Benarkah Masyarakat Sekarang Lebih Senang Traveling Daripada Belanja?

14 Agustus 2017 20:51 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisata Laut Labuan Bajo. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Wisata Laut Labuan Bajo. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sepanjang kuartal II tahun ini yang tercatat hanya mencapai 4,95 persen, naik tipis dibandingkan kuartal sebelumnya 4,94 persen, dinilai menjadi penanda melemahnya daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun, pandangan berbeda disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Ari Kuncoro. Menurut dia, kondisi tersebut merupakan gambaran adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia.
"Dengan bobot 55-60 persen dari GDP (produk domestik bruto), memang dinamika konsumen saat ini harus diperhatikan. Kalau kita lihat, kebutuhan konsumsi pokok seperti makanan, minuman, pendidikan dan kesehatan masih positif pertumbuhannya," kata Ari di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (14/8).
Menurut dia, yang cukup menarik dari data Badan Pusat Statistik adalah belanja peralatan elektronik dan kendaraan bermotor yang turun. Pembelian barang logam, komputer, dan elektronik hingga triwulan pertama tahun ini hanya tumbuh 3 persen, lebih kecil dibandingan periode yang sama tahun lalu sebesar 6 persen.
ADVERTISEMENT
"Jadi memang ada pengalihan belanja. Kemana? Ya ke leisure, masyarakat sekarang hobi jalan-jalan dan ini di-update di media sosial. Ini sekarang adalah sebagai lambang kemakmuran," kata Ari.
Menurut Ari, melemahnya pembelian barang elektronik dan kendaraan bermotor memang bukan karena masyarakat tak punya uang. Namun karena pendapatan tidak naik, harus ada yang dialihkan untuk memenuhi kebutuhan jalan-jalan.
"Tapi menariknya lagi, masyarakat jadi bekerja lebih lama, mencari tambahan pendapatan. Namun jadi makin stres. Obat stres apa? Ya tambah jalan-jalan. Sehingga terperangkap di ekuilibrium itu masyarakat sekarang," papar Ari.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Sri Soelistyowati, mengakui pertumbuhan konsumsi restoran dan hotel melonjak dari 5,43 persen menjadi 5,87 persen. Menurut dia, hal itu menunjukkan adanya pergeseran dari konsumsi pokok seperti pakaian ke leisure atau rekreasi.
ADVERTISEMENT
Dari catatan BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dinilai melambat lantaran konsumsi dari sisi makanan dan minuman, konsumsi pakaian, alas kaki, perumahan dan perlengkapan rumah tangga, transportasi hanya tumbuh tipis antara 0,03-0,17 persen.
"Memang terjadi shifting karena masyarakat memang lebih meningkat lebih ke sisi leisure tadi. Kalau kita lihat konsumsi rumah tangga pertumbuhan komponen rekreasi, resto dan hotel masih lebih tinggi dari triwulan sebelumnya," kata Sri.