Greenpeace: Kondisi Terumbu Karang di Kepulauan Spermonde Memburuk

1 Desember 2019 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi terumbu karang yang rusak di Pulau Barrang Caddi, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Foto: Dok. Greenpeace Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi terumbu karang yang rusak di Pulau Barrang Caddi, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Foto: Dok. Greenpeace Indonesia
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia yaitu sekitar 54.716 kilometer. Dianugerahi kekayaan laut yang melimpah, tak heran jika Indonesia punya potensi yang besar di bidang bahari.
ADVERTISEMENT
Beragam pantai yang cantik dan punya spot snorkeling terbaik berhasil menarik wisatawan untuk berkunjung setiap tahunnya. Tak hanya itu, Indonesia juga punya spot-spot diving dengan kecantikan terumbu karang yang telah diakui dunia, salah satunya di Raja Ampat dan Bunaken.
Scuba diving. Foto: Pixabay
Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kualitas kehidupan ekosistem pesisir dan laut Indonesia tengah mengalami penurunan karena berbagai tindakan merusak dan perubahan iklim. Salah satu contoh kerusakan terumbu karang terjadi di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan.
Dikutip dari keterangan resmi Greenpeace Indonesia, data LIPI memperlihatkan, kesehatan terumbu karang di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan dalam kondisi mengkhawatirkan. Marine Science Diving Club (MSDC) Universitas Hasanuddin yang melakukan pengecekan secara berkala setiap tahun juga merilis data serupa.
ADVERTISEMENT
Data MSDC pada 2018 menunjukkan tutupan karang hidup Pulau Barrang Lompo tercatat 40 persen (kategori sedang), Pulau Barrang Caddi sebesar 38 persen (kategori sedang), dan Pulau Samalona sebesar 30 persen (kategori buruk).
Olaraga menyelam atau diving. Foto: Shutterstock
“Hasil pengamatan yang kami lakukan di tiga pulau tersebut selama sembilan tahun terakhir memperlihatkan tren data kondisi tutupan terumbu karang di kepulauan Spermonde mengalami penurunan,” ujar Muhammad Irfandi Arief, Ketua MSDC Universitas Hasanuddin, dalam keterangan resmi yang diterima kumparan, Minggu (1/12).
Spermonde adalah contoh nyata dari lemahnya pengawasan dan penegakan hukum oleh pihak berwenang, sekaligus rendahnya kesadaran masyarakat,” ujar Afdillah, Jurukampanye Laut Greenpeace Indonesia. Menurut Afdillah, pemerintah harus segera turun tangan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah terjadi pada ekosistem bawah laut Kepulauan Spermonde.
Table coral juga memenuhi taman bawah laut Raja Ampat, Papua Barat. Foto: Muhammad Sri Dipo
Pasalnya, total nilai manfaat ekonomi ekosistem terumbu karang di perairan Spermonde terbilang besar, di mana berdasarkan beberapa penelitian berkisar dari Rp 30 juta hingga Rp 1 miliar per hektare per tahun.
ADVERTISEMENT
“Bila ekosistem Spermonde rusak parah, kerugian bukan hanya akan dialami oleh nelayan atau pelaku usaha perikanan. Pemerintah daerah juga bisa kehilangan potensi pemasukan dari sektor pariwisata,” tegasnya.
Greenpeace pun meluncurkan petisi #SaveSpermonde untuk meminta pemerintah, pusat dan daerah, mengambil langkah cepat penyelamatan kepulauan itu dari berbagai ancaman. Penyelamatan Spermonde ini diharapkan bisa menjadi titik awal dari tindakan serius untuk memulihkan dan menjaga ekosistem dan ruang laut nasional.
Tak hanya Spermonde, Karawang juga memiliki contoh nyata kerusakan ekosistem pesisir dan bawah laut. Sebuah sumur yang dikelola Pertamina Hulu Energi mengalami kegagalan operasional, sehingga minyak pun bocor tidak terkendali.
Tumpahannya menyebar hingga wilayah Kepulauan Seribu yang diketahui juga punya habitat bagi berbagai jenis terumbu karang. Tak ayal, kejadian tersebut juga dikhawatirkan bisa merusak ekosistem laut yang ada.
ADVERTISEMENT
Pertamina sudah mengumumkan keberhasilan menangani petaka tersebut. Namun, berdasarkan data pengamatan Greenpeace, tumpahan minyak kembali terlihat di pesisir pantai utara Karawang.