kain cover.jpg

Enggak Cuma Batik, 5 Kain Tradisional Indonesia Ini Juga Memukau Dunia

14 Oktober 2020 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenun Sumba.
zoom-in-whitePerbesar
Tenun Sumba.
Jika berbicara tentang wastra Nusantara, pasti yang terlintas dipikiran langsung menyebut kata Batik. Tak salah memang, sebab Batik dikenal sebagai wastra Nusantara yang telah mendunia.
Batik juga ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Saking ikoniknya, batik kini menjadi cinderamata yang banyak diburu wisatawan dalam dan luar negeri saat liburan #DiIndonesiaAja.
Namun, sebagai negara kepulauan yang kaya akan budaya, nyatanya Indonesia tak hanya memiliki batik saja. Tersebar dari Sabang sampai Merauke, banyak wastra Nusantara yang tak kalah cantiknya.
Bahkan, wastra Nusantara ini juga telah mencuri perhatian masyarakat dunia. Tak jarang desainer Indonesia kini mulai memakai wastra Nusantara dari daerah lain untuk diperlihatkan kepada dunia.
Untuk itu, berikut kumparan rangkum lima kain tradisional Indonesia yang berhasil memukau dunia.
Kain songket.
Salah satu kain tradisional yang berhasil mencuri perhatian dunia adalah kain songket. Songket merupakan jenis kain tenunan tradisional Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei yang digolongkan ke dalam keluarga tenunan brokat.
Sebelum menjadi sehelai kain, songket ditenun dengan tangan menggunakan benang emas dan perak, yang menimbulkan efek kemilau nan cemerlang. Umumnya, songket dikenakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan dan acara budaya lainnya.
Saat ini songket banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti songket Palembang dan songket Minangkabau. Di luar Sumatera, kain songket juga dihasilkan oleh daerah-daerah seperti Bali, Lombok, Sambas, Sumba, hingga Makassar.
Motifnya pun beragam, mulai dari motif saik kalamai, buah palo, barantai putiah, barantai merah, tampuak manggih, salapah, kunang-kunang, api-api, cukie baserak, singkarak, silala rabah, dan simasam yang merupakan motif songket khas Minangkabau. Sedangkan motif songket Sumatera Selatan terdiri dari motif bungo intan, lepus pulis, nampan perak, dan limar beranti.
Saking indahnya, kain songket juga kini mulai dikenal dunia. Hal ini terlihat ketika desainer Adis Karim membawa kain songket untuk ditampilkan di Amerika Serikat pada 2019 lalu. Kala itu, Adis membawa 20 busana ready to wear dan couture untuk dipamerkan di Remarkable Indonesia Fair 2019 di Chicago dan Indonesia Fashion Show 2019 di Houston.
Proses pembuatan kain endek.
Selain pesona alamnya yang mempesona, Bali juga ternyata memiliki kain tradisional yang tak kalah memikat hati. Adalah kain endek, kain tenun yang mulai berkembang sejak tahun 1985 pada Pemerintahan Raja Dalem Watunegoro di Gelgel Klungkung, Bali.
Kain endek sendiri berasal dari kata 'Gendekan' atau 'Ngendek' yang berarti diam atau tetap. Hal ini karena ketika benang pembuatan kain diikat dan dicelupkan pada pewarna, benang tersebut warnanya tidak berubah atau orang Bali menyebutnya 'Ngendek'.
Saat ini ada beberapa motif kain endek yang mempunyai kegunaannya tersendiri. Misalnya motif patra dan encak saji yang bersifat sakral dan hanya digunakan untuk upacara keagamaan, sebab menunjukkan rasa hormat pada Sang Pencipta.
Selain itu, ada juga motif yang lebih menggambarkan nuansa alam yang biasanya dikenakan untuk kegiatan sosial atau dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Motif ini didominasi oleh flora, fauna, dan tokoh pewayangan yang muncul dalam mitologi cerita di Bali.
Menariknya, kain endek juga baru-baru ini kembali mencuri perhatian dunia setelah ditampilkan dalam fashion show yang diselenggarakan rumah mode ternama asal Prancis, Dior. Dari total 87 koleksi musim panas yang diperagakan, tampak terselip beberapa unsur kain tenun khas Bali, baik dalam bentuk pakaian maupun aksesori tas.
Tenun ikat NTT.
Tenun ikat merupakan kain tenun tradisional asli Nusa Tenggara Timur (NTT). Dinamakan tenun ikat karena kain ini dibuat dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal pada benang-benang lungsin yang biasanya telah diikat dahulu dan sudah dicelupkan ke pewarna alami yang terbuat dari akar pohon, serta dedaunan.
