Menyusuri Laut Bali Lewat Jukung Berlukis Laut

11 Juni 2021 9:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran Lukisan di Jukung oleh Donik dan Swoofon Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pameran Lukisan di Jukung oleh Donik dan Swoofon Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi tak selalu berbuah manis, ibarat luasnya laut, semuanya bisa berubah tanpa terkecuali seiring berjalannya waktu. Hal inilah yang dirasakan dua seniman asal Bali bernama Wayan Donik Dangin (31) dan Wayan Subudi Adnyana atau yang biasa dipanggil Swoofon (27).
ADVERTISEMENT
Setelah beranjak dewasa, aktivitas para nelayan mencari ikan dengan jukung tradisional mulai digantikan dengan kapal mesin. Aktivitas melaut dengan jukung tinggal kenangan bagi mereka dan warga di Pantai Sanur, Kota Denpasar, Bali.
Siluet nelayan merapikan jaringnya di Perairan Tanjung Peni, Kota Cilegon, Banten. Foto: Antara/Dziki Oktomauliyadi
Air bersih nan segar yang mereka nikmati saat kanak-kanak kini telah dicemari sisa-sisa minyak mesin kapal. Mereka tak bisa lagi menangkap Ikan dengan tombak di pinggir pantai. Pembangunan, sisa-sisa minyak mesin, dan sampah wisatawan membuat ikan semakin jauh ke tengah lautan.
Para nelayan terpaksa bangun lebih pagi mencari titik kumpul ikan yang jauh ke tengah laut dan pulang hampir di saat matahari terbit.
Pameran Lukisan di Jukung oleh Donik dan Swoofon Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Anak-anak yang dulu sering ikut melaut kini sebagian besar ditinggal di rumah, aktivitas melaut cukup berbahaya. Padahal, aktivitas melaut ini dahulu menjadi hiburan bagi Donik dan Swoofon.
ADVERTISEMENT
"Seperti saya dulu yang waktu SD ikut bapak saya ke tengah laut pada malam hari untuk mencari ikan, tumbuh-tumbuhan di laut kami lihat, hewan-hewan laut kami diburu sama orang tua kami, kalau Donik pernah mencari hewan laut di Pantai dengan teman-temannya," kata Swoofon di Denpasar, Kamis (10/6).
Pameran Lukisan di Jukung oleh Donik dan Swoofon Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Kedua seniman muda ini tak mau kenangan melaut dengan jukung dan bermain pantai yang bersih ini hanya menjadi milik mereka berdua. Mereka menceritakan masa-masa indah hidup di laut, di pesisir pantai saat masa dalam sebuah lukisan.
"Kita ingin memperlihatkan apa yang pernah kita rasakan. Kami mau menunjukkan apa yang kami imajinasi kan dan tidak kami simpan sendiri," imbuhnya.
Cerita indah itu dilukis melalui medio jukung, yang mulai ditinggalkan. Pada dua jukung tradisional yang besar, mereka menggambar berbagai jenis ikan dan tumbuhan serta segala jenis mahluk hidup di laut. Jukung tampak seolah-olah berlayar di lautan.
ADVERTISEMENT
Ada enam karya lukisan yang dipamerkan seniman muda ini di Arthotel, Sanur. Lukisan mereka didomininasi warna merah hitam yang tajam. Bak menandakan kedekatan personal antara laut, jukung dan para pelukisnya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)