Respons Menpar Terkait Travel & Tourism Competitiveness Index 2019

6 September 2019 18:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Arief Yahya. Foto: Dok. Kemenpar RI
zoom-in-whitePerbesar
com-Arief Yahya. Foto: Dok. Kemenpar RI
ADVERTISEMENT
World Economic Forum (WEF) telah merilis laporan terbaru soal Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) atau Indeks Daya Saing Pariwisata 2019, Rabu (4/9). Dalam laporan tersebut, terlihat bahwa posisi Indonesia membaik, naik dua posisi dibanding hasil laporan pada 2017.
ADVERTISEMENT
“Daya saing pariwisata Indonesia bergerak ke arah yang positif. Data terbaru berdasarkan pemeringkatan, dari 2017 lalu di urutan 42, naik dua peringkat ke urutan 40 di 2019 dari 140 negara,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Jumat (6/9). Dalam indeks tersebut, Indonesia mendapatkan skor 4.3 dari skala 7.
TTCI merupakan pemeringkatan daya saing oleh World Economic Forum (WEF) —organisasi non-profit dunia— yang diumumkan dua tahun sekali dengan membandingkan daya saing pariwisata negara-negara di seluruh dunia.
Arief mengatakan pencapaian tersebut merupakan wujud soliditas tidak hanya dari pemerintah, tapi juga seluruh stakeholder pariwisata Indonesia. Hasil ini diharapkan dapat menambah kepercayaan diri, kredibilitas serta kalibrasi pariwisata Indonesia di mata dunia.
com- Presiden Jokowi dan Menpar Arief Yahya Foto: Dok. Kemenpar
“Bahwa pariwisata Indonesia sangat tepat untuk ditempatkan sebagai core economy bangsa ke depan,” ujar Arief.
ADVERTISEMENT
Adapun pemeringkatan yang dilakukan WEF didasarkan atas penilaian terhadap 14 sub indeks. Untuk sub indeks business environment, Indonesia mendapatkan skor 4.7 dengan peringkat 50 dunia. Kemudian pada sub indeks safety and security, Indonesia memperoleh skor 5.4 sehingga membuat posisi Indonesia naik dari peringkat 91 menjadi 80.
Begitu juga dengan health and hygiene dengan skor 4.5, human resources and labour market dengan skor 4.9, serta ICT readiness dengan skor 4.7. Kemudian untuk indikator prioritization of travel & tourism, Indonesia ada di peringkat 10 (skor 5.9), international openess ada di peringkat 3 (skor 4.3), price competitiveness ada di peringkat 6 (skor 6.2) serta environmental sustainability dengan skor 3.5.
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy (kanan), Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua kanan) saat kunjungan kerja di Komplek Candi Borobudur. Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Selain itu ada air transport infrastructure yang naik dengan skor 3.9, ground and port infrastructure naik dengan skor 3.3, serta tourist service infrastructure yang bertahan di skor 3.1.
ADVERTISEMENT
Meski semua komponen di atas menunjukkan pergerakan positif, namun ada dua indikator yang skornya turun, yakni natural resources yang posisinya turun dari peringkat 14 ke 17 serta cultural resources and business travel yang berada di peringkat 24 dari 23 di periode sebelumnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah total area terproteksi yang berkurang karena terjadinya banyak faktor seperti bencana alam juga kebakaran hutan.
“Mengatasi hal ini Kemenpar terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait dalam menjaga keberadaan alam serta terus menggalakkan pariwisata berkelanjutan yang telah berjalan sejak lama,” ujarnya.
Arief mengklaim pihaknya akan terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja pariwisata Indonesia dengan berbagai strategi yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah terus menggenjot pengembangan berbagai destinasi di Indonesia dari segi atraksi, aksesibilitas dan amenitas.
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat mencoba menikmati fasilitas The Kaldera Nomadic Escape dengan view Danau Toba. Foto: Dok. Istimewa
Untuk strategi mengejar target di semester II, Kemenpar akan mengimplementasikan beberapa strategi yang sebelumnya juga telah terbukti berhasil dilakukan seperti program Hotdeals, Tourism Hub, hingga Border Tourism.
ADVERTISEMENT
Posisi Indonesia di peringkat 40 dunia tersebut menurut Arief harus menjadi momentum untuk menjadikan pariwisata Indonesia lebih baik secara bersama-sama ke depannya.
“Pemerintah kini sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga target kunjungan wisman hingga akhir tahun. Karena, pariwisata merupakan salah satu sektor yang diharapkan jadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2018, pariwisata telah menyumbang devisa sebesar USD 19,2 miliar, sebesar 40 persennya merupakan kontribusi Bali,” tutupnya.