Gaet Turis Jepang, Desa di Bali Ini Hadirkan Tur Secara Virtual

24 September 2020 7:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wisatawan di Taman Budaya Garuda Wishnu Kencana Foto: Dok. Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wisatawan di Taman Budaya Garuda Wishnu Kencana Foto: Dok. Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Bali memang telah resmi menunda sementara waktu untuk menerima turis asing. Namun, sebuah desa di Bali ini mempunyai cara unik untuk menggaet turis mancanegara.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dilakukan oleh Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Desa ini memberikan tur wisata secara virtual bagi wisatawan Jepang.
Kepala Dusun Banjar Dinas Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Gianyar, Made Astawa mengatakan tur ini dijadwalkan berlangsung setiap Sabtu dan Minggu, selama masa COVID-19.
Desa Adat Penglipuran di Bali Foto: Instagram/Explorebali
"Sementara baru satu ada A2 Japanese Agent, kemudian ada satu agen lagi masih proses penjajakan dan karena masih satu agen dan spesial dari Jepang jadi tamunya yang ikut nonton juga dari Jepang. Dengan durasi sekitar dua sampai tiga jam," kata Astawa seperti dilansir Antara, Kamis (24/9).
Astawa menjelaskan dalam paket tur wisata secara virtual tersebut memperlihatkan aktivitas warga di pedesaan sehingga terlihat alami. Kemudian, aktivitas di persawahan, kegiatan kerajinan tenun dan belajar memasak masakan Bali.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tur wisata secara virtual tersebut akan dipandu oleh pemandu wisata yang ahli dalam bahasa Jepang.
Salah satu kelebihan tur virtual ini adalah memberikan ruang terhadap para wisatawan yang ingin berwisata ke Bali, namun tidak dapat mengunjungi lokasinya langsung, dan dapat menikmati kegiatan-kegiatan di pedesaan melalui virtual. Selain itu, memberikan kesempatan bagi warga untuk mengembangkan inovasi baru dalam hal teknologi dan menjadi ajang promosi pariwisata desa.
Sedangkan untuk kekurangannya ada di durasi waktu, karena tur wisata secara virtual tidak bisa berlangsung lama karena bisa membuat penonton cepat bosan. Untuk itu, masing pemandu wisata akan memandu tur wisata virtual satu sampai dua jam.
Ilustrasi wisatawan berlibur di Bali, Foto: Kemenparekraf
"Apalagi beberapa bandara masih belum buka untuk penerbangan, dan di Bali juga angka COVID masih tinggi sehingga agar tur wisata tetap jalan, maka kesempatan ini dibuka. Selain itu, waktu yang terbatas akan membuat tamu yang nonton penasaran dan suatu saat dibuka lagi kemudian mereka akan datang dan melihat langsung," ujar Astawa.
ADVERTISEMENT
Secara teknis tur wisata virtual ini akan berlangsung setiap Sabtu dan Minggu dengan mengambil rute dari rumah warga, kemudian menuju persawahan dan setelah itu menuju tempat tenun.
Astawa mengatakan satu prinsip yang dipegang teguh yaitu tetap menawarkan situasi pedesaan yang alami meskipun hanya virtual. Setiap Sabtu dan Minggu berjalan dengan konsep yang sama, namun kejadian alami setiap harinya pasti berbeda-beda.
Umat Hindu di Desa Penglipuran Menyiapkan Sajen. Foto: REUTERS/Nyimas Laula
"Yang kita lihat di jalan, yang kita lihat di sawah dan aktivitas di tempat tenun kemungkinan besar berbeda. Untuk agen Jepang A2 ini kita baru ada dua penawaran. 1 jam village tour dan 1 jam kelas memasak. Secara ekonomi tentunya yang langsung dapat kita nikmati. Yang pasti pemandu wisata dibayar dan kelompok tenun berupa donasi serta untuk desa kami terutama tenun saat ini dapat promosi gratis langsung dilihat oleh wisatawan Jepang," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan pada minggu pertama tur wisata ini terlihat dampaknya secara signifikan. Dari wisatawan Jepang sudah ada yang ingin melakukan pemesanan, dan menanyakan harga untuk kain tenun di Desa Pejeng Kangin.
"Meskipun sifatnya virtual tapi tidak menutup kemungkinan membawa dampak ekonomi kepada kami. Selain mendapat penghasilan di masa sulit ini walau pun kecil, yang jauh lebih penting adalah memperkenalkan desa kami ke Internasional,"pungkasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)