Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Cuma di Kuil Jepang, Wanita Bisa Gunakan Toilet untuk Bercerai
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kalau perceraian biasanya dilakukan di lembaga peradilan atau tempat lainnya, di Jepang para wanita justru bisa menggunakan toilet untuk bercerai lho.
Dilansir Procaffenation, Kuil Mantokuji di Prefektur Guna, menjadi tempat pengungsian para wanita Jepang yang tak puas dengan pernikahan yang mereka jalani.
Dijuluki kuil perceraian, tradisi unik ini telah ada sejak berabad-abad yang lalu.
Para wanita yang tak bahagia dan ingin bercerai dengan suaminya akan datang ke toilet yang ada di kuil ini. Sebelum menyatakan bercerai, mereka akan menuliskan keluh kesah dan pengalaman buruk mereka selama menjalani pernikahan.
Melalui secarik kertas itu pula, mereka akan menuliskan alasan mengapa ingin bercerai.
Memilih Toilet dengan Warna Berbeda
Setelah itu, mereka akan memilih dua jenis toilet dengan dua warna berbeda, yaitu hitam dan putih untuk mengabulkan doa.
ADVERTISEMENT
Jika seorang wanita ingin menceraikan suaminya, maka ia harus memasukkan kertas tersebut ke dalam toilet putih, yang berarti memutuskan hubungan dan memulai kembali dengan yang baru.
Sedangkan, bagi mereka yang ingin membuang nasib buruknya dan membuat hubungannya kembali dekat dengan sang suami, kertas harus dimasukkan ke dalam toilet berwarna hitam yang berarti mengeratkan hubungan.
Tradisi perceraian menggunakan toilet ini hadir dari sebuah konsep spiritualitas di Jepang, yang menyatakan Tuhan hadir dalam segala hal. Salah satunya toilet juga disebut dengan 'Kawaya No Kami' atau dewa yang memberikan kesehatan dan kesuburan pada manusia.
Kini, toilet tersebut tidak hanya digunakan untuk bercerai saja, tetapu juga untuk meminta disembuhkan dari penyakit dan permasalahan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dewa toilet banyak dikaitkan dengan kesehatan, kesejahteraan, dan kesuburan (karena hubungan antara kotoran manusia dan pertanian).
Dewa toilet telah dipuja dalam berbagai cara, termasuk dengan membuat persembahan, memohon dan menenangkan diri melalui doa, bermeditasi, dan melakukan beragam ritual lainnya.
Keyakinan ini telah ditemui dalam berbagai budaya modern dan kuno, mulai dari Jepang hingga Romawi kuno.