Pertama Kalinya Sejak 1.200 Tahun, Bunga Sakura di Jepang Mekar Lebih Awal

9 April 2021 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung saat bunga sakura mekar di Tokyo, Jepang.  Foto: AP / Kiichiro Sato
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung saat bunga sakura mekar di Tokyo, Jepang. Foto: AP / Kiichiro Sato
ADVERTISEMENT
Bunga sakura yang merupakan ikon Jepang memang selalu menjadi magnet kedatangan turis mancanegara, khususnya saat musim semi. Jadwal mekarnya bunga kebanggaan Jepang itu tak selalu bisa diprediksi dengan pasti setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Biasanya, bunga sakura mekar pada musim semi, atau sekitar bulan April. Namun, berbeda dengan tahun ini, bunga Sakura justru mekar lebih dini, yakni pada periode Maret.
Dilansir CNN, tahun ini menjadi tahun pemekaran bunga paling dini dalam 1.200 tahun terakhir. Menurut para peneliti, ini merupakan tanda dari permasalahan iklim dan lingkungan yang lebih besar dan mampu mengancam ekosistem di seluruh tempat.
Festival bunga sakura di Washington DC. Foto: AFP/Susan Walsh
Bukti bahwa musim mekar bunga sakura pada tahun ini diperkuat dengan temuan seorang peneliti dari Universitas Prefektur Osaka, Yasuyuki Aono, dari berbagai dokumen historis dan jurnal harian sejak tahun 812 Masehi di Kyoto.
Di pusat Kota Kyoto, bunga sakura mekar dan mencapai puncaknya pada 26 Maret. Proses ini adalah yang paling awal dalam lebih dari 1.200 tahun. Dan di Ibu Kota Tokyo, bunga sakura mekar sempurna pada 22 Maret. Itu adalah tanggal paling awal kedua yang pernah dicatat.
ADVERTISEMENT
"Saat suhu global menghangat, musim semi yang membeku terjadi lebih awal dan proses bunga terjadi lebih cepat," kata Dr. Lewis Ziska, dari Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Columbia.
Puncak pemekaran bunga berubah setiap tahunnya bergantung pada beberapa faktor, misalnya cuaca dan intensitas hujan. Namun, perubahan ini selalu mengarah pada dininya waktu puncak tersebut.
Bunga Sakura bermekaran di Jepang. Foto: AP / Kiichiro Sato
Berdasarkan data Aono, bunga sakura biasa bermekaran di Kyoto pada pertengahan April selama berabad-abad, tetapi mulai berubah ke awal April selama tahun 1800an.
"Sakura mekar sangat sensitif terhadap suhu. Pembungaan dan mekar penuh bisa lebih awal atau lambat tergantung suhu saja. Suhunya rendah pada tahun 1820-an, tetapi telah meningkat sekitar 3,5 derajat Celsius hingga hari ini," kata Aono.
ADVERTISEMENT
Bunga sakura merupakan beberapa bunga yang mekar di musim semi dan mekarnya bertahan sampai dua pekan sebelum jatuhnya bunga. Menurut Amos Tai, profesor ilmu bumi di Universitas China Hong Kong, dininya bunga sakura yang mekar dipengaruhi dari faktor urbanisasi dan perubahan iklim.
Pengunjung melihat bunga sakura dan salju turun di Tokyo (29/3). Foto: AFP/Behrouz MEHRI
Ia menjelaskan dengan meningkatnya urbanisasi, perkotaan cenderung lebih hangat dibanding daerah pedesaan. Inilah yang kemudian disebut sebagai efek pulau hangat.
Tetapi kemudian alasan yang lebih besar dari urbanisasi adalah karena perubahan iklim yang telah menyebabkan peningkatan suhu di sepanjang wilayah di seluruh dunia.
Mekarnya bunga sakura yang lebih cepat ini bukan hanya berdampak pada masalah wisatawan berebut untuk menikmati, sebelum semua kelopak jatuh. Perubahan itu bisa berdampak abadi pada seluruh ekosistem dan mengancam kelangsungan hidup banyak spesies.
ADVERTISEMENT
"Hubungan antara tumbuhan dan serangga dan organisme lain telah berkembang selama bertahun-tahun, bahkan ribuan hingga jutaan tahun. Tetapi dalam beberapa abad terakhir, perubahan iklim sangat merusak semuanya dan mengganggu keberlangsungan hubungan ini," jelas Tai.
Sementara itu, fenomena ini akhirnya berdampak pada kurangnya asupan bagi serangga dan kurangnya penyerbuk untuk diproduksi kembali bagi tumbuhan, mengingat berkurangnya produktivitas akibat ekosistem tidak terbiasa dengan situasi perubahan yang ekstrem, sehingga membuat keduanya stres.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).