Gerakan Bale Nagi Jadi Ajang Promosi Wisata di Flores Timur

20 Januari 2020 9:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Larantuka, Flores Timur Foto: Dok. Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Larantuka, Flores Timur Foto: Dok. Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Gerakan Bale Nagi yang menjadi rangkaian ritual religi Semana Santa, di Larantuka Ibukota Kabupaten Flores Timur, menjadi salah satu cara untuk mempromosikan wisata religi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
ADVERTISEMENT
Festival ini akan dimulai pada 6 April 2020 dan puncak acaranya jatuh pada 25 April 2020. Acara itu bertujuan untuk mengajak orang-orang Flores Timur yang berada di luar Larantuka, pulang kampung saat Pekan Suci Semana Santa.
Hal ini tentunya diharapkan mampu menjaring wisatawan ke wilayah Larantuka di Flores Timur dan sekitarnya.
Peziarah Prosesi Semana Santa Larantuka. Foto: Antara/Kornelis Kaha
Ketua Pelaksana GBN Simon Lamakadu saat launching Gerakan Bale Nagi (GBN) menjelaskan, GBN merupakan frasa melayu Larantuka yang berarti pulang kampung.
“Bagi orang Flores Timur frasa ini memiliki arti khusus untuk mengajak masyarakat Flores Timur untuk mengangkat potensi wisata alam, budaya, dan wisata religi yang ada di daerahnya seperti hari paskah yang digelar perhelatan Semana Santa,” kata Simon seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima kumparan pada Senin (20/1).
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur Apolonia Corebima Foto: Dok. Kemenparekraf
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur Apolonia Corebima mengatakan, GBN merupakan sinergi antara diaspora yang ada di Luar Flores Timur.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, tahun lalu sudah digelar Festival Bale Nagi yang tujuannya untuk menjadi daya tarik baru bagi para peziarah. Ajang itu ternyata mampu menjaring wisatawan ke wilayah Larantuka.
"Biasanya wisatawan yang datang ke Larantuka saat Samana Santa hanya 1-2 hari. Semoga dengan digelarnya gerakan dan Festival Bale Nagi, lama tinggal wisatawan bisa semakin panjang mencapai 7 hari," kata Corebima.
Semana Santa atau Pekan Suci yang merupakan sebuah perayaan liturgi dan devosi umat Katolik di Larantuka Foto: Dok. Kemenparekraf
Nia sapaan akrab Apolonia Corebima juga menjelaskan, berbagai kegiatan telah disiapkan untuk menghadirkan atraksi bagi wisatawan. Mulai dari festival tenun ikat, kuliner lokal, dan berbagai kegiatan lainnya.
Kegiatan di festival itu bisa dihadiri sebelum mengikuti prosesi Semana Santa atau Pekan Suci, yang merupakan sebuah perayaan liturgi dan devosi umat Katolik di Larantuka.
Peziarah Prosesi Semana Santa Larantuka. Foto: Antara/Kornelis Kaha
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rizky Handayani, menambahkan setiap tahunnya, banyak wisatawan asing yang antusias mengikuti ritual rohani. Itu merupakan salah satu peninggalan bersejarah dalam kehidupan umat Kristen-Katolik tersebut.
ADVERTISEMENT
“Ratusan orang peziarah dari mancanegera hadir di Larantuka. Karena Semana Santa ini sudah ada sejak dahulu di Larantuka, prosesinya hampir sama dengan yang ada di Portugal. Jadi ini menjadi daya tarik wisata religi bagi wisatawan,” pungkas wanita yang akrab disapa Kiki itu.