Cuma di Turkmenistan, Menyebut Kata Virus Corona Bisa Berakhir di Penjara

2 April 2020 15:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
National Independence Park Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
National Independence Park Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona memang jadi momok yang menakutkan bagi banyak warga dunia, tak terkecuali Indonesia. Setiap hari kata "Virus corona" atau "COVID-19" mampir di kehidupan kita. Baik melalui media digital, televisi, hingga media sosial.
ADVERTISEMENT
Beragam imbauan sesuai anjuran WHO pun dijalankan. Mulai dari rajin mencuci tangan selama 30 detik, physical distancing, hingga Work From Home. Langkah-langkah itu nampaknya dilakukan hampir di berbagai negara, kecuali Turkmenistan.
Alih-alih memberikan imbauan soal cara mencuci tangan yang baik, negeri pecahan Uni Soviet ini justru melarang penggunaan kata virus corona di negaranya.
Cara berbagai negara hadapi pandemi corona Foto: REUTERS
Dilansir Independent, Pemerintah Turkmenistan telah melarang media lokal maupun brosur informasi kesehatan menggunakan kata 'terlarang' tersebut. Mereka juga menyangkal keberadaan penyakit COVID-19 di negaranya.
Seperti diberitakan lembaga berita independen Chronicle of Turkmenistan, Departemen Kesehatan Turkmenistan telah menghilangkan kata virus corona dalam buklet tentang pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus yang mereka bagikan.
Menurut Radio Azatlyk, Pemerintah Turkmenistan juga telah menyiapkan agen rahasia untuk 'menguping' pembicaraan warganya. Apabila ada orang yang tertangkap basah membicarakan pandemi ini, mereka akan ditangkap oleh petugas polisi.
Presiden Turkmenistan Kurbanguly Berdymukhamedov Foto: REUTERS/David Mdzinarishvili
Jeanne Cavelier, Kepala Reporter Without Border (RSF) Eropa Timur dan Asia Tengah, mengatakan larangan menyebut virus corona membuat warga Turkmenistan dalam bahaya.
ADVERTISEMENT
"Penolakan informasi ini tidak hanya membahayakan warga Turkmenistan, tetapi juga memperkuat otoritarianisme yang dipaksakan oleh Presiden Kurbanguly Berdymukammedov," tulisnya dalam suatu pernyataan, seperti dilansir Independent.
Kota Tua Nisa di Turkmenistan Foto: Wikimedia Commons
Meski menyangkal keberadaan COVID-19, Pemerintah Turkmenistan juga kabarnya telah melakukan beberapa langkah pencegahan untuk menghentikan penyebaran virus.
Misalnya saja dengan membagikan tisu basah di kawasan ramai atau membuat pemeriksaan suhu tubuh di stasiun kereta. Mobilitas warga di dalam negeri juga dibatasi, khususnya orang-orang daerah yang berasal dari luar ibu kota.
Turkmenistan adalah negara terburuk di dunia untuk jurnalis, peringkat terakhir dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2019 RSF. Media lokal dikendalikan oleh pemerintah yang represif. Sementara itu, wartawan asing juga kesulitan masuk ke Turkmenistan karena dihalang-halangi.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!