Promosikan Pariwisata, Sumedang Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Paralayang

27 September 2019 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Paralayang. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Paralayang. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, kini tampil unjuk gigi sebagai tuan rumah ajang olahraga paralayang tingkat dunia atau West Java Paragliding World Championship and Culture Festival 2019.
ADVERTISEMENT
Selain ajang olahraga, festival yang akan dihelat pada 22-28 Oktober 2019 tersebut juga merupakan salah satu upaya pemerintah kabupaten untuk menunjukkan potensi wisata di Sumedang, Jawa Barat.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menjelaskan, sport event seperti ini akan memberikan dampak yang besar karena tidak hanya mempromosikan destinasi lokal saja, namun juga kegiatan olahraga yang bisa dilakukan di kawasan tersebut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua dari kiri) bersama Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir (kedua dari kanan) saat peluncuran West Java Paragliding World Championship and Culture Festival 2019 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (26/9). Foto: Selfy Momongan/kumparan
"Karena kita sadari, wisata olahraga itu punya media value yang tinggi, media value dari ajang wisata olahraga besarnya dua kali lipat dari dampak langsungnya,” ujar Arief Yahya saat peluncuran West Java Paragliding World Championship and Culture Festival 2019 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (26/9).
Lebih lanjut, Arief Yahya menjelaskan, wisata olahraga adalah cara efektif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara dan menguntungkan secara ekonomi. Ia memaparkan, para atlet tersebut tidak datang sendiri, mereka membawa tim, keluarga, dan pendukung.
Menteri Pariwisata Arief Yahya (kiri) bersama Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir (kanan) saat peluncuran West Java Paragliding World Championship and Culture Festival 2019 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (26/9). Foto: Selfy Momongan/kumparan
Di sisi lain, sport tourism juga akan memperpanjang masa tinggal atlet karena umumnya mereka membutuhkan masa adaptasi terhadap alam di Indonesia. Sehingga mereka perlu datang lebih awal sebelum masa kompetisi dimulai.
ADVERTISEMENT
"Ini membuat length of stay mereka menjadi panjang, jelas menguntungkan bagi daerah. Di kawasan ini juga akan dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Jatigede sebagai destinasi pariwisata kelas dunia,” ujar Arief Yahya.
Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan bagi Sumedang dalam menggelar event paralayang bertaraf internasional ini. Pertama, Sumedang adalah daerah yang memiliki tempat yang sangat baik untuk olahraga udara, khususnya paralayang.
Tim putri paralayang Indonesia di Asian Games 2018. Foto: Crack Palinggi/Ast/18
Tidak hanya untuk kompetisi di level 'accuracy' dan 'cross country', tetapi juga bagus untuk 'fun fly' atau terbang gembira, khususnya di atas Bendungan Jatigede.
Kedua, Sumedang memiliki potensi budaya dan pariwisata yang tidak bisa ditemui di tempat lain. Sehingga mendapat julukan ‘Puseur Budaya Sunda’ atau Pusat Kebudayaan Sunda.
ADVERTISEMENT
Ketiga, adanya dukungan kerja sama dengan industri pariwisata, Pemda Provinsi Jawa Barat, FASI Paralayang, Kementerian Pariwisata, Kemenpora, komunitas, dan masyarakat termasuk media sebagai unsur pentahelix pariwisata.
Dalam kejuaraan ini akan melombakan dua kelas, yaitu Paragliding Accuracy World Cup (Pre-PGAWC 2019) dan Paragliding Cross Country World Cup (Pre-PWC 2019). Lalu, diakhiri dengan Paragliding Festival (Fun Fly dan Festival Budaya).
Untuk kelas Accuracy (dengan lisensi dunia dari Organisasi Kejuaraan Dunia Paralayang Accuracy/PGAWC), akan berlangsung di Kampung Toga, Sumedang, pada 22-25 Oktober 2019.
Sedangkan untuk kelas Cross Country (dengan lisensi dunia dari Organisasi Kejuaraan Dunia Paralayang Cross Country/Pre-PWC 2019), akan berlangsung di Batu Dua, Sumedang, pada 22-26 Oktober 2019 diikuti sekitar 160 pilot.
Ilustrasi Paragliding di Puncak, Bogor. Foto: Dok. Agus Suparto
Lebih lanjut, akan ada juga Fun Fly dan Festival Budaya dengan lisensi dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI), akan berlangsung di di ODTW Kampung Toga, Sumedang pada 27-28 Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
Saat Fun fly nanti akan dilakukan penciptaan Rekor MURI untuk meraih Rekor Dunia Terbang Bersama yang diikuti sekitar 160 pilot. Acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni dan budaya, festival kuliner, serta lomba fotografi dan videografi.
Kejuaraan yang baru pertama kali digelar ini akan diikuti sekitar 392 pilot, yang akan mengikuti tiga kategori yaitu Accuracy Class, Cross Country Class, dan Fun Fly & Culture Festival. Para atlet ini datang dari 20 negara asal Asia, Eropa, hingga Amerika.
Hingga saat ini, jumlah pendaftar mencapai 209 peserta yang berasal dari 21 negara, yakni Indonesia, Nepal, Filipina, Britania Raya, Rusia, Swiss, India, New Zealand, Belgia, Vietnam, Cina, Korea, Hong Kong, Thailand, Venezuela, Hungaria, Ceko, Bulgaria, Jepang, Spanyol, dan Zambia.
ADVERTISEMENT