Sambut New Normal, Kemenparekraf Pantau Protokol Kesehatan di Destinasi Wisata

29 Juni 2020 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menparekraf, Wishnutama Kusubandio memantau protokol kesehatan di destinasi wisata.
 Foto: Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Menparekraf, Wishnutama Kusubandio memantau protokol kesehatan di destinasi wisata. Foto: Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meninjau penerapan protokol kesehatan di sejumlah lokasi wisata di Jakarta dan Bandung. Dalam kunjungan tersebut, Kemenparekraf mendorong pelaku usaha menerapkan protokol kesehatan yang ketat, agar dapat menjalankan kegiatan wisata dengan baik dan produktif, tetapi tetap aman dari COVID-19. 
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, R. Kurleni Ukar, mengatakan bahwa protokol kesehatan ini wajib. diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan, baik wisatawan, pelaku usaha maupun pekerjanya. Sehingga perlu dilakukan pengawasan serta evaluasi secara ketat. 
"Dari hasil pemantauan di lapangan, para pengelola tempat wisata sudah menerapkan protokol kesehatan dengan cukup baik, namun kedisiplinan pengunjung dalam mengikuti protokol masih harus ditingkatkan,” kata Kurleni Ukar, dalam keterangannya, Senin (29/6).
Menparekraf, Wishnutama Kusubandio memantau protokol kesehatan di destinasi wisata. Foto: Kemenparekraf
Prosedur standar seperti pengukuran suhu tubuh, penyediaan tempat cuci tangan/hand sanitizer di berbagai tempat, penggunaan masker dan pembersihan dengan disinfektan secara berkala telah dilakukan.
Imbauan terkait protokol kesehatan dan COVID-19 sudah ditempatkan di beberapa titik dan disosialisasikan secara berkala melalui pengeras suara di lapangan. Arus masuk dan keluar, jam berkunjung, serta jumlah pengunjung juga diatur agar tidak terjadi penumpukan di lokasi wisata. 
ADVERTISEMENT
Khusus Provinsi Jawa Barat, kapasitas pengunjung dibatasi maksimal 30 hingga 50 persen. Karyawan yang bertugas juga dipastikan sehat dan dilengkapi dengan alat pelindung diri, seperti pelindung wajah, masker, dan sarung tangan.
Pengunjung mencoba wahana permainan saat berwisata di Dufan, Ancol, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sistem penjualan tiket secara daring dan sistem pembayaran cashless juga sudah tersedia. Namun, tidak semua wisatawan siap dengan hal tersebut, sehingga upaya sosialisasi untuk adaptasi dengan kebiasaan ini akan terus dilakukan ke depan. 
"Kami juga menyampaikan beberapa saran perbaikan kepada para pengelola lokasi. Sosialisasi, pengawasan serta evaluasi perlu terus dijalankan," ujar Kurleni Ukar
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio, mengatakan kesiapan daerah, pelaku industri, maupun masyarakat masing-masing daerah sangat penting dalam melaksanakan protokol kesehatan. Hal ini agar dapat membawa kebaikan bagi masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
"Jangan sampai dalam pelaksanaan nanti malah terjadi peningkatan kasus baru. Karena memperbaiki protokol bisa dalam waktu satu atau dua hari, tetapi mengembalikan rasa percaya wisatawan itu butuh waktu lama," kata Wishnutama. 
Petugas memeriksa suhu tubuh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio yang meninjau kawasan pariwisata Pantai Waterblow Nusa Dua, Badung. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Kemenparekraf juga telah menyusun protokol Cleanliness, Health and Safety (CHS) antara lain dalam bentuk video edukasi dan handbook yang ditujukan kepada para pelaku usaha parekraf. Diharapkan pemerintah daerah dapat terus mengawasi dan mengevaluasi penerapannya. 
“Pariwisata merupakan bisnis yang sangat bergantung pada kepercayaan wisatawan domestik maupun internasional. Memperbaiki protokol bisa dilakukan dengan cepat, namun membangun kepercayaan kembali membutuhkan waktu yang lama. Oleh karenanya dibutuhkan pengawasan yang ketat dalam penerapan protokol kesehatan tersebut,” pungkas Wishnutama.