Heritage Seba Baduy

7 Fakta Unik Tradisi Seba Baduy yang Perlu Kamu Tahu

13 Maret 2020 10:45 WIB
comment
91
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam berjalan bersama dalam melaksanakan tradisi Seba Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam berjalan bersama dalam melaksanakan tradisi Seba Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Nama tradisi Seba mungkin tidak sefamiliar masyarakat yang menjalankannya, Urang Kanekes atau yang lebih populer dikenal sebagai Baduy. Walau begitu, tradisi Seba ini berhasil menarik perhatian banyak masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tradisi turun-temurun tersebut kini bahkan tak lagi sekadar jadi ritual belaka. Tetapi juga menjadi sebuah event yang dinanti-nanti kehadirannya. Karena kamu bisa langsung melihat sendiri seperti apa masyarakat Baduy yang masih bertahan dengan kearifan lokalnya di tengah arus modernitas yang kencang.
Nah, kali ini, kumparan telah merangkum tujuh fakta unik soal tradisi Seba Baduy yang perlu kamu tahu. Simak ulasannya berikut.

Dilaksanakan Setahun Sekali

Festival Seba Baduy 2019. Foto: Kemenparekraf
Tradisi Seba Baduy merupakan sebuah ritual adat yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Tradisi yang diturunkan dari nenek moyang Orang Baduy atau yang dikenal pula sebagai Urang Kanekes ini diadakan setahun sekali.
Seba Baduy biasanya dilaksanakan setiap tahun setelah prosesi puasa selama tiga bulan (Ngawalu) dan berbagi pada saudara serta keluarga (Ngaraksa) selesai dilakukan. Dalam kesempatan ini, seluruh masyarakat Baduy, terutama para pria akan ikut serta turun gunung menuju kota dan menghadap penguasa daerah atau Penggede.
ADVERTISEMENT
Di masa kini, orang-orang yang dimaksud sebagai Penggede, baik Ibu Gede maupun Bapak Gede adalah orang-orang yang menjabat di roda pemerintahan, seperti bupati dan juga gubernur. Sebab, Suku Baduy tinggal di kawasan Lebak, maka pemimpin daerah yang dituju adalah Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Tidak Memiliki Jadwal atau Tanggal Pasti

Seba Baduy. Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Berbeda dengan tradisi maupun atraksi wisata pada umumnya, Seba Baduy tidak memiliki tanggal pasti dalam penyelenggaraannya. Menurut penuturan Plt Kadispar Lebak Imam, masyarakat Baduy menggunakan kalender dan penanggalan yang berbeda dengan yang biasa kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat menentukan kapan Seba Baduy akan dilaksanakan, pemerintah setempat maupun Kemenparekraf mesti menunggu jadwal dari Puun atau tokoh adat. Jadwal Seba baru akan diketahui setelah Puun menerima wangsit dan menyampaikannya pada pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
“Nah, Baduy uniknya di situ. Jadi kita, pemerintah, tidak bisa menekan, harus tanggal sekian, bulan ini. Kita justru menunggu wangsit atau menunggu petuah dari Puun, menyampaikan ke pemerintah biasanya berbentuk surat,” ujar Imam.

Tradisi Penyerahan Hasil Bumi

Jaro Saidi Putra (kiri) menyerahkan hasil bumi kepada Gubernur Banten Wahidin Halim (kanan) saat acara Seba Baduy di Pendopo Gubernur Banten, di Serang, Minggu (5/5). Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Dalam bahasa Baduy, “Seba” berarti seserahan. Makanya enggak heran jika dalam acara ini, masyarakat Baduy akan turun gunung membawa serta hasil pertanian atau hasil bumi mereka. Mulai dari pisang, padi, durian, gula aren, dan palawija.
Seluruh hasil pertanian itu akan dibawa ke kota untuk diberikan kepada Penggede. Penyerahan seserahan ini juga menjadi cara mereka mewujudkan rasa hormat terhadap pimpinan-pimpinan di daerah sekaligus bersilaturahmi. Tradisi Seba juga memiliki arti bahwa Urang Kanekes mengaku sebagai bagian dari Republik Indonesia
ADVERTISEMENT

