Pariwisata Kuba Sepi Turis karena Aturan Baru Donald Trump

12 Desember 2019 15:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
El Malecon, Havana, Kuba. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
El Malecon, Havana, Kuba. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pariwisata di Kuba turun drastis menyusul berlakunya larangan penerbangan yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Trump melarang seluruh penerbangan semua kota di Kuba, kecuali Havana dari Amerika Serikat pada pertengahan 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Tak cuma penerbangan saja, akses kapal pesiar menuju berbagai kota di Kuba pun turut dibatasi. Dihimpun dari berbagai sumber, pembatasan ini dilakukan Trump sebagai bentuk sanksi pada Kuba.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump Foto: AFP/Saul Loeb
Alasannya karena Kuba mendukung Presiden Venezuela Nicolas Maduro, melalui kampanye anti Amerika sebagai bentuk solidaritas dengan cara mengumpulkan lebih dari 500 ribu tanda tangan.
Akibatnya, pariwisata Kuba turun hingga 8,5 persen. Padahal selama ini sektor pariwisata merupakan sektor dengan pemasukan terbesar di negara tersebut. Apalagi mengingat tingkat ekspor komoditas Kuba masih terhitung rendah.
Saking sepinya wisatawan di Kuba, Janice Chieffo, salah seorang konsultan perjalanan yang berbasis di California, Amerika Serikat, mengatakan bahwa bisnisnya hampir terhenti. Terlebih karena bisnisnya berfokus pada perjalanan ke Kuba dan negara kepulauan Karibia.
ADVERTISEMENT
“Bisnis saya hampir terhenti. Bisnis saya telah menurun secara signifikan sejak Trump mengubah aturan,” katanya seperti diberitakan Travel Weekly.
Suasana di El Malecon, Havana, Kuba. Foto: Shutter Stock
Janice tak sendirian, penduduk lokal pun merasakan hal yang sama. “Sekarang tidak ada apa-apa, tidak ada siapa pun,” ujar salah seorang penduduk setempat yang tengah berfoto di Old Havana pada CBS Miami.
Munculnya pembatasan menuju Kuba itu bukan hanya membuat wisatawan kesulitan untuk mengakses negara latin tersebut. Tetapi juga mengurangi minat wisatawan yang hendak datang dan berlibur ke sana.
“Menurut saya, semuanya (wisatawan) kebingungan. Orang-orang tidak tahu apakah mereka bisa atau tidak untuk pergi. Mereka juga tidak tahu akankah ada masalah yang akan menanti mereka sepulang dari sana setelah sanksi diberlakukan,” jelas Stephen Scott, salah seorang konsultan perjalanan di Chicago, Amerika Serikat.
Ilustrasi Havana, Cuba Foto: Pixabay
Wisatawan asal Amerika Serikat merupakan turis terbesar kedua di Kuba selama beberap tahun terakhir setelah Kanada. Masifnya jumlah wisatawan Amerika Serikat disebabkan karena adanya batasan yang lebih longgar di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama ketika ia tengah menjabat.
ADVERTISEMENT
Walau tengah menghadapi sanksi dari Amerika Serikat, Kuba tetap gencar dalam mengembangkan sektor pariwisatanya. Pemerintahan setempat sedang berfokus mengembangkan pariwisata resor dan wisata dengan anggaran menengah.
Beberapa di antaranya adalah membangun dolphinarium dan taman hiburan pertama di negara tersebut. Selain itu, Pemerintah Kuba juga baru-baru ini meminta jaringan hotel asal Indonesia, Archipelago International untuk membuka properti di negaranya.
Nantinya akan ada tiga properti Archipelago International yang akan hadir di Kuba. Dua di antaranya membawa brand Grand Aston, yakni Aston Cayo Las Brujas Beach Resort & Spa dan Grand Aston Varadero Beach Resort, serta satu brand baru bernama Huxley.