Cerita Profesional Tour Guide di Bali saat Pandemi: Tak Ada Turis Sama Sekali

29 Oktober 2022 16:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Professional tour guide di Bali, Gigih R Cahyo. Foto: Instagram.com/gigihrc
zoom-in-whitePerbesar
Professional tour guide di Bali, Gigih R Cahyo. Foto: Instagram.com/gigihrc
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 memang sudah mulai melandai dan perlahan pariwisata dunia sudah mulai membangkit. Tidak terkecuali Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapi, rasanya tak adil kalau kita langsung membicarakan bagimana sekarang pariwisata ini sudah bangkit dan tanpa melihat bagaimana orang-orang yang merasa terdampak berjuang untuk hidup selama pandemi.
Cukup penasaran, bagaimana Bali saat pandemi melanda Indonesia bahkan dunia? Kenapa harus Bali? Karena Bali adalah salah satu destinasi wisata favorit para turis dari berbagai belahan dunia.
Professional tour guide di Bali, Gigih R Cahyo. Foto: Instagram.com/gigihrc
Ternyata, teman-teman tour guide di Bali juga merasakan bagaimana mereka harus bertahan saat pandemi COVID-19, karena tidak adanya turis yang datang ke sana.
Hal ini dibagikan secara langsung oleh Profesional Tour Guide di Bali, Gigih R Cahyo.
kumparan berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Gigih R Cahyo yang secara langsung menceritakan bagaimana keadaan dunia pariwisata dan Bali saat itu.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Keadaan Teman-teman Tour Guide di Bali saat Pandemi COVID-19?

Gigih R Cahyo merupakan seorang profesional tour guide di Bali untuk turis yang berbahasa Prancis. Tentu, dia sangat merasakan dampak pandemi karena tidak ada turis yang datang saat itu.
"Aku kebetulan pemandu wisata untuk orang berbahasa Prancis, karena airport ditutup waktu itu selama dua tahun lebih jadi enggak ada WNA sama sekali. Enggak ada visa turis sama sekali, jadi untuk wisatawan mancanegara ini bener-bener 0. Kecuali yang punya izin bekerja di sini," kata Gigih R Cahyo saat diwawancara oleh kumparan.
"Banyak di antara teman-teman yang akhirnya jadi kuli bangunan, sopir-sopir pariwisata itu akhirnya jadi kuli bangunan, jual nasi jinggo. Jadi, ya, parah, sih, saat pandemi itu," tambahnya.
Sejumlah turis asing berkeliling di kawasan Pantai Sanur, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
Meskipun tidak semua seperti itu, ia pun menambahkan terkadang tour guide ada yang pekerjaannya spesifik untuk turis asing tertentu.
ADVERTISEMENT
"Cuma, kerjaan kita ini kadang ada yang spesifik kalau kayak saya dari turis Prancis, ya, saya akhir jadi sopir domestik mau enggak mau. Karena kalau enggak dari mana lagi penghasilannya, dan background saya pariwisata," ujar Gigih.

Lalu, Kapan Bali Mulai Didatangi oleh Turis?

Ilustrasi glamping di Bali. Foto: Shutterstock
Ia pun menceritakan saat gelombang pertama COVID-19 sudah lewat dan perjalanan pariwisata mulai diperlonggar, saat itu juga turis domestik ada yang mulai datang ke Bali.
Namun, saat itu juga banyak traveler yang terbagi menjadi dua kubu, ada yang takut traveling dan ada juga yang tidak peduli dan memilih untuk staycation.
"Pas pandemi polanya agak geser dari yang tadinya jalan-jalan ke mana-mana jadinya staycation aja. Jadi hotel-hotel di Bali beberapa yang affordable hotel banting harga semua," pungkas Gigih.
Sandiaga Uno. Foto: Dok. Istimewa
Mulai awal 2021, sudah banyak turis yang datang ke Bali. Saat itu juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Indonesia, mulai mencanangkan Work From Bali (WFB).
ADVERTISEMENT
"Pas Pak Sandiaga Uno mencanangkan WFB aja dan itu mulai banyak, tuh. Anak-anak Jakarta yang sewa kosan mingguan, bulanan, mereka kerja dari sini," ungkap Gigih.
"WFB itu lumayan, sih, tapi enggak cukup juga ibaratnya itu cuma menghidupkan beberapa wilayah aja, kayak Canggu, Kuta, Seminyak," tambahnya.

Sekarang Pariwisata Bali Gimana?

