
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jadi pada tahun 1950, Presiden Sukarno sangat ingin Indonesia punya simbol layaknya Menara Eiffel di Prancis. Ia mengungkapkan keinginannya tersebut kepada orang-orang dekatnya.
Dalam benaknya, Presiden Sukarno ingin nantinya bangunan yang menjadi simbol itu berbentuk tugu yang menjulang tinggi dan memiliki arti sebagai simbol perjuangan dan pemantik patriotisme dan heroisme bangsa Indonesia.
Dilansir situs Pemerintah Indonesia, Sukarno juga menginginkan tugu tersebut berada di dekat Istana Negara dengan alasan supaya tamu negara yang datang bisa melihat dengan jelas simbol tersebut.

Demi mewujudkan keinginan sang presiden, pada 17 September 1954 pemerintah membentuk panitia yang dipimpin oleh Sarwoko Martokoesoemo.
Pada tahun 1955, panitia pun mengatakan sayembara desain untuk tugu tersebut. Dari hasil sayembara tersebut terdapat 51 desain dan hanya ada satu yang dianggap memenuhi kriteria, yaitu desain dari Frederich Silaban.
ADVERTISEMENT
Desain dari Frederich Silaban diperlihatkan ke Presiden Sukarno, namun dirinya kurang sreg dan mengatakan kalau tugu itu harus memiliki tinggi lebih dari 100 meter agar terlihat gagah.
Sedang memuat...
0 01 April 2020
S
Sedang memuat...
Presiden Sukarno juga mau bangunan ini tahan akan gempa dan terbuat dari bahan-bahan pilihan yang tentunya supaya tidak tergerus oleh zaman.

Ia juga menyampaikan keinginannya, kalau bangunan itu nantinya harus ada museum, di puncaknya harus ada emas murni, dan menggunakan lift agar pengunjung bisa sampai di ketinggian dan melihat Kota Jakarta.
Semua keinginan Presiden Sukarno, membuat para panitia pusing dan kembali membuat sayembara yang kedua. Dari 136 desain yang masuk, Presiden Sukarno kembali menolak semuanya karena kurang sesuai dengan keinginannya.
Akhirnya pemerintah menerbitkan Keppres Nomor 214 Tahun 1959 tertanggal 30 Agustus 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional yang diketuai oleh Kolonel Umar Wirahadikusumah, Komandan KMKB Jakarta Raya.
ADVERTISEMENT
Rancangan tugu ini akhirnya dibuat oleh arsitek Indonesia bernama Soedarsono, dengan penasihat konstruksinya adalah Profesor Dr Ir Roosseno.

Presiden Sukarno pun memintanya untuk menyempurnakan desain yang telah dibuat oleh Frederich Silaban. Soedarsono merevisi desain tersebut dengan bangunan berbentuk tugu yang di bagian bawahnya terdapat cawan sebagai wadah, dan Sukarno setuju.
Setelah perjalanan panjang akhirnya pada 17 Agustus 1961, Presiden Sukarno menandai pembangunan tugu tersebut di atas lahan seluas 80 hektare di seberang Istana Negara.
Presiden Sukarno pun membayangkan, saat orang berkunjung ke Monas, mereka bisa merenungkan bagaimana perjuangan para pendahulunya yang tentunya memiliki semangat patriot dan kebanggaan.