5 Alasan Mengapa Masyarakat Baduy Kini Enggan Dikunjungi Wisatawan Lagi

8 Juli 2020 10:51 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seba Baduy. Foto: Antara/Asep Fathulrahman
zoom-in-whitePerbesar
Seba Baduy. Foto: Antara/Asep Fathulrahman
ADVERTISEMENT
Pada Senin (6/7), masyarakat Suku Baduy melayangkan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo agar menghapuskan kawasan adat Baduy sebagai destinasi wisata dan menggantinya sebagai cagar budaya. Keputusan tersebut dicetuskan oleh Lembaga Adat Baduy dalam pertemuan di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
ADVERTISEMENT
Dalam surat terbuka tersebut juga berisi permohonan agar pemerintah dapat membantu menghapus citra satelit yang ada pada mesin pencarian google atau menjadi restricted area. Ada beberapa alasan mengapa akhirnya Suku Baduy meminta beberapa permintaan tersebut.
Berikut kumparan rangkum lima alasan Suku Baduy kini enggan dikunjungi wisatawan:

1. Kuatnya Arus Modernisasi yang Dibawa Wisatawan

Area parkir di kampung wisata Baduy. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Suku Baduy melihat bahwa tantangan melawan kuatnya arus modernisasi yang dibawa para wisatawan dianggap terasa semakin berat bagi para tokoh adat, dalam menanamkan aturan adat yang berlaku. Hal ini juga akhirnya membuat para tetua adat khawatir akan runtuhnya tatanan nilai adat pada generasi berikutnya.

2. Banyak Pedagang dari Luar Baduy yang Berdatangan

Sejumlah warga beraktivitas di Kampung Baduy Luar, Lebak, Banten. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Mulai banyaknya pedagang yang masuk ke Baduy juga menjadi alasan masyarakat ingin agar wilayah mereka tetap tertutup. Saat ini, banyak pedagang dari luar Baduy yang berdatangan ke dalam, sebagian besar menjual produk makanan dan minuman kemasan plastik, sehingga mendatangkan persoalan baru.
ADVERTISEMENT

3. Tercemarnya Lingkungan Baduy Akibat Ulah Wisatawan

Warga menyeberangi jembatan di Kampung Baduy Luar, Lebak, Banten. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Tak hanya para pedagang, terlalu banyaknya wisatawan yang datang ke Baduy pun membuat banyak dari mereka tidak mengindahkan dan menjaga kelestarian alam. Banyak sampah plastik yang akhirnya dibuang sembarangan sehingga mencemari lingkungan Suku Baduy.
Hal inilah yang akhirnya membuat banyak tatanan dan tuntutan adat mulai terkikis dan tergerus oleh persinggungan tersebut.

4. Banyak Wisatawan Mengambil Foto Suku Baduy Secara Diam-diam

Warga Baduy melintas di Kampung Baduy Luar, Lebak, Banten. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Wisatawan yang makin banyak berkunjung ke wilayah Baduy membuat berbagai area yang ada di sana pun akhirnya terekspose. Padahal, banyak area di sekitar wilayah Baduy yang disucikan.
Oleh karena itu, masyarakat Baduy meminta agar foto-foto di wilayah Baduy yang disucikan dapat dihapus dan dijaga agar tidak tersebar.
ADVERTISEMENT

5. Terusiknya Ketenangan Suku Baduy

Tetua masyarakat Baduy, Jaro Saija. Foto: Antara/Mansyur Suryana
Masifnya eksploitasi wilayah Baduy yang disebarluaskan di media sosial juga akhirnya membuat masyarakat Suku Baduy mulai terusik. Terlebih, kawasan adat Baduy Dalam melarang keras masuknya modernisasi dan lekat dengan kesederhanaan.
"Ketenangan mereka terusik karena foto-foto kawasan Baduy yang menggambarkan aktivitas sehari-hari mereka sudah tersebar di internet. Bahkan orang-orang bisa dengan mudah mencari informasi tentang Baduy di internet," ungkap Jaro Saidi, salah satu Pemangku Adat di Baduy, Banten, kepada kumparan.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Saksikan video menarik di bawah ini: