Misteri Candi Bodobudur Dibangun dengan Teknik Matematika Tingkat Tinggi

6 Juli 2022 12:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Candi Borobudur. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Candi Borobudur. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Candi Borobudur sempat jadi perbincangan setelah adanya wacana kenaikan harga tiket Rp 750 ribu untuk sampai ke bagian stupa. Meski kebijakan tersebut akhirnya dibatalkan, kenaikan harga tiket tersebut dilakukan sebagai upaya untuk melindungi candi berumur ribuan tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain sarat akan sejarah, Candi Borobudur juga masih menyimpan misteri hingga saat ini. Belum ditemukan sumber-sumber tertulis yang menyebutkan secara pasti kapan Candi Borobudur dibangun serta berapa lama proses bangunannya.
Patung Buddha di candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Foto: GOH CHAI HIN / AFP
Bahkan, baru-baru ini juga viral di media sosial yang menyebutkan bahwa Candi Borobudur ternyata dibangun dengan teknik etnomatematika, salah satu ilmu matematika tingkat tinggi.
Hal ini diketahui dari unggahan salah satu pemilik akun Twitter bernama @ResiMbeling.
"Kesalahan Berpikir Masyarakat Indonesia: Peradaban Eropa Lebih Unggul!
For your information, Candi Borobudur dibangun menggunakan teknik etnomatematika, salah satu ilmu matematika tingkat tinggi," tulisnya.
Dalam postingannya tersebut, ia juga menjelaskan bahwa penerapan ilmu matematika di Candi Borobudur bisa dilihat dari bangunan hingga ornamen yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
"Stupa pada Candi Borobudur yang jika diamati berlubang-lubang tersebut membentuk pola segi empat/bujur sangkar. Ini bisa membantu di dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi bangun datar persegi/bujur sangkar," ungkapnya.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Foto: Shutterstock
Tak sampai di situ, bangunan stupa pada Candi Borobudur yang berlubang-lubang jika diamati juga membentuk pola segi empat belah ketupat.
"Ini bisa membantu di dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi bangun datar khususnya belah ketupat," paparnya.
Selain area stupa, dinding Candi Borobudur yang terdiri dari susunan batu berbentuk balok juga menandakan bahwa candi yang diperkirakan dibangun di masa Syailendra tersebut dibangun dengan ilmu matematika yang tinggi.

Candi Borobudur Jadi Bukti Majunya Peradaban Indonesia

Tak sampai di situ, pemilik akun Twitter bernama Resi tersebut juga menjelaskan bahwa sebetulnya peradaban masyarakat Indonesia tidak kalah dengan Eropa.
ADVERTISEMENT
"Fakta lain berkata bahwa banyak ilmuwan dari negara lain (khususnya Eropa) yang kagum sekaligus heran sehingga membuat mereka bertanya, "Bagaimana orang-orang jaman Syailendra membangun Candi Borobudur?"," lanjutnya.
Delegasi pertemuan EDM-CSWG G20 berjalan mengelilingi kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (24/3/2022). Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
Tak heran jika berbagai penelitian untuk mengungkap teknik dan metode yang digunakan dalam pembangunan pun, banyak dilakukan hingga ketemulah kesimpulan bahwa pembangunan candi itu menggunakan ilmu matematika tingkat tinggi.
"Fakta seputar pembangunan Candi Borobudur di atas sudah menunjukan bahwa peradaban kita tidak kalah hebat dengan peradaban Eropa, harusnya kita tidak meremehkan leluhur kita yang dianggap sebagai orang kuno. Toh, kenyataannya banyak ilmu pengetahuan yg melanjutkan ilmu pada zaman dulu," lanjutnya.
Tak hanya itu, ia juga membandingkan fakta lain soal dunia paralel yang beberapa waktu lalu diperdebatkan oleh ilmuwan di Eropa. Mereka mempelajari kembali teori-teori yang pernah dikaji oleh Stephen Hawking dan Albert Einstein seputar paralel universe.
ADVERTISEMENT
"Kenyataannya, leluhur kita di Jawa sudah pelajari dan praktekkan ilmu itu bahkan memerlukan ilmu tingkat tinggi untuk alami "pindah dimensi". Ilmu tentang dunia paralel di tanah Jawa disebut dgn "Ngrogo Sukmo", dalam istilah modern saat ini disebut "Out of Body Experience"," tulisnya.
Lebih lanjut, ia juga menyebut perkembangan ilmu pengetahuan leluhur kita tidak kalah bersaing. Salah satu contohnya adalah sosok Syekh Siti Jenar yang mengajarkan ilmu kebatinan hingga tasawuf.
"Faktanya, banyak pemikir abad ke 19 di Eropa yang baru membahas ilmu yang sudah ada sejak 500 tahun yang lalu di tanah Jawa," tulisnya.
"Filsuf di Eropa seperti Bertrand Russel baru membahas soal hubungan antara hamba dan Tuhan, agama dan manusia, hingga peran agama dalam konstruksi sosial. Sedangkan Siti Jenar sudah lebih dulu membahasnya, yang disebut dengan Hyang Widhi," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Yang jadi pertanyaan, benarkah Candi Borobudur dibangun dengan ilmu matematika yang tinggi. Jawabannya masih belum diketahui.

Sejarah Candi Borobudur

Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) menunjukkan bagian batu candi yang rusak di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO
Dilansir laman resmi cagarbudaya.kemdikbud.go, Candi Borobudur diperkirakan didirikan secara bertahap oleh tenaga kerja sukarela yang bergotong royong. Pembangunan dilakukan demi kebaktian ajaran agama pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra antara tahun 750-842 M.
Hal itulah yang membuat candi ini menjadi saksi sejarah perkembangan agama Buddha di Indonesia.
Dalam perspektif ini, Candi Borobudur dilihat sebagai bukti puncak perkembangan agama Buddha di wilayah ini. Hal ini dapat dilihat dari pahatan relief, susunan patung maupun figur-figur Buddha yang diarcakan.
Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) menunjukkan bagian batu candi yang rusak di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (7/6/2022). Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO
Semuanya menunjukkan agama Buddha telah mencapai tarafnya yang kompleks sebagai wahana besar (mahayana) yang dianut oleh banyak anggota masyarakat. Sementara, ada beberapa ahli lain yang mencoba menafsirkan adanya unsur-unsur aliran yang bersifat tantrisma.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, tafsiran lain menyebutkan bahwa Candi Borobudur bukanlah semata-mata berlatar agama Buddha, tetapi telah dipengaruhi pula oleh konsep pemujaan leluhur yang diwujudkan dalam bentuk bangunan berteras sebagaimana bangunan pemujaan leluhur dari Jaman Prasejarah.
Umat Budha bermeditasi saat detik-detik perayaan Tri Suci Waisak 2566 BE/2022 di pelataran candi Borobudur, Magelang, Jateng, Senin (16/5/2022). Foto: Anis Efizudin/Antara Foto
Dengan demikian, Borobudur dilihat sebagai bukti paduan antara religi murba dan Budhisma.
Berbagai persepsi “sejarah” itu mencetuskan keragaman fungsi Borobudur, mulai dari fungsinya sebagai monumen untuk memuliakan leluhur para pendiri kerajaan Syailendra, sebagai gambaran gunung kosmis, sebagai mandala, sebagai tuntutan mencapai ke-budha-an (dasa bodhisatwabhumi), hingga sebagai stupa besar.