Krisis Demografi, Desa di China Ini Akan Bayar Warganya yang Punya Banyak Anak

13 Oktober 2021 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang China. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang China. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Beberapa dekade ini, China telah mengalami krisis demografi yang membuat jumlah penduduknya terbatas. Untuk mengatasi kondisi tersebut, Pemerintah China meningkatkan jumlah anak dalam satu keluarga menjadi tiga anak.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut disebabkan banyaknya pasangan di China yang ragu untuk memperbanyak anggota keluarga mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa wilayah menawarkan insentif guna mendorong keluarga di China untuk melahirkan banyak anak.
Desa Huangzhugen, di Kota Lianjiang, Provinsi Guangdong Selatan, China, salah satunya. Desa ini akan membayar 510 dolar Amerika atau sekitar Rp 7,3 juta per bulan untuk bayi yang lahir setelah 1 September 2021.
Dilansir Global Times, keluarga akan menerima subsidi bulanan sampai bayi mereka berusia 2,5 tahun, yang bisa berjumlah lebih dari 15 ribu dolar Amerika atau setara Rp 214 juta.
Sejumlah anak bermain di area latihan dekat Danau Houhai, Beijing, China. Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Kebijakan ini berlaku bagi anggota keluarga tetap di desa tersebut. Selain itu, subsidi ini juga tak berlaku bagi orang tua yang bekerja di luar desa atau tak menggunakan ASI.
ADVERTISEMENT
Pejabat setempat mengungkapkan bahwa banyak pasangan muda di desa tersebut yang enggan memiliki lebih dari satu anak, kini mempertimbangkan kembali untuk menambah momongan. Berdasarkan data wilayah Huangzhugen, hampir 20 keluarga di desa tersebut memutuskan untuk memiliki lebih banyak anak setelah diberlakukannya kebijakan baru.
Kebijakan tiga anak adalah langkah dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan tingkat kesuburan negara, di tengah populasi warga yang menua dengan cepat dan angkatan kerja yang menyusut. Pemerintah mengumumkan perubahan kebijakan hanya beberapa minggu setelah sensus 2020 diterbitkan.
Hasil sensus itu menunjukkan populasi Cina tumbuh pada tingkat paling lambat dalam beberapa dekade. Pemerintah pun mendorong kebijakan tiga anak ini, dengan memberikan insentif keuangan kepada orang tua yang menambah anggota keluarga lebih dari dua anak.
Ilustrasi warga kota Beijing, China, di tengah wabah corona. Foto: Reuters/Thomas Peter
Sebelum Zhanjiang, sebuah kabupaten di Provinsi Gansu, China Barat Laut, juga mengumumkan akan mensubsidi pembelian rumah sebesar 40 ribu yuan atau sekitar Rp 88 juta kepada pasangan yang melahirkan dua hingga tiga anak. Subsidi real estat untuk anak lebih dari tiga ini menunjukkan kesuksesan menambah jumlah populasi di China.
ADVERTISEMENT

Ditentang Wanita Modern

Namun, desakan resmi untuk lebih banyak anak telah mendapat kritik dari banyak wanita dan orang tua muda modern di China. Kritikan tersebut muncul, karena sebelumnya pemerintah mencegah mereka memiliki lebih banyak anak.
Persoalan lain mengenai ketidaksetaraan gender yang mengakar, kurangnya cuti untuk ayah, meningkatnya biaya hidup, dan berkurangnya kesempatan kerja juga menjadi faktor yang menentang kebijakan menambah anggota keluarga.
Untuk memiliki lebih banyak anak, perempuan sering kali harus melakukan pengorbanan karier dan menghadapi diskriminasi di tempat kerja, karena mereka dituntut bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).