"Pariwisata di Bali sekarang ramai banget. Kaya bedol desa udah, cuma ya itu sebenarnya bisa lebih ramai lagi. Tapi karena ada halangan tiket pesawat mahal jadi semuanya terhambat," kata Gigih.
Ramai sekarang ini, belum termasuk turis China. Karena seperti yang sudah diketahui hingga saat ini China masih kekeh menutup pintu perbatasannya.
"Jepang sama Korea udah buka, nah, cuma mereka masih agak takut. Jadi masih pelan-pelan. Kalau Eropa kayak bedol desa," ujar Gigih.
Ilustrasi Turis China Foto: Shutter Stock
Kalau dilihat ramainya Bali saat ini masih di sekitar 60-70 persen dibandingkan tahun 2019. Karena itu, negara-negara Asia Timur masih belum buka sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Karena penyumbang kuantitas yang besar-besar itu dari Asia Timur, karena mereka selalu traveling in group.
"Yang bus-busan dateng ini, kan, China, Korea, Jepang. Jadi kalau secara kuantitas kedatangan ini masih 60-70% karena China masih tutup total," pungkas Gigih.

Apakah Ada Perbedaan Pariwisata Bali Setelah dan Sebelum Pandemi?

Ritatkala Cafe Bali dengan pemandangan Gunung dan Danau Batur Kintamani. Foto: Instagram/@ritatkala.batur
Wanita yang telah menjadi tour guide sejak 2012 ini pun melihat perbedaan setelah dan sebelum pandemi. Salah satu contohnya adalah daerah Kintamani.
"Yang kelihatan banget itu ketika 2020 turis asing mati itu semua restoran prasmanan di Kintamani itu berubah konsep semua. Karena kalau restoran prasmanan doang itu enggak menarik turis domestik," ujar Gigih.
"Akhirnya mereka semua bikin kafe-kafe instagramable di kintamani. Sekarang turis domestik, tuh, suka ke sana. Nusa Penida juga dulu kurang ramai turis domestik karena effort banget, sekarang lebih ramah turis domestik, boat-nya bisa pulang hari," tambahnya.
ADVERTISEMENT

Destinasi Wisata Favorit Turis Asing?

Pantai Lovina, Bali. Foto: Pavel Mora/Shutterstock
Gigih menceritakan saat ia membawa turis asing biasanya turis tersebut akan melakukan trip selama 10 hingga 21 hari.
"Kalau 21 hari itu mereka biasanya bisa Jawa Bali atau Jawa Bali Lombok, atau Jawa Bali Gili. Jadi kita hampir setiap hari pindah hotel, dalam 2 minggu itu dapet semuanya," ujar Gigih.
"Misalnya pertama datang itu di Seminyak, semalam doang besoknya udah ke Banyuwangi untuk naik Kawah Ijen. Besoknya ke Pulau Menjangan, terus ke Lovina Bali Utara, Munduk, Bedugul, baru Ubud. Dari Ubud naik Gunung Batur terus ke Amed," tambahnya.

Destinasi Wisata di Bali yang Jadi Rekomendasi untuk Para Turis

Saat ditanya di mana rekomendasi destinasi wisata di Bali, Gigih sendiri bingung karena Bali memiliki banyak daerah yang punya ciri khas dari pemandangannya.
ADVERTISEMENT
"Karena masing-masing wilayah itu landscape-nya beda. Kalau Amed, kan, snorkeling, kalau buat orang Indonesia sih nganggepnya cuma desa nelayan gitu aja. Padahal underwater-nya bagus banget, ada snorkeling di situs kapal karam itu menarik banget, sih, menurut saya," kata Gigih.
Ia pun mengungkapkan kalau untuk destinasi wisata, kembali ke selera masing-masing. Kalau misalnya orang suka snorkeling itu mungkin bisa ke Amed, itu di Karang Asem, atau Pulau Menjangan.
"Waktu pandemi banyak banget influencer indonesia itu kayak Andrew White, Nana Mirdad ke Pulau Menjangan, sekarang turis domestik juga banyak yang mau ke sana," ujar Gigih.

Harapan untuk Pariwisata Bali

Professional tour guide di Bali, Gigih R Cahyo. Foto: Instagram.com/gigihrc
"Saya, sih, harapannya Bali bisa kembali 100% seperti sedia kala. Tapi masalah harga tiket pesawat, avtur, kelangkaan tenaga kerja di pesawat ini jadinya menghalangi itu semua," ungkap Gigih.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Gigih di balik harapannya itu perlu diketahui pariwisata seperti dua mata pisau. Bali juga harus siap dengan datangnya kuantitas sampah yang besar.
"Kalau mau balik ke sedia kala, Bali harus siap akan konsekuensi macet, sampah, hingga banyaknya turis yang datang. Itu pasti tiba saat pariwisata Bali kembali ke semula," ujar Gigih.