Promosi Pariwisata Pakai Media Sosial, Efektifkah?

7 September 2019 9:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembukaan The 5th ASEAN Marketing Summit ASEAN NOW! Digital, Social and Mobile di Ballroom Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pembukaan The 5th ASEAN Marketing Summit ASEAN NOW! Digital, Social and Mobile di Ballroom Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Digitalisasi kini telah merambah di hampir semua sektor industri tak terkecuali pariwisata. Tak heran jika kini promosi pariwisata secara massif dilakukan via media sosial dengan menggunakan lintas platform. Beberapa platform yang digunakan yaitu Instagram, Twitter hingga mengunggah video di Youtube.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani mengatakan, promosi pariwisata via media sosial yang dilakukan Kemenpar sejatinya ditujukan untuk menyasar milenial traveler. Rizki mengklaim cara tersebut cukup efektif sebab generasi milenial kini seolah tak bisa lepas dari media sosial.
“Saya kira sangat efektif. Karena banyak anak-anak muda suka foto, lalu upload. Ini juga salah satu cara yang cepat dan murah,” ungkap Rizki di Pacific Place, Jakarta, Jumat (6/9). Menurut Rizki, promosi pariwisata lewat media sosial berperan sebagai teaser tentang sebuah destinasi wisata. Teaser ini diharapkan akan menarik rasa penasaran milenial traveler hingga membuat mereka berkunjung ke sana.
Rizki mencontohkan, destinasi wisata seperti Labuan Bajo, Danau Toba, dan Borobudur sejatinya sudah memiliki atraksi yang sangat baik sehingga peran promosi via media sosial hanyalah sebatas teaser untuk memperkenalkan kembali destinasi tersebut. Selain itu, promosi lewat media sosial juga berperan sebagai pelengkap promosi offline.
Pembukaan The 5th ASEAN Marketing Summit ASEAN NOW! Digital, Social and Mobile di Ballroom Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
“Atraksi mereka saja sudah luar biasa. Jadi sebenarnya promosi kita lebih ke memperkenalkan kembali. Ada berbagai cara untuk promosikan. Ada yang offline ada yang online,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bentuk dari promosi offline yaitu dengan membuat event atau festival. Adanya event dan festival akan semakin memperkuat alasan milenial traveler untuk berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Selain itu, promosi offline juga bisa berbentuk kolaborasi dari segala sumber daya yang ada. Misalnya dalam satu destinasi terdapat homestay dan masyarakat, Rizki mengatakan pihaknya akan memfasilitasi agar kedua sumber daya ini bisa saling melengkapi.
“Contohnya misalnya sudah ada homestay, ada masyarakat. Nah gimana sih kaitkan masyarakat dan homestay ini supaya bisa menjadi suatu atraksi yang bisa menjadi experience di sana,” ujarnya.
Sedangkan untuk promosi online, bentuk konkrit yang pernah dilakukan Kemenpar adalah dengan menggandeng vlogger dan blogger. Alih-alih berkolaborasi dengan vlogger ternama, Rizki menyatakan pihaknya justru menggandeng vlogger-vlogger milenial.
ADVERTISEMENT
Seperti contoh, Kemenpar sempat bekerja sama dengan sebuah universitas di Malaysia, vlogger tersebut difasilitasi oleh Kemenpar untuk datang dan merasakan langsung destinasi wisata di Indonesia. Hasilnya, para vlogger milenial ini kemudian membuat video-video berisi informasi tentang destinasi wisata tersebut.
“Kami support, sebagian bahkan datang sendiri dan mereka experience di sana. Mereka buat video sendiri. Akhirnya kita tidak perlu endoser yang sudah terkenal. Mereka punya komunitas sendiri lalu menyebarkan (informasi tersebut). Kayaknya lebih cepat. Digital lebih cepat lebih murah,” ujarnya.
Dari program tersebut, Rizki mengaku pihaknya juga turut belajar untuk melihat destinasi pariwisata dan cara promosi dari kacamata milenial. Sekali lagi Rizki mengklaim bahwa cara tersebut terhitung cukup efektif. Sebab dalam video-video tersebut, tak hanya informasi saja yang disampaikan, namun para vlogger juga menyertakan ulasan mereka.
ADVERTISEMENT
Rizki menilai video berisi ulasan tersebut akan lebih mudah dipercaya oleh calon traveler lain. “Sangat efektif, ini balik lagi. Siapa yang dipercaya? Ya orang-orang yang melakukan perjalanan kan,” tutupnya.