Sudah Ada Sejak 55 Juta Tahun yang Lalu, Ini Gurun Tertua di Dunia

6 Mei 2022 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gurun Namib di Afrika. Foto: muratart/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gurun Namib di Afrika. Foto: muratart/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat mendengar kata gurun, pasti yang terlintas di pikiranmu adalah Gurun Sahara yang berada di Afrika. Tapi, ternyata di Afrika juga ada Gurun tertua di dunia, lho.
ADVERTISEMENT
Gurun ini bernama Namib. Seharusnya, tempat ini menjadi salah satu tujuan yang diidam-idamkan para turis. Bagaimana tidak, Gurun Namib memiliki gurun yang sangat luas, dan memiliki bukit pasir berwarna oker yang ikonik.
Bisa dibilang, gurun ini adalah salah satu gurun terindah di dunia. Belum lagi banyaknya misteri-misteri yang tersimpan di dalamnya, bisa bikin para turis makin penasaran.
Dilansir The Travel, gurun ini sudah ada sejak 55 juta tahun yang lalu. Tentu hal tersebut membuat Gurun Namib menjadi yang tertua di dunia.
Namib sendiri adalah wilayah gersang yang membentang 1.900 km di sepanjang pantai Atlantik Afrika dari Namibe, Angola, melintasi Namibia hingga Sungai Olifants di Provinsi Western Cape di Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
Nama Namib berasal dari bahasa Nama, yang berarti daerah di mana tidak ada apa-apa. Karena bisa dipastikan Gurun Namib hampir tidak berpenghuni, kecuali beberapa kota yang tersebar di seluruh gurun.
Gurun Namib memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau, meskipun daerah tersebut hanya mendapatkan musim hujan sebesar setengah inci setiap tahunnya.
Hewan liar di padang pasir mudah dikenali di musim kemarau (Mei-September), karena mereka berduyun-duyun ke sumber air untuk minum air (mereka bergantung pada itu untuk bertahan hidup). Selama musim hujan, tanaman gurun hidup kembali, menghidupkan kembali hewan dan burung gurun.
Ilustrasi Gurun Namib di Afrika. Foto: kavram/Shutterstock
Dengan suhu musim panas yang bisa mencapai 45 derajat celsius dan saat malam hari yang bisa turun di bawah titik beku, itu juga salah satu tempat paling tidak ramah di bumi ini.
ADVERTISEMENT
Gurun tertua di dunia menawarkan lanskap pantai kerangka yang sunyi, namun indah. Belum lagi ada satwa liar yang secara unik beradaptasi dengan alam gurun dan bukit pasir.
Dilansir BBC, seiring berjalannya waktu, sejumlah spesies telah beradaptasi di rumah ajaib yang gersang ini. Dan dalam prosesnya, menciptakan fenomena geomorfik aneh yang terus membingungkan para ahli.
Mungkin Namib bisa membuat para turis terpesona, tapi di sini terdapat satu daerah paling berbahaya di Namib, yaitu bentangan bukit pasir sepanjang 500 km yang menjulang tinggi dan lambung kapal berkarat di sepanjang Atlantik yang dikenal sebagai Skeleton Coast.
Ilustrasi Gurun Namib di Afrika. Foto: Smelov/Shutterstock
Membentang dari Angola selatan ke Namibia Tengah, nama daerah ini diambil dari banyaknya bangkai ikan paus yang tersebar di pantainya, dan hampir seribu bangkai kapal yang mengotori garis pantainya selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
Skeleton Coast yang sering diselimuti kabut tebal karena naiknya arus Benguela yang dingin di Samudera Atlantik, dan berbenturan dengan udara panas dari bagian dalam Gurun Namib.
Kabut ini menciptakan kondisi navigasi yang berbahaya bagi kapal, dan penduduk San setempat menyebut wilayah itu "tanah yang dibuat Tuhan dalam kemarahan".
Ilustrasi Gurun Namib di Afrika. Foto: Xiu Yu Photography/Shutterstock
Para turis mungkin tertarik untuk melihat bukit pasir di daerah ini. Karena itu termasuk yang tertinggi di dunia, banyak yang tingginya lebih dari 200 meter.
Sedangkan ada bukit pasir yang disebut Dune 7 berada di utara lanskap Sossusvlei merah, dan memiliki tinggi kurang lebih 400 meter.
Seperti yang sering disebutkan, gurun ini memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah rumput lingkaran peri. Rumput ini sudah mengering selama bertahun-tahun, lalu menghilang.
ADVERTISEMENT
Tapi, ketika hujan tiba, bak dilakukan dengan sihir, rumput lingkaran peri ini muncul lagi secara mendadak. Hingga saat ini belum ada penelitian yang bisa memecahkan faktor apa yang sebenarnya terjadi dari misteri tersebut.