Siswa SMP Hilang di Bukit Piramid, Apa Kata Pendaki Berpengalaman?

5 Juli 2019 7:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenda-tenda para pendaki di sekitar puncak gunung Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Tenda-tenda para pendaki di sekitar puncak gunung Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang pelajar SMP bernama Thoriq Rizky Maulidan hilang saat melakukan pendakian di Bukit Piramid. Berdasarkan keterangan yang dihimpun kumparan, Thoriq terpisah dengan teman-temannya ketika mereka terjebak kabut dalam perjalanan turun.
ADVERTISEMENT
Hingga berita ini diturunkan, berita hilangnya Thoriq belum menemukan titik terang. Padahal pemerintah setempat telah menurunkan personel dari kepolisian, tentara, relawan dan badan SAR untuk mencari anak laki-laki tersebut.
Belum cukup rasanya dengan kabar kehilangan Thoriq, muncul pula beragam isu terkait keberadaannya. Mulai dari dimakan binatang buas hingga tengah disembunyikan makhluk halus berupa jin. Namun, pihak berwenang telah menampik kedua isu tersebut dan mengatakan bahwa kedua kabar itu hanya hoaks belaka.
Dalam unggahan PMI Kab. Bondowoso, pencarian terhadap Thoriq untuk sementara ini juga akan dihentikan, karena seluruh unsur SAR yang terlibat dalam operasi pencarian tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Thoriq. Kesepakatan ini pun diambil tidak hanya sepihak, tapi juga atas persetujuan keluarga.
ADVERTISEMENT
Untuk mencari tahu lebih lanjut, kumparan menghubungi salah seorang penggiat alam terbuka yang juga salah satu anggota Tim Jelajah 54 Taman Nasional Indonesia, Harley B. Sastha. Harley menuturkan bahwa Bukit Piramid yang menjadi lokasi hilangnya Thoriq awalnya tidak terlalu terkenal seperti sekarang.
"Beberapa tahun ini, kan, banyak gunung yang 'istilahnya' pendek-pendek pun sekarang jadi rame, gitu. Jadi ada keinginan teman-teman, yang anak muda nih, ini menarik nih buat selfie, atau istilahnya para pemburu feed Instagramlah," ujarnya.
Harley juga menginformasikan bahwa Bukit Piramid berada di luar kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang. Sehingga lebih tepatnya, masuk ke kawasan hutan lindung Perhutani, di luar kawasan BKSDA Jawa Timur, tepatnya di lereng timur Pegunungan Argopuro.
ADVERTISEMENT
Pria yang juga telah menulis beberapa buku ini mengatakan, ia memang tidak tahu menahu dengan pasti apakah Thoriq benar-benar disembunyikan oleh jin penghuni Bukit Piramid. Hanya saja memang informasi terkait dunia astral kerap muncul karena berkaitan dengan mitos yang berkembang dan dipercayai masyarakat sekitar.
Terutama yang berdomisili di kawasan tempat terjadinya musibah. Meski begitu, jika dilihat dari kaca mata pendaki, ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada Thoriq saat perjalanan pulang turun dari gunung tersebut.
Peta lokasi konservasi dan Bukit Piramid Foto: Dok. BKSDA Jawa Timur
Kemungkinan tersebut antara lain tersesat, disorientasi medan, hipotermia dengan tingkatan hingga seperti orang kesurupan. Karena penurunan suhu tubuh tersebut mengakibatkan tubuh menggigil kencang, mulai berdelusi hingga hilang kesadaran.
Kemungkinan ini didukung pula oleh kondisi pendakian yang tengah berkabut saat Thoriq terpisah dari teman-temannya, apalagi mengingat medan Bukit Piramid yang terhitung sempit dan kecil. Hal ini diungkapkan Harley karena beberapa waktu lalu ketika tengah mendaki di Merbabu.
ADVERTISEMENT
Ia dan rekan-rekannya pernah menangani pendaki hipotermia yang memiliki kondisi sampai pada tingkat seperti kesurupan. Oleh sebab itu, ia menyarankan agar sebelum mendaki, ada baiknya kamu mengenal medan pendakian dan mempersiapkan diri sebaik mungkin.
"Jadi gini, hipotermia tingkat tinggi bisa punya efek seperti orang yang kesurupan. Jadi bisa dibilang gini deh, bisa dikira kesurupan, tapi kalau digali, bisa saja karena telat makan, kedinginan, kecapekan, dan jadi hipotermia," jelas Harley.
Harley juga mengungkapkan bahwa pendaki sebaiknya senantiasa menjaga jarak aman antara dirinya dan teman-teman sependakian agar tidak saling kehilangan jejak. Cara ini merupakan tindakan terbaik yang bisa dilakukan ketika hendak mengantisipasi datangnya kabut.
"Sama kayak kasus di Bukit Piramid, kalau baca ceritanya mereka sempat terpisah karena kabut, dianggapnya temannya sudah sampai, padahal ternyata waktu tiba di bawah, temannya belum sampai. Kalau misalnya enggak ketemu teman pas lagi di perjalanan, jadi kayak tebak-tebakan, 'Oh, sudah duluan kali', 'Sudah sampai bawah kali', ternyata terpisah," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Harley menyarankan agar pendaki senantiasa menjaga perilaku atau tindakan saat berada di gunung. Serta tidak meremehkan segala sesuatu, sehingga selalu siap apapun kemungkinan yang terjadi.
"Memang kita mesti hati-hati banget kalau kabut, harus bisa saling jaga lah, terutama di jalur-jalur tipis, kalau kabut atau jatuh kan enggak kelihatan. Persiapannya mesti baik, harus tahu situasi, cuaca, bukan berarti karena pendek dianggap remeh," ujarnya.
"Apalagi kalau medannya tipis gitu kayak Bukit Piramid, kanan kiri jurang, enggak usah saling dulu-duluanlah. Ayo, saling kontrol, saling jaga teman, karena demi keselamatan kita kan, untuk urusan safety," pungkas Harley.