Imbas Pandemi, 66,2 Persen Pelaku Usaha Selam di Indonesia Setop Operasional

3 November 2020 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penyelam tengah menikmati indahnya Raja Ampat (portrait) Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyelam tengah menikmati indahnya Raja Ampat (portrait) Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona tak hanya berdampak pada sektor industri pariwisata, wisata selam di Indonesia juga terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI) Ricky Soerapoetra, mengatakan pandemi virus corona membuat beberapa dive center terpaksa menyetop operasinya sementara.
"Saya kemarin lama di Labuan Bajo dan melihat banyak industri yang sudah abandon, karena saat ini sudah hampir 9 bulan mengalami krisis pandemi corona. Ada beberapa perusahan PMA (penanaman modal asing) yang abandon industrinya karena harus kembali ke negara asalnya," kata Ricky, dalam webinar yang digelar Selasa (3/10).
Ilustrasi penyelam Foto: Pixabay
Untuk mengetahui dampak pandemi terhadap bisnis wisata selam, PUWSI melakukan jejak pendapat sampai April 2020. Hasilnya ada 102 usaha selam atau 66,2 persen yang berhenti total beroperasi, sedangkan 39 persen beroperasi sebagian, dan hanya 13 persen saja yang masih beroperasi.
Ricky menyebutkan bahwa total kerugian industri wisata selam Indonesia akibat pandemi mencapai Rp 75,8 miliar. Sekitar 93 persen responden sudah tidak memiliki pemasukan.
ADVERTISEMENT
"Pekerja terdampak hampir 1.784 orang dan saya prediksi angka ini akan bertambah," lanjut Ricky.
Sementara itu, masih berdasarkan data yang sama, dari 1.784 pekerja yang terdampak, 44 persen pekerja dirumahkan tanpa tanggungan (unpaid leave), 26 persen dirumahkan dengan tanggungan, dan 4,5 persen terkena PHK.
Hal yang sama juga diungkapkan I Wayan Tumbir, selaku pengelola Puri Madha Resort, perwakilan pelaku usaha wisata selam Bali. Wayan mengungkapkan pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap wisata selam di Bali. Penurunan pendapatan bahkan menyentuh angka 90 persen.
"Kunjungan wisatawan menurun drastis, tidak ada income sama sekali, bahkan mencapai titik terendah," ujarnya.
Di sisi lain, Ricky mengungkapkan bahwa pasar domestik memiliki peluang yang besar. Para pelaku usaha selam tentu wajib menerapkan protokol kesehatan ketat demi membangun kepercayaan wisatawan.
ADVERTISEMENT
"Desember dan ke depannya 2021 itu sudah bisa starting point tapi itu tergantung dari upaya industri, pemerintah, dan masyarakat menangani COVID-19 itu sendiri untuk menyambut tamu domestik dan internasional," pungkas Ricky.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)