WhatsApp Uji Coba Fitur Pendeteksi Link Mencurigakan

Ilustrasi Whatsapp (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Aplikasi pesan instan WhatsApp sering kali digunakan untuk menyebar berita palsu atau hoax. Beberapa pesan hoaks bahkan menambahkan link atau tautan yang mengarah ke situs yang mengandung program jahat atau malware.

Salah satu contoh kasusnya adalah pesan berantai berisi tautan palsu dengan yang rayuan voucher belanja gratis dari salah satu produk, yang terjadi pada Mei 2018 lalu.

Agar pengguna tidak terjebak dengan link palsu dan terhindar dari aksi kejahatan siber, WhatsApp berusaha mengembangkan fitur yang mampu mendeteksi tautan situs web yang mencurigakan.

Dilansir Android Authority, fitur yang dilaporkan bernama "Suspicious Link Detection" ini akan menandai situs web yang dicurigai dengan label peringatan merah. Kemampuan baru ini sedang dites dalam aplikasi WhatsApp versi 2.18.206.

Ilustrasi Whatsapp (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Ketika pengguna menerima link yang mencurigakan, fungsi baru ini akan aktif dan menandai link dengan peringatan berlabel merah. Ketika pengguna tetap kekeh menekan tautan tersebut, sebuah jendela peringatan kedua akan muncul.

“Tautan ini mengandung karakter yang tak biasa. Ia (tautan) mungkin mencoba tampil sebagai situs lain,” bunyi pesan peringatan ketika link ditekan.

Meski sudah ada peringatan, pengguna masih bisa lanjut membuka link tersebut sesuka hati, tentu dengan risiko ditanggung pengguna.

Menurut WABetaInfo, setiap kali WhatsApp menganalisis tautan yang pengguna terima atau bagikan untuk menentukan ia berbahaya atau tidak, tidak data yang dikirim ke server perusahaan.

WhatsApp belum memberikan keterangan resmi tentang fitur terbarunya yang sedang dalam pengujian ini. Ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan, seperti definisi WhatsApp tentang tautan situs web yang mencurigakan.

WhatsApp Juga Perang Lawan Hoax

Selain pendeteksi link mencurigakan, WhatsApp juga tengah berjuang melawan berita palsu dengan berbagai cara. Upaya terakhir yang sedang mereka coba adalah membayar peneliti untuk mempelajari bagaimana penyebaran berita palsu di aplikasinya.

Hal tersebut dilakukan setelah pemerintah India mengkritik layanan WhatsApp atas perannya dalam menyebarkan informasi palsu di negaranya. Bahkan informasi palsu di WhatsApp mengakibatkan terjadinya serangkaian kasus kekerasan yang mematikan di India.