news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

IATA Tak Setuju Maskapai Penerbangan Kosongkan Bangku Tengah Saat Terbang

15 Mei 2020 9:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Physical distancing dalam pesawat Lion Air Group bertipe  Airbus A320-200 kelas bisnis Foto: Dok. Lion Air
zoom-in-whitePerbesar
Physical distancing dalam pesawat Lion Air Group bertipe Airbus A320-200 kelas bisnis Foto: Dok. Lion Air
ADVERTISEMENT
Untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi penumpang yang terpaksa terbang di masa pandemi, maskapai penerbangan mengosongkan bangku tengah (middle seat). Cara ini diklaim merupakan penerapan physical distancing di dalam kain pesawat.
ADVERTISEMENT
Mengosongkan bangku tengah sudah dilakukan berbagai maskapai penerbangan dalam maupun luar negeri. Dalam keterangan resmi OAG, pengosongan bangku tengah telah menambah jumlah penumpang di pesawat yang mengalami penurunan kapasitas secara global semenjak pandemi.
Data yang dikumpulkan TSA menunjukkan bahwa pandemi membuat muatan harian pesawat komersial dunia tak sampai 15 persen per hari pada 2020. Jumlah itu tentu saja jauh lebih rendah ketimbang tahun lalu yang mencapai 85 persen per hari.
Meski dianggap memberi rasa aman bagi penumpang pesawat, nyatanya IATA (International Air Transportation Association) tak setuju dengan kebijakan ini. IATA bahkan menolak aturan physical distancing di pesawat, karena dianggap tak efektif.
Awak kabin menyemprotkan disinfektan pada pesawat Airbus A320. Foto: Dok. Air Asia
Dilansir Japan Today, IATA menganggap bahwa kebijakan tersebut akan menurunkan kapasitas pesawat dalam sekali penerbangan. Alhasil, biaya operasional akan membengkak dan jauh lebih besar ketimbang pendapatan pesawat.
ADVERTISEMENT
Sehingga dibandingkan dengan tahun 2019 lalu, tarif tiket pesawat mesti dinaikkan secara dramatis sekitar 43-54 persen tergantung wilayahnya. Tanpa ada kenaikan harga, maka akan sangat sulit untuk menutupi kekurangan biaya.
"Maskapai penerbangan berjuang untuk kelangsungan usaha mereka. Mengosongkan bangku tengah akan membuat biaya terbang jadi lebih tinggi. Dan hal ini hanya bisa diimbangi dengan menaikkan harga tiket. Jika tak dilakukan, maskapai akan bangkrut," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal dan CEO IATA.
Juniac mengatakan bahwa memang di masa pandemi seperti sekarang tidak ada pilihan yang lebih baik untuk dilakukan. Konektivitas yang kuat antar pihak justru yang akan membantu seluruh dunia pulih dari kehancuran ekonomi COVID-19.
Physical distancing dalam pesawat Lion Air Group bertipe Airbus A320-200 Foto: Dok. Lion Air
Mengosongkan bangku pesawat dinilai akan mengurangi kapasitas muatan pesawat menjadi hanya 62 persen. Angka itu sudah pasti berada di bawah rata-rata kapasitas muatan maksimum untuk mencapai titik impas antara biaya dan pendapatan operasional, yakni 77 persen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Juniac juga mengatakan moda transportasi pesawat berbeda dari transportasi umum lainnya. Ia juga mengaku memiliki beberapa alasan yang mendukung pernyataan IATA tersebut.
Penumpang pesawat menghadap ke depan, sehingga interaksi tatap muka antar penumpang lebih terbatas. Bangku kabin pesawat juga memiliki sandaran punggung.
Sandaran tersebut mengurangi potensi transmisi virus dari depan atau belakang penumpang. Aliran udara di dalam kabin bergerak dari langit-langit menuju lantai, sehingga mengurangi potensi transmisi dari depan maupun belakang kabin.
Thai Lion Air beroperasi kembali dengan melayani enam kota tujuan domestik di Thailand. Foto: Dok. Lion Air
Laju aliran udara yang tinggi juga dianggap tak kondusif untuk penyebaran droplet. Pesawat modern juga dilengkapi dengan High Efficiency Particulate Air (HEPA).
Fitur tersebut akan membersihkan udara kabin seperti yang biasa diterapkan di dalam rumah sakit. Sehingga sirkulasi udara yang ada di dalamnya tetap segar dan berkualitas tinggi.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, mengosongkan bangku tengah juga dianggap tak efektif, karena tak sesuai anjuran WHO yang menganjurkan jarak sekitar 1-2 meter. Sebab, rata-rata bangku pesawat memiliki lebar tak sampai 50 cm.
"Kita membutuhkan vaksin, dokumen berupa paspor imunitas atau tes COVID-19 yang diberikan dalam skala besar. Rangkaian tindakan ini yang akan membantu mengurangi risiko penularan dalam pesawat, yang sebenarnya pun dinilai cukup rendah," ujarnya menjelaskan.
Di luar dari kebijakan mengosongkan bangku tengah penumpang, IATA mendukung berbagai kebijakan lainnya, seperti mengenakan masker bagi penumpang dan awak kabin.
"Keselamatan penumpang dan awak kabin adalah yang terpenting. Industri penerbangan bekerja sama dengan pemerintah untuk memulai kembali penerbangan dengan aman. Kita mesti mendapatkan solusi yang mampu memberikan rasa percaya untuk penumpang agar kembali terbang, sembari menjaga agar biaya penerbangan tetap terjangkau," ujar de Juniac.
Petugas membersihkan area kursi penumpang pada pesawat Airbus A320 dengan cairan desinfektan. Foto: Dok. Air Asia
IATA pun memberikan beberapa rekomendasi lainnya di luar penggunaan masker bagi bandara maupun maskapai penerbangan. Saran tersebut antara lain;
ADVERTISEMENT
Survei yang dilakukan IATA secara informal menunjukkan bahwa selama periode Januari-Maret, di dalam 18 maskapai penerbangan, hanya ada tiga momen dugaan transmisi COVID-19 dalam penerbangan.
Transmisi pun terjadi antara penumpang dengan kru, bukan antar-penumpang. Empat episode lainnya adalah laporan transmisi penularan dari pilot ke pilot yang mungkin terjadi sebelum atau sesudah penerbangan, atau ketika transit di bandara.
ADVERTISEMENT
Kamu sendiri setuju enggak dengan sanggahan IATA soal mengosongkan bangku pesawat ini?
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.