Bintan Siap Terapkan Protokol Kesehatan untuk Sambut New Normal

10 Juni 2020 22:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan kolintaam renang terbesar se-Asia Tenggara di Bintan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan kolintaam renang terbesar se-Asia Tenggara di Bintan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bersama Banyuwangi dan Bali, Bintan kini tengah disiapkan sebagai pilot project penerapan protokol pariwisata dalam masa new normal. Untuk itulah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), menganggap sektor pariwisata di Bintan, Kepulauan Riau, sebagai salah satu destinasi yang siap menerapkan protokol kesehatan menyambut tatanan new normal.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Rizki Handayani, menjelaskan bahwa Bintan termasuk destinasi yang siap di buka, jika Singapura sudah membuka wilayah perbatasannya. Namun, untuk menghadapi hal itu, seluruh stakeholder pariwisata di Bintan harus benar-benar menyiapkan SOP dan pedoman kesehatan.
“Karena kita tahu di kawasan wisata Lagoi dan sekitarnya, SOP ini sudah diterapkan. Namun, kita perlu mempersiapkan standar kesehatan untuk menyambut wisatawan agar saat mereka datang merasa aman saat berwisata di Bintan,” ujar Rizki Handayani dalam webinar dengan tema, Usaha Pariwisata Berbasis Masyarakat di Bintan dalam Menghadapi Kondisi New Normal , Selasa (9/6).
Lebih lanjut, Rizki Handayani mengatakan bahwa pandemi COVID-19 memberikan dampak perubahan dari sektor pariwisata. Pertama dari segi market akan mengalami perubahan, baik dari segi kuantitas maupun dari segmen atau kualitasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum pandemi COVID-19, Menteri pariwisata sudah mencanangkan sektor pariwisata ke depan bertransformasi dan menekankan pada quality tourism. Lalu kedua adalah destinasi itu sendiri, di mana perubahan terlihat dari sektor atraksi, akses, dan amenitas.  
Treasure Bay Bintan Foto: Shutter Stock
Oleh karena itulah, ke depannya akan ada tiga skenario berwisata yang terjadi. Pertama, travel defense atau mereka yang berwisata tanpa memikirkan kondisi yang saat ini terjadi, yang penting mereka berwisata.
Kemudian travel phobia, di mana orang tidak mau ke mana-mana. Kemudian travel wise, yakni traveler yang sangat memperhatikan banyak aspek dan terutama protokol kesehatan.
“Untuk itu perlu SOP sebagai pedoman dalam pengelolaan destinasi wisata. Ada untuk subjeknya, yaitu protokol bagi pekerja, wisatawan, pengelola, hingga pihak ketiga dalam hal ini tour operator atau travel agent. Kemudian objeknya, di mana tidak hanya kebersihan, tapi juga memenuhi standar keselamatan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan Wan Ruddy Iskandar, menjelaskan bahwa Bintan saat ini sudah masuk dalam zona hijau. Hal inilah yang kemudian menjadi peluang untuk mengembangkan pariwisata di Bintan. 
Salah satunya adalah dengan mendorong sektor pariwisata di Bintan, terutama yang berbasis masyarakat Community Base Tourism (CBT) untuk segera bergerak.
“Kesiapan masyarakat menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Ketika dibuka namun masyarakatnya belum siap itu menjadi perhatian. Termasuk masyarakat di sekitar daya tarik wisata,” kata Wan Rudy di kesempatan yang sama.