UNESCO Menyayangkan Perubahan Status Hagia Sophia Menjadi Masjid

11 Juli 2020 11:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga bersorak setelah keputusan pengadilan yang memutuskan museum Hagia Sophia kembali menjadi masjid, di Istanbul, Turki, Jumat (10/7). Foto: Murad Sezer/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga bersorak setelah keputusan pengadilan yang memutuskan museum Hagia Sophia kembali menjadi masjid, di Istanbul, Turki, Jumat (10/7). Foto: Murad Sezer/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemerintah Turki resmi menjadikan kembali status Hagia Sophia sebagai masjid. Keputusan ini dilakukan setelah Pengadilan tinggi tata usaha Turki atau Dewan Negara pada Jumat (10/7) kemarin resmi membatalkan dekrit yang dikeluarkan Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Atatürk, pada 1934.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Ataturk menyetujui perubahan fungsi Hagia Sophia dari masjid ke museum.
Berubahnya status Hagia Sophia menjadi masjid mendapat penolakan dari komunitas internasional, tak terkecuali Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO). Mereka ramai-ramai menyayangkan perubahan status Hagia Sophia.
Museum Hagia Sophia di Turki. Foto: Murad Sezer/Reuters
UNESCO mengatakan langkah Turki tersebut memancing pertanyaan mengenai dampak alih fungsi Hagia Sophia terhadap nilai universal yang melampaui batas negara dan generasi di situs bersejarah itu. Nilai-nilai bersama itu yang menjadikan Hagia Sophia ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
"Hagia Sophia adalah mahakarya arsitektur dan kesaksian unik untuk interaksi antara Eropa dan Asia selama berabad-abad. Statusnya sebagai museum mencerminkan sifat universal warisannya, dan menjadikannya simbol yang kuat untuk dialog," kata Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay.
ADVERTISEMENT
UNESCO juga menyayangkan keputusan Turki yang tidak melibatkan dