mengundang media massa atau blogger atau YouTuber.
Langkah Xiaomi kemudian diikuti oleh Realme. Pada 24 Februari lalu, mereka merilis flagship teranyarnya, X50 Pro, melalui live streaming di channel YouTube perusahaan. Padahal, pada awalnya smartphone itu dijadwalkan rilis pada MWC 2020 di tanggal yang sama, sekaligus menjadi penampilan perdana mereka di acara tersebut.
Oppo menjadi vendor smartphone terakhir yang mengubah metode dan jadwal peluncuran mereka akibat ancaman virus corona. Perusahaan menyebut bahwa mereka bakal merilis duo Find X2 teranyar mereka pada 6 Maret 2020 via live streaming. Sebelumnya, smartphone flagship tersebut dikabarkan rilis pada 22 Februari 2020, menjelang acara MWC 2020.