Terapkan Travel Bubble, Kemenparekraf Gaet Korea Selatan Hingga Australia

12 Juni 2020 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Labuan Bajo. Foto: Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Labuan Bajo. Foto: Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu terakhir, travel bubble tengah menjadi perhatian khusus industri pariwisata dunia. Travel bubble dianggap sebagai salah satu solusi meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, setelah pandemi virus corona atau COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ide ini ternyata akan diadopsi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif (Kemenparekraf). Kemenparekraf saaat ini tengah mempersiapkan rencana travel bubble dengan pembukaan pembatasan ke beberapa negara.
Travel bubble atau travel corridor sendiri merupakan kerja sama antar negara untuk saling mendatangkan turis. Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kemenko marvel, Odo Manuhuhu, mengatakan bahwa saat ini Kemenparekraf sedang merancang travel bubble bersama empat negara, seperti China, Korea Selatan, Jepang, dan Australia.
"Saat ini Kemenlu bersama kita sedang merancang travel bubble untuk 4 negara, yaitu RRT, Korsel, Jepang dan Australia. Empat ini lebih sebagai prototyping. Dibukanya kembali 4 ini tentu disertakan dengan protokol kesehatan,'' ujar Odo dalam konferensi pers virtual, Jumat (12/6).
Antrian penumpang di Terminal 3 Domestik, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Foto: Dok. Angkasa Pura II
Dibukanya jalur perbatasan ini tentu didampingi dengan protokol kesehatan yang telah disepakati oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan. Ia pun mengatakan, syarat yang harus diterapkan oleh wisatawan mancanegara adalah penggunaan aplikasi bernama 'Bersatu Lawan COVID-19' yang direncanakan beroperasi November mendatang.
ADVERTISEMENT
Odo mengungkapkan alasannya menggaet empat negara tersebut dalam menjalin travel bubble untuk menarik wisatawan. Ia menyebut bahwa keempat negara tersebut telah mendatangkan banyak wisatawan ke Indonesia.
Odo belum memastikan kapan konsep travel bubble ini mulai diterapkan Indonesia. Saat ini pemerintah tengah merancang kesepakatan dengan empat negara tersebut sebagai langkah pertama yang dilakukan untuk membuka perbatasan.
Pulau Padar, Labuan Bajo, NTT. Foto: Andari Novianti/kumparan
Tidak hanya itu, kesiapan penerapan protokol kesehatan yang ada di destinasi wisata menjadi tolak ukur kapan travel bubble dilakukan. Odo menyebut bahwa tren pariwisata yang akan diminati negara yang masuk ke dalam travel bubble adalah nature based. Para wisatawan akan cenderung menginginkan tempat wisata yang terbuka dan tidak rawan kerumunan, seperti Labuan Bajo.
ADVERTISEMENT
''Salah satunya yang kita dorong yang sifatnya outdoor dan juga nature based. Banyak wisatawan cenderung menginginkan tempat less crowded,'' ujar Odo.
Ia pun memprediksi bahwa negara-negara travel bubble ini akan lebih banyak mendatangkan wisatawan yang melakukan perjalanan khusus seperti pengusaha. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan menjadi daya tarik wisatawan untuk melakukan perjalanan liburan di Indonesia.
''Pada awalnya tren dalam waktu dekat yang akan bepergian adalah pengusaha, namun tidak tertutup untuk wisatawan, nanti gerbong yang menarik otomatisnya adalah pengusaha. Sebelum turis datang harus dibuka dulu travel bubblenya, sehingga ketika pintu dibuka itu akan datang wisatawan,'' pungkas Odo.