Tradisi Unik Suku Kalinga di Filipina, Menato Tubuh Sebagai Simbol Kecantikan

6 Juli 2020 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita Suku Kalinga, Filipina. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Suku Kalinga, Filipina. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Di Filipina ada satu suku unik bernama Suku Kalinga. Suku tersebut bermukim di wilayah Pegunungan Cordillera di Provinsi Kalinga, Luzon.
ADVERTISEMENT
Terdapat tradisi yang tak biasa di kehidupan masyarakat Suku Kalinga. Tato menjadi salah satu simbol kecantikan dan kejantanan di suku tersebut.
Masyarakat di sana diwajibkan menato hampir sekujur tubuhnya. Mereka biasanya menato tubuhnya ketika sudah beranjak dewasa sebagai tanda kematangan.
Wanita Suku Kalinga, Filipina. Foto: Instagram @chini_ninja
Konon, hanya ada satu orang anggota suku yang boleh menato warganya. Kini orang tersebut adalah Apo Whang-Od, seorang wanita tua yang sudah berusia 101 tahun. Nantinya, keponakannya bernama Grace Palicas akan meneruskan menjadi penato selanjutnya.
Setiap tato yang dibuat selalu memiliki arti tersendiri. Bagi para wanita, tato merupakan perhiasan. Biasanya para wanita menato bagian lengannya dengan motif garis-garis dan juga di lehernya dengan bentuk kalung.
Wanita Suku Kalinga, Filipina. Foto: Shutter Stock
Wanita Suku Kalinga yang sudah ditato, artinya sudah siap untuk menikah. Tato yang ada di tubuh mereka menambah kecantikan dan membuat para pria jatuh hati. Bahkan, jika ada wanita dewasa yang tidak mau menato tubuhnya, maka tidak ada pria yang mau menikahinya, lho.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk para pria, tato merupakan simbol kejantanan dan kebanggaan. Biasanya para pria metato bagian perut hingga dada, lengan dan punggung mereka. Semakin banyak tato mereka, maka semakin tinggi pula status pria di Suku Kalinga.
Apo Whang-Od sedang mentato wisatawan. Foto: Shutter Stock
Motif tato Suku Kalinga didominasi dengan garis dan tidak ada simbol hewan. Uniknya, mereka masih ditato menggunakan alat tradisional yang menimbulkan rasa sakit. Setelah ditato, tubuh mereka akan membengkak hingga dua minggu.
Menurut sejarahnya, tato Suku Kalinga ini sudah ada sejak 1.000 tahun lalu. Sehingga kini ketika banyak pelancong yang berkunjung ke sana, tak usah heran bila bertemu warga dengan berbagai macam tato di tubuhnya.
Masyarakat setempat sangat menjaga tradisi itu hingga saat ini. Bahkan hal itu sekarang menjadi daya tarik para pelancong untuk datang. Mereka juga sengaja datang ke sana untuk ditato oleh Apo Whang-Od, lho.
ADVERTISEMENT
Laporan Hutri Dirga Harmonis
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)