Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Jarang Diketahui! Ini 5 Fakta Menarik soal Penamaan Bandara
21 Februari 2022 7:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bicara soal penamaan bandara, kamu tentunya tahu kalau nama bandara biasanya diambil dari di mana bandara tersebut berada. Tapi enggak hanya itu, dikutip dari laman Instagram resmi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara @djpu_151, penetapan nama bandara juga dilakukan berdasarkan hal yang lain.
"Tahu ngga sih kalau penetapan nama suatu bandara itu tidak hanya berdasarkan nama lokasinya saja lho!" tulisnya.
Nah, menariknya lagi, selain berdasarkan lokasi, ternyata ada beberapa fakta menarik terkait nama bandara. Apa saja? Yuk, simak ulasannya.
1. Penetapan Nama Bandara Berdasarkan Lokasi
Di Indonesia, nama bandara ditetapkan dalam Keputusan Menteri. Mengutip Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 39 Tahun 2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, nama bandar udara untuk pertama kali ditetapkan dalam Keputusan Menteri tentang penetapan lokasi Bandar Udara baru dan atau dapat menggunakan nama lokasi Bandar Udara tersebut berada.
ADVERTISEMENT
Penggunaan nama bandara dapat menggunakan nama kecamatan/distrik serta kabupaten atau kota. Bila bandara berada di dua kecamatan atau kabupaten/kota, bandara dapat menggunakan nama kecamatan atau kabupaten/kota terluas.
2. Nama Bandara Bisa Diubah
Fakta menarik berikutnya, nama sebuah bandara ternyata bisa diubah. Perubahan nama tersebut tentunya melalui prosedur tertentu dengan mengacu undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini perubahan nama bandara dapat dimohonkan kepada menteri terkait.
Di Indonesia sendiri ada beberapa bandara yang telah mengalami perubahan nama seperti Bandara Kulonprogo yang berganti menjadi Yogyakarta International Airport, kemudian ada Bandara Pekon Serai di Lampung yang berubah jadi Bandara Muhammad Taufik Kiemas hingga Bandar Udara Internasional Banyuwangi yang sebelumnya dikenal sebagai Bandara Blimbingsari.
3. Nama Tokoh atau Pahlawan
Pengambilan nama bandara ternyata tidak hanya didasari pada lokasi di mana bandara tersebut berada. Beberapa bandara di Indonesia nyatanya ada juga yang namanya diambil dari nama tokoh atau pahlawan yang berjasa bagi Ibu Pertiwi.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, diambil dari nama Bapak Proklamator dan Presiden Pertama Indonesia yaitu Soekarno dan juga Wakil Presiden Pertama Indonesia yaitu Mohammad Hatta.
Selain Soekarn0-Hatta, beberapa nama tokoh pahlawan lainnya seperti Ahmad Yani juga diabadikan sebagai nama bandara di Semarang. Serta, Bandara Adisutjipto di Yogyakarta yang namanya diambil dari seorang pahlawan nasional sekaligus komodor udara Indonesia asal Salatiga.
Selain nama pahlawan, penamaan bandara juga bisa diambil dari istilah yang mewakili kekhasan pada daerah tempat bandara tersebut berada.
4. Memiliki Kode Bandara Tersendiri
Berikutnya, setiap bandara juga memiliki kode tersendiri yang dikeluarkan oleh Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA).
Kode ini terdiri dari tiga huruf yang digunakan untuk menandai bandar-bandar udara di seluruh dunia. Kode-kode ini disusun dan diatur oleh IATA dan diterbitkan tiga kali dalam setahun dalam Direktori Pengkodean Maskapai Penerbangan IATA.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, kamu tentunya sudah tidak asing lagi dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten yang memiliki kode CGK, Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar yaitu DPS, dan lain sebagainya.
5. Satu-Satunya Bandara yang Pakai Nama Etnik
Terakhir, Bandara Internasional Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan sebutan BIM merupakan satu-satunya bandara di Indonesia yang menggunakan nama etnik sebagai nama bandaranya.
Menariknya lagi, enggak hanya nama bandara, seluruh fasilitas pendukung yang ada di bandara juga menggunakan istilah dalam bahasa Minang.
Makna pemberian nama ini agar Bandara Internasional Minangkabau bisa menjadi bandara pemersatu seluruh orang Minang, bahkan dunia, karena memiliki bandara internasional yang bisa dibanggakan.
Bandara ini juga memiliki gedung terbesar di Indonesia yang menggunakan arsitektur Minangkabau. Dalam pembangunannya, BIM dibangun sebagai pengganti dari Bandar Udara Tabing.
ADVERTISEMENT