Dalam perkembangannya, tenun ikat NTT selalu mampu mengikuti arus modernisasi. Saat ini ada beberapa motif tenun ikat yang banyak ditemukan, seperti motif yang menampilkan legenda, mitos, flora, dan fauna.
Tak seperti kain lainnya, tenun ikat NTT didominasi oleh warna-warna yang cerah seperti warna merah, biru, hijau, kuning, hingga orange. Bahkan saking indahnya, tenun ikat juga mulai dipakai beberapa desainer Indonesia sebagai material utama mereka, seperti desainer Didiet Maulana yang membuat seragam pramugari Garuda Indonesia menggunakan tenun ikat NTT.
Kain tenun ikat NTT juga telah melenggang di Paris Fashion Week pada tahun 2018 lalu. Saat itu, desainer Indonesia Julie Laiskodat lewat lini busananya LeVico membawa 18 koleksi busana kain tenun NTT tampil di Paris Fashion Week yang bertempat di Le Grand Intercontinental Hotel, Paris, Prancis.
Kain tenun Sumba.
Selain Lombok, Sumba juga menjadi salah satu destinasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang kerap dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara saat berlibur #DiIndonesiaAja. Keindahan alam sabana yang ditawarkannya mampu memikat siapa saja yang datang ke sana.
Namun, selain alamnya yang mempesona, Sumba juga memiliki kain tradisional yang begitu menarik berupa kain tenun. Didominasi oleh warna-warna tanah seperti cokelat, pewarnaan kain tenun Sumba menggunakan bahan alami seperti akar mengkudu, serat kayu, hingga lumpur.
Setiap motif yang terdapat di kain tenun Sumba juga memiliki makna yang merepresentasikan budaya setempat. Misalnya saja motif kuda yang melambangkan kepahlawanan, keagungan, dan kebangsawanan, karena kuda merupakan simbol harga diri bagi masyarakat Sumba.
Kemudian, ada pula motif buaya dan ayam yang memiliki makna dan kehidupan wanita, biasanya hanya raja dan ratu serta kalangan terdekatnya yang memakai motif ini. Sedangkan motif yang lazim dijumpai lainnya seperti motif burung kakatua yang melambangkan persatuan.
Kain tenun Sumba juga berhasil mendunia lewat fashion show yang dihadirkan desainer Handy Hartono di Vienna Fashion Week pada 2018 lalu. Saat itu Handy menghadirkan deretan busana mewah lewat detail embroidery dan beading di atas kain tenun Sumba yang memesona.
Proses pembuatan ulos.
Beralih ke utara Sumatera, ada kain ulos yang tak kalah mencuri perhatian dunia. Ulos yang identik dengan kebudayaan Suku Batak di Sumatera Utara ini berfungsi sebagai sumber kehangatan, pelindung tubuh, simbol kasih sayang, simbol pemberian restu, dan penyaluran berkat.
Maka tak heran, jika ulos selalu dikenakan dalam berbagai acara adat Suku Batak. Dahulu, tak sembarangan ulos bisa digunakan oleh masyarakat umum, karena terdapat berbagai macam motif yang mengandung makna mendalam.
Namun kini, semakin berkembangnya zaman, ulos tak hanya dikenakan dalam acara-acara adat saja. Ulos saat ini bisa dikenakan oleh siapa saja, tak harus masyarakat Suku Batak.
Saat itu, KBRI Seoul membuka booth Pariwisata dan Kebudayaan yang menampilkan pakaian Carnaval Indonesia berkonsep budaya Batak Toba kontemporer. Desainer Alma Naibaho membawa baju yang terbuat dari ulos sadum berwarna ungu dan hijau dalam pameran ini.
Kain ulos memiliki beberapa motif yang cukup terkenal, seperti motif sibolang, ragi hidup, puncak, ragi huting, ulos lobu-lobu, mangiring, hingga bintang maratur. Warna ulosnya juga didominasi warna merah, putih, dan hitam.
Kini, wisatawan juga bisa belajar membuat ulos langsung ke desa wisata yang terdapat di sekitaran Danau Toba. Di antaranya seperti Desa Wisata Meat dan di Dusun Lumbantogatorop, Desa Papande, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Namun ingat, saat berkunjung ke desa wisata jangan lupa tetap memperhatikan protokol kesehatan, ya. Kamu wajib selalu mencuci tangan, membawa hand sanitizer, memakai masker, dan menjaga jarak dengan orang lain.
Gimana, langsung jatuh cinta dengan wastra Nusantara khas #DiIndonesiaAja yang mendunia? Koleksi kain tradisional apa saja yang sudah kamu punya?
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten