Mengunjungi Museum Saksi Bisu Jakarta di Masa Lampau

23 Agustus 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Fatahillah. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Museum Fatahillah. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tepat pada 17 Agustus 2023, Indonesia baru saja merayakan Hari Kemerdekaannya. 78 tahun sudah, masyarakat Indonesia berhasil menikmati manisnya kemerdekaan, usai mengusir para penjajah dari Bumi Pertiwi.
ADVERTISEMENT
Meski sudah puluhan tahun lamanya, sejarah atau kisah perlawanan para pahlawan dalam menumpas penjajahan masih membekas di benak masyarakat Indonesia. Jejak sejarah perlawanan itu bisa kita temukan di banyak tempat, salah satunya adalah kisah yang tersimpan di museum-museum bersejarah.
Bicara soal museum, ada banyak tempat yang yang menceritakan sejarah para pejuang Indonesia ataupun yang menceritakan asal-usul kota Jakarta, seperti halnya museum satu ini.
Museum Fatahillah. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Terletak di kawasan Kota Tua, kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan Museum Fatahillah. Ya, museum yang bernama lain Museum Sejarah Jakarta ini terletak di Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Jakarta Barat, atau tepatnya di tengah kawasan Kota Tua.
Di museum ini pengunjung bisa menelusuri berbagai peninggalan sejarah kota Jakarta sejak zaman prasejarah, kejayaan pelabuhan Sunda Kelapa, era penjajahan, hingga era setelah kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman resminya, museum ini dulunya adalah Balai Kota (Stadhuis) yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Abraham Van Riebeeck, pada 1710. Tak hanya itu, menurut sejarah diperkirakan pembangunan ini dimulai lebih lama, yaitu sejak era Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada 1627.
Lantas, ada koleksi apa saja di museum ini dan seperti apa ceritanya? Yuk, simak pengalaman kumparan selengkapnya.

Koleksi di Museum Fatahilah

Para peserta kumparan Hangout berkeliling di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Koleksi Museum Sejarah Jakarta ini ditampilkan secara runut dan jelas mulai dari era prasejarah, penjajahan, hingga pasca-kemerdekaan. Hal itu pula yang kumparan rasakan saat pertama kali mengunjungi museum ini sejak berada di pintu masuk museum.
Pertama-tama, kamu akan disuguhkan dengan replika dari peninggalan masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Pajajaran di masa lampau.
ADVERTISEMENT
Menurut Abimanyu, guide yang memandu perjalanan kumparan dan juga Teman Kumparan, ruang Tarumanegara menyimpan beberapa koleksi peninggalan berupa arca dan prasasti dari kerajaan Tarumanegara.
“Koleksi arca yang ditampilkan adalah arca Dewa Wishnu, Ganesha, dan Durga Kali. Koleksi prasasti dari Tarumanegara menunjukkan adanya upaya dari Raja Purnawarman, untuk merekam jejak Kerajaan Tarumanegara dalam sejarah, dengan ditampilkannya prasasti Ciaruteun. Adapun prasasti lainnya, yaitu prasasti Kebon Kopi dan prasasti Tugu,” ujar pria yang akrab disapa Abi tersebut.
Para peserta kumparan Hangout berkeliling di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Bergeser ke ruangan selanjutnya, kumparan diajak untuk melihat sejarah kota Jakarta di masa lalu. Cerita itu tertulis pada koleksi bilah batu yang ditemukan di sekitar daerah kota Jakarta, yang diperkirakan pernah digunakan oleh manusia purba yang menetap di sana.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kamu juga bisa menemukan Ruang Buni yang menyimpan koleksi berupa gerabah atau tembikar. Koleksi tembikar ini merupakan bukti dari adanya kepercayaan animisme dan dinamisme yang bercampur dengan kepercayaan Hindu pada masa peradaban kuno.
Dari masa kerajaan, kumparan kemudian diajak untuk melihat sejarah masyarakat Betawi yang disebut sebagai suku termuda di Indonesia yang terbentuk di masa kolonial Belanda. Adapun, beberapa koleksi yang bisa kamu temukan di Ruang Betawi adalah aksesoris pengantin Betawi, dan koleksi cetakan kue satu yang terbuat dari kayu.
Koleksi ini menjadi bukti bahwa budaya Betawi merupakan hasil campuran dari banyak budaya yang melebur menjadi satu, khususnya budaya China dan Arab.

Ruang Sultan Agung hingga Penjara Bawah Tanah

Koleksi di Museum Fatahillah. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Bergeser ke ruang selanjutnya, kamu bakal diajak ke ruang balkon, yaitu sebuah ruangan yang dulu pernah digunakan oleh pejabat tinggi VoC (Vereenigde Oostindische Compagnie), ketika dilaksanakannya hukuman eksekusi yang berlokasi di Plaza Batavia (sekarang Taman Fatahilah).
ADVERTISEMENT
Selain ruang balkon, pengunjung museum juga bisa mengunjungi Ruang Sultan Agung, salah satu ruangan yang diisi oleh karya bapak S. Soedjojono, yaitu Lukisan Sultan Agung.
“Lukisan ini menceritakan peristiwa penyerangan Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung Batavia yang diperintah oleh Gouverneur General Jan Pietersen Coen,” ujar Abi.
Kembali ke lantai 1, pengunjung juga bisa menemukan sebuah ruang penjara bawah tanah yang pernah digunakan sebagai tempat untuk menahan tahanan. Ruang penjara ini berada tepat di bagian belakang gedung (Stadhuis).
“Di dalam ruangan ini terdapat bola besi yang pernah digunakan untuk merantai kaki para tahanan,” katanya.
Para peserta kumparan Hangout melihat penjara bawah tanah di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Menariknya, ruang tahanan tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang tahanan yang dikhususkan untuk laki-laki dan juga perempuan. Meski demikian, karena adanya renovasi di salah satu bagian museum, ruang tahanan perempuan sedang tidak dibuka untuk umum.
ADVERTISEMENT
Selain beragam koleksi bersejarah, kamu juga bisa menemukan tempat suvenir yang menjual beragam oleh-oleh khas Kota Tua, dan juga stan-stan makanan yang menjual makanan khas Betawi, seperti kerak telor, es selendang mayang, dan lain sebagainya.
Para peserta kumparan Hangout berfoto bersama di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Sementara itu, kumparan baru saja menggelar #kumparanHangout Tour Museum Fatahillah, yang diselenggarakan di Museum Fatahillah, Jakarta, pada Selasa, 22 Agustus 2023.
Mengambil tema "Mengintip Jakarta di Masa Lalu", acara ini diikuti 35 peserta. Berkolaborasi dengan komunitas Neo Historia, para peserta diajak untuk menyusuri museum dengan beragam koleksinya serta mengikuti beberapa games menarik.
Menurut salah satu peserta bernama Geni, yang juga Teman Kumparan mengaku sangat antusias dengan acara ini. Terlebih ia juga sangat menyukai sejarah.
“Seru banget karena isi ceritanya aku juga suka, dan aku juga suka arsitektur yang vintage banget sih jadi aku menikmati banget acara ini,” kata Geni.
ADVERTISEMENT
Hal senada juga diungkapkan oleh peserta lainnya, Doni dan Vasco. Doni yang lahir dan besar di Jakarta mengaku sangat tertarik untuk mempelajari sejarah para leluhur di masa lalu.
“Museum ini adalah jejak dari kami atau saya sebagai masyarakat Jakarta asli yang lahir di tempat ini. Saya merasa bahwa museum adalah tempat bagaimana saya mengingat leluhur para orang tua, sehingga bisa hidup dan membangun peradaban Jakarta supaya lebih baik. Oleh karena itulah, saya mengharapkan dengan adanya tur museum ini, ada anak muda yang lebih melihat bahwasanya museum itu bukan sekadar mempelajari sejarah saja, tapi juga kota-kota di sekitarnya,” ujarnya
Para peserta kumparan Hangout memotret sejarah kota Jakarta di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Berbeda dengan Doni, Vasco mengatakan tur museum ini tak hanya jadi sarana untuk mengetahui sejarah, tetapi juga menambah banyak teman, khususnya mereka yang juga menyukai sejarah.
ADVERTISEMENT
“Ingin bertemu teman-teman baru, tapi kemarin baru bareng Neo Historia doang. Tapi ini bareng kumparan, jadi ingin menemukan teman-teman baru,” ungkap dia.
Kedua peserta juga mengungkapkan museum paling berkesan yang pernah dikunjungi. Vasco mengatakan ada dua museum yang membuatnya berkesan, yaitu Museum Nasional dan Museum Bank Indonesia.
“Sejauh ini di Munas doang sih, Museum Nasional. Karena tempatnya gede, nyaman, banyak koleksinya juga dan sekitaran Kota Tua di Museum Bank Indonesia,” kata Vasco.
Berbeda dengan Vasco, Doni terkesan dengan Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta ini. Ada satu koleksi di museum ini yang menurutnya sangat menarik.
“Tempat yang paling berkesan adalah di tempat spot kisah Tarumanegara itu sendiri, karena kisah Tarumanegara belum banyak orang yang mengetahui bahwa dulu Kota jakarta ini berdiri bukan hanya dari satu peradaban, namun banyak peradaban yang hadir di tengah-tengah masyarakat kita. Jadi, dengan adanya tempat pengenalan Tarumanegara, saya bisa lebih mengetahui bahwa Indonesia hadir dengan banyak keberagaman yang ada,” tutur Doni.
ADVERTISEMENT
Nah, kalau mau ikutan acara seru kayak gini tungguin informasinya di grup teman kumparan, yaa. Temukan teman baru dan pengalaman seru di kumparan Hangout.
Join grup teman kumparanHealing sekarang di sini. Ajakin juga teman-teman kamu buat #HangoutBarengkumparan yaa.