Sebagai Media Diskusi dan Penyampaian Wasiat

Ribuan warga Baduy acara Seba Baduy di Pendopo Gubernur Banten, di Serang, Minggu (5/5). Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Di luar fungsinya sebagai tradisi penyerahan hasil pertanian sebagai bentuk ucapan syukur dan silaturahmi, tradisi Seba Baduy juga dilengkapi penyampaian wasiat dari leluhur oleh tokoh-tokoh adat. Secara garis besar, wasiat yang disampaikan tidak akan jauh-jauh dari imbauan untuk menjaga lingkungan dan kelestarian alam.
Namun, dalam beberapa kesempatan, ada pula makna-makna lain yang terselip di dalamnya. Hanya saja karena tak disampaikan secara gamblang, tak semua orang dapat memahami wasiat tersebut.
Salah satu contoh adalah ketika terjadi Tsunami Selat Sunda pada akhir 2018 lalu. Kejadian itu rupanya telah ‘diramalkan’ masyarakat Baduy sejak jauh-jauh hari. Karenanya, setiap wasiat yang disampaikan Urang Kanekes pada bupati maupun gubernur akan selalu dijadikan catatan dalam mengambil sikap.
Infografis Keunikan Tradisi Seba Baduy Foto: Nadia Wijaya/kumparan

Dirayakan oleh Baduy Luar dan Baduy Dalam

Seba Baduy. Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Secara gaya hidup, Baduy Luar dan Baduy Dalam memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Masyarakat Baduy Luar cukup terbuka terhadap informasi dan teknologi. Mereka sudah mau mengenakan pakaian berwarna dan bergaya seperti kaus dan celana panjang.
ADVERTISEMENT
Baduy Luar juga sudah menggunakan teknologi, seperti ponsel atau listrik. Sementara Baduy Dalam masih benar-benar kekeuh dengan pendiriannya. Hidup tanpa teknologi modern.
Namun, dalam tradisi Seba Baduy, kedua komunitas Baduy ini akan berkumpul dan berjalan bersama dari Lebak menuju kediaman Gubernur untuk memberikan persembahan terbaik dari hasil bumi mereka.

Masuk ke Dalam 100 Calendar of Event (COE) Kementerian Pariwisata

Festival Seba Baduy 2019. Foto: Kemenparekraf
Tradisi Seba Baduy merupakan kearifan lokal yang menarik banyak perhatian, baik di kalangan wisatawan domestik maupun luar negeri. Makanya, enggak heran apabila event ini masuk dalam 100 Calendar of Event Kementerian Pariwisata Indonesia.
Selain bisa memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, terutama Baduy, pada dunia luar, masuknya Seba dalam 100 CoE juga jadi cara pemerintah setempat dalam melestarikan kearifan lokal. Di samping itu, kehadiran Festival Seba Baduy juga memberikan dampak positif bagi kondisi sosial serta ekonomi masyarakat di Lebak dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT

Diikuti Ribuan Orang Baduy

Ratusan Warga Baduy berjalan kaki menuju Pendopo Bupati Kota Rangkasbitung untuk mengikuti tradisi Seba Baduy di Lebak, Banten, Sabtu (4/5). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Karena menjadi sebuah acara wajib dalam budaya masyarakat Baduy, maka setiap kali tradisi Seba dilaksanakan, jumlah pesertanya dapat mencapai ribuan orang. Baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar akan berjalan kaki bersama, sambil membawa seserahan mereka.
Baduy Luar biasanya mengenakan pakaian hitam dengan ikat kepala berwarna biru. Sementara Baduy Dalam akan mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna putih.
Selain itu, Baduy Luar juga diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor, baik itu motor maupun mobil. Sebaliknya, Baduy Dalam tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor sama sekali. Menumpangi kendaraan bermotor berarti melanggar ketentuan dalam adat.
Seru dan menarik sekali, ya, fakta unik dari tradisi Seba Baduy ini. Kamu sudah pernah menyaksikannya?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten