news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sriwijaya Travel Pass Tak Bisa Dipakai, Ini Curahan Hati Penggunanya

10 Januari 2019 14:25 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. (Foto: Shutter stock)
ADVERTISEMENT
Dirilis pada 9 April 2018 lalu, program membership (keanggotaan) Sriwijaya Travel Pass nyatanya kini menuai banyak keluhan dari para anggotanya. Program membership yang tadinya diklaim seperti program 'all you can eat' untuk traveling selama setahun, ke mana saja, tanpa batas maksimal dan blackout date seakan terhenti di tengah jalan.
ADVERTISEMENT
Sikap maskapai Sriwijaya Air dan anak perusahaanya, Nam Air yang membatasi kesempatan para member untuk melakukan pemesanan dianggap mencurangi konsumen.Terutama mereka yang telah mengorbankan dana sebesar Rp 12 juta untuk membeli 'kartu sakti' Sriiwjaya Travel Pass.
Pasalnya, para member (sebutan untuk konsumen yang memakai fasilitas membership Sriwijaya Travel Pass) kerap kehabisan tiket dari maskapai penerbangan milik Chandra Lie tersebut. Hampir setiap kali member melakukan pemesanan melalui aplikasi Sriwijaya Air, mereka tidak bisa melakukan pembelian karena bangku penumpang dinyatakan sold out.
Padahal ketika member membeli tanpa menggunakan keanggotaannya di Sriwijaya Travel Pass, kursi di penerbangan dengan rute dan nomor penerbangan yang sama masih banyak yang tersedia. Hal ini diungkapkan seorang konsultan berinisial H yang telah menjadi member Sriwijaya Travel Pass sejak bulan April lalu.
Sriwijaya Air (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya Air (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Pada kumparanTRAVEL, H menuturkan bahwa sejak peluncuran pada bulan April hingga Oktober, tidak ada kendala terkait penggunaan Sriwijaya Travel Pass (SJTP). Perubahan pembatasan bangku yang tersedia untuk member ia rasakan sejak 5 Desember 2018.
ADVERTISEMENT
"Mulai Oktober ada notifikasi pembatasan kuota, berlaku (mulai) 22 Oktober 2018. (Tapi) masih lumayan, enggak terlalu berefek ke penggunaan, tapi sejak 5 Desember berubah drastis," katanya saat dihubungi kumparanTRAVEL pada Rabu (9/1). Ia juga menyayangkan adanya pembatasan kuota yang tidak digunakan dengan tepat oleh Sriwijaya Air.
Ia juga menambahkan bahwa melakukan pembelian sebagai non-member atau pembeli biasa, tidak akan ada kesulitan sama sekali. "Intinya, semenjak 5 Desember, sepertinya akses bagi member SJTP buat beli tiket sepertinya dibatasi.
Di web dinyatakan sold out, tapi kalau beli sebagai non member atau pembeli biasa, tiketnya available dengan harga normal. Itu (sudah) berlangsung dari 5 Desember 2018, sampai kemarin sore," tambah H lagi.
ADVERTISEMENT
Bagi H, pembatasan kuota bangku yang tersedia tidak terlalu menjadi masalah, asalkan sesuai dengan ketentuan yang diinformasikan pada member. Sayang, yang ia temukan sangat berbeda dengan informasi yang dibagikan pada member.
Karena ia pernah menemukan banyak sekali kursi kosong dalam satu rute penerbangan, padahal dalam aplikasi, status tempat duduk yang ada dalam pesawat itu sudah terjual habis.
Kompilasi foto maskapai penerbangan Sriwijaya Air yang dikeluhkan member SJTP (Foto: Dok: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kompilasi foto maskapai penerbangan Sriwijaya Air yang dikeluhkan member SJTP (Foto: Dok: Istimewa)
Hal ini tentunya menimbulkan tanda tanya besar bagi para member, terutama karena alasan awal dirilisnya Sriwijaya Travel Pass adalah untuk memenuhi 15 persen seat kosong yang tersedia setiap tahunnya.
"Masalahnya adalah kalau memang tiket itu sold out dan pesawatnya penuh oleh penumpang, kita enggak apa-apa. Tapi, nyatanya di lapangan, banyak sekali kursi kosong.
ADVERTISEMENT
Kemarin sempat ada yang terbang dari Jakarta ke Yogyakarta, pakai pesawat besar, isi penumpangnya hanya belasan. Kita selalu motoin kondisi pesawat saat terbang," pungkas H.
H bukanlah satu-satunya member yang mengalami kesulitan untuk melakukan reservasi di penerbangan Sriwijaya Air dengan Sriwijaya Travel Pass. Ada pula Ivan, seorang karyawan sebuah anak perusahaan BUMN yang bertempat di Surabaya.
Ia mengeluhkan kebijakan Sriwijaya Air yang menurutnya membuat para member merasa kesulitan untuk melakukan reservasi. Terutama karena ia sebenarnya menggunakan 'kartu sakti' itu untuk pulang dan bertemu dengan keluarganya di Bekasi, bukan untuk kebutuhan jalan-jalan.
"Saya enggak pernah, lho, ada niatan untuk pakai (SJTP) ke Raja Ampat, malah di-block begini, rumah saya di Bekasi. Saya (ambil) rutenya SUB - CGK tapi sold out terus. Sehingga saya cari akal biar bisa pulang.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saya lewat Bandara Malang, karena kadang rute MLG - CGK itu kadang-kadang ada," kata Ivan saat dihubungi kumparanTRAVEL melalui pesan singkat WhatsApp.
Sriwijaya Travel Pass (Foto: member.sriwijayaair.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya Travel Pass (Foto: member.sriwijayaair.co.id)
Setali tiga uang dengan H, Ivan, dan Daisy Trivia (28) yang bekerja sebagai karyawan swasta juga mengungkapkan kekesalan yang sama. Ia bercerita bahwa sejak Desember lalu, ia tak pernah berhasil melakukan reservasi untuk penerbangan bulan Januari sampai Juni 2019.
Wanita yang telah menjadi member sejak 9 Juni 2018 lalu tersebut mengatakan bahwa ia sering kali melakukan pemesanan tapi gagal karena seat dalam penerbangan dinyatakan telah sold out.
Ia bahkan menganggap maskapai penerbangan Sriwijaya Air sudah memperlakukan member secara tidak baik dengan memberikan ketentuan yang dianggap tidak masuk akal.
ADVERTISEMENT
''Dari awal Desember, saya coba tapi sudah sold out dari Januari sampai Juni. Ada seat yang tersedia, tapi hari Sabtu sore, ya, buat apa," kata Daisy. Ia juga menyampaikan bahwa pihak maskapai pernah memberikan kelonggaran bagi para member untuk dapat menggunakan kursi yang tersedia sekitar 30 menit menjelang keberangkatan.
"Dari segi logika aja udah enggak masuk (akal). Masa disuruh cek ketersediaan tiket 30 menit sebelum jam keberangkatan? Kita ini member tapi ngerasanya diperlakukan sebagai pengemis," ungkapnya kesal saat dihubungi lewat pesan singkat WhatsApp.
Sriwijaya Air di Bandara Biak (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya Air di Bandara Biak (Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan)
Kekecewaan lainnya datang pula dari Isa Rahadiansah (26) yang berprofesi sebagai ojek online. Ia menggunakan fitur membership SJTP sebagai sarana untuk memudahkan traveling.
Menurut Isa, awalnya per November, maskapai Sriwijaya membuat kebijakan pembatasan kuota sekitar 30 persen dari kapasitas maskapai atau flight. Tapi yang terjadi pada peak season akhir tahun, semua tiket dinyatakan sold out sampai bulan Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Selain membatasi jumlah tiket bagi pengguna travel pass, Sriwijaya Air juga pernah melakukan pengalihan penerbangan hanya untuk para member. Padahal rute penerbangan awal tetap beroperasi sesuai dengan keterangan yang dijadwalkan pada tiket.
"Misal nih, saya ke Jayapura, ada penerbangan direct dari UPG (Makassar) - DJJ (Sentani). Tapi kami 15 orang (member) dialihkan pakai flight lain yang transit di Timika, Papua, sementara flight aslinya tetap beroperasi," kata Isa.
Tindakan Sriwijaya Air yang terlihat seperti melakukan pembatasan terhadap pengguna SJTP bukan hanya dinilai aneh oleh member saja, tapi juga ground crew yang bertugas di bandara. Dalam sebuah kesempatan, Ivan yang saat itu sedang berada di Bandara Abdul Rachman Saleh (MLG) di Malang iseng berbincang singkat dengan awak bandara.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita yang didapat Ivan dari ground crew, mereka merasa aneh karena melilhat penerbangan Sriwijaya cenderung lebih sepi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya yang selalu ramai.
''Kata dia, 'aneh sekarang, kok, penerbangan Sriwijaya sepi terus, padahal beberapa bulan lalu ramai terus'. Jadi ya itu mungkin pengaruh member yang semakin sedikit naik," ungkap Ivan.
Pesawat NAM Air (Foto: Ulfa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat NAM Air (Foto: Ulfa/kumparan)
Tidak sekadar berpangku tangan, member Sriwijaya Travel Pass juga telah menempuh beragam cara untuk memprotes kebijakan Sriwijaya Air. Mulai dari melayangkan keluhan ke customer care hingga melakukan protes lewat media sosial telah dilakukan para member.
Sayangnya jawaban pihak maskapai terhadap keluhan para member dianggap tidak menjawab. Menurut keterangan Isa, member SJTP telah menindaklanjuti hal itu dengan membuat surat pembaca di berbagai media nasional, melaporkan ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), melakukan somasi, hingga membuat petisi melalui laman website Change.org.
ADVERTISEMENT
Hingga berita ini diturunkan, petisi yang dimulai oleh Mohammad Mutrofin sejak tiga hari lalu itu telah ditandatangani oleh 2.211 orang. Dan hingga saat ini petisi tersebut masih bergulir di media sosial.
Bagi para traveler atau frequent flyer yang sering melakukan perjalanan untuk kebutuhan bisnis, hadirnya Sriwijaya Travel Pass memang dianggap sebagai angin segar. Baik untuk pihak maskapai maupun konsumen, karena dengan adanya fitur membership itu, Sriwijaya dapat memenuhi kapasitas bangku kosong dan mendapatkan loyal customer.
Sampai berita ini diturunkan, member Sriwijaya Travel Pass masih mencari keterangan resmi yang lengkap dan mumpuni dari pihak maskapai untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka dan pertanggungjawaban atas Rp 12 juta yang telah mereka investasikan.
ADVERTISEMENT