Kontes Ketampanan Hingga Menyelinap Kamar, Ini 4 Tradisi Cari Jodoh di Dunia

3 Mei 2021 6:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival Gerewol  yang dilakukan suku Wodaabee Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Festival Gerewol yang dilakukan suku Wodaabee Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Urusan jodoh terkadang menjadi masalah yang membuat beban hidup bertambah, khususnya saat memasuki usia matang untuk berumah tangga. Bagi sebagian orang, memanfaatkan situs kencan atau perjodohan menjadi salah satu ikhtiar yang dilakukan agar bisa mendapat jodoh.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum adanya situs kencan, aplikasi dan ajang pencarian jodoh, suku-suku di pedalaman terlebih dahulu mempunyai cara untuk mendapatkan tambatan hati. Bahkan hal itu sudah menjadi sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
Berikut kumparan rangkum 4 tradisi nyeleneh dalam mencari Jodoh di dunia:

1. Gubuk Cinta di Kamboja

Ilustrasi Suku Kreung, Kamboja Foto: Wikimedia Commons
Dalam memilih pasangan untuk sang anak, para ayah Suku Kreung akan membangun sebuah gubuk cinta atau love hut sebagai tempat tinggal baru anak perempuannya. Gubuk cinta atau love hut menjadi fasilitas yang diberikan orang tua kepada anak perempuan yang telah berusia 15 tahun atau telah mengalami menstruasi.
Gubuk cinta bagi anak gadis Suku Kreung dibangun tak jauh dari rumah menggunakan bambu. Gubuk cinta tersebut akan menjadi tempat tinggal sampai para gadis menemukan tambatan hatinya.
ADVERTISEMENT
Tujuan dibangunnya gubuk cinta adalah untuk memberikan anak-anak gadis Suku Kreung privasi dan ruang bersosialisasi dengan lawan jenisnya. Gubuk cinta dimaksudkan juga untuk memberikan anak gadis Suku Kreung ruang untuk bereksperimen seksual dengan lawan jenis, sembari mencari 'jodoh'.
Bagi pria yang masuk ke dalam gubuk tersebut, mereka akan diberi waktu untuk menghabiskan malam bersama mereka sampai anak perempuannya menemukan cinta sejati. Dengan begitu, sang gadis bisa bisa memutuskan akan menikah dengan siapa.
Mereka percaya, tradisi ini adalah cara terbaik agar sang anak menemukan suami terbaik mereka. Selain itu, tradisi ini bertujuan agar seorang remaja putri bisa belajar bertanggung jawab dan hati-hati dalam urusan berhubungan badan.

2. Kontes Ketampanan di Suku Wodaabe, Afrika

Festival Gerewol di suku Wodaabee, Afrika Foto: Shutter Stock
Suku Wodaabee memang sangat memuja ketampanan pria. Di suku ini, pria bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk merias wajahnya. Meskipun perempuan Suku Wodaabe juga memperhatikan penampilannya, tetapi kaum pria lebih menonjol dalam menjaga penampilannya.
ADVERTISEMENT
Festival yang biasanya dilakukan sebelum bulan September ini menjadi ajang untuk mendapat predikat pria 'tertampan'. Syarat mengikuti kontes ini pun terbilang cukup mudah. Mereka harus pria yang sudah dewasa, baik yang sudah menikah atau belum.
Nantinya, pemenang dalam festival ini dapat memilih wanita yang ia inginkan sebagai istri, meskipun wanita tersebut merupakan istri dari orang lain. Sang suami dari wanita yang dipilih oleh pemenang tidak akan bisa berbuat apa-apa, karena sudah kalah atau tidak ikut dalam pertandingan.
Festival Gerewol di suku Wodaabee, Afrika Foto: Shutter Stock
Dalam Suku Wodaabe, peran wanita sangat jelas dan kuat. Wanita boleh berhubungan seks dengan siapa pun dan melakukannya secara terang-terangan, meski tidak dalam ikatan pernikahan.
Dalam festival tahunan tersebut, para pria yang menjadi kontestan akan mempersiapkan diri selama berhari-hari, dan saat berdandan mereka dapat memakan waktu hingga enam jam.
ADVERTISEMENT

3. Tidur Seranjang Dibatasi Papan di Eropa

Ilustrasi Pasangan Tidur Foto: Shutterstock
Di beberapa negara Eropa, sudah menjadi hal yang wajar melihat dua sejoli remaja tidur di satu tempat tidur dengan di bawah pengawasan yang ketat dari orang tua perempuan. Meski seranjang, keduanya terbungkus selimut berbeda dan ada papan berukuran sedang yang memisahkan mereka berdua.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan keintiman antara laki-laki dan wanita, seperti saling menyentuh dan bercengkerama. Seunik apa pun tradisinya, kesimpulan yang bisa diambil dari serangkaian tradisi di atas adalah bahwa hal yang paling penting untuk dilakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh apa yang diinginkan, termasuk jodoh.

4. Berburu Gadis di Malam Hari, Bhutan

Ilustrasi Wanita Bhutan Foto: Shutterstock
Tidak seperti kencan pada umumnya, Bhutan di Kamboja memiliki tradisi aneh yang dilakukan para pemuda saat wakuncar tiba. Bagi orang Bhutan, tradisi ini telah mendarah daging dalam budaya mereka untuk memperpanjang waktu pacaran yang dikenal dengan istilah 'night hunting'.
ADVERTISEMENT
Tradisi yang disebut dengan Bomena ini merupakan aktivitas 'liar' malam hari yang dilakukan para pria Bhutan, dengan mengendap-endap ke kamar sang kekasih untuk melakukan hubungan seksual.
Hingga saat ini, Bhutan masih melakukan tradisi Bomena atau ‘berburu gadis di tengah malam’. Tradisi ini telah dipraktikkan di Bhutan bagian timur di wilayah pedesaan sejak berabad-abad silam.
Paro, Bhutan Foto: Wikimedia Commons
Konon, tradisi Bomena dikenal sebagai cara bagi warga lokal untuk mendapatkan pendamping hidupnya. Tradisi ini harus dilakukan secara diam-diam. Jika tertangkap, pelaku harus menikahi gadis tersebut atau menjadi budak keluarga sang perempuan.
Jika pria tersebut tidak berhasil keluar dari kamar sang gadis hingga pagi hari, maka pasangan ini akan menikah setelah kedua keluarga menyepakatinya. Biasanya, tradisi ini dilakukan ketika seseorang menginjak usia 17 tahun. Mereka akan memulai perburuan dan menyelinap diam-diam ke kamar sang gadis saat senja menjelang dan kembali larut malam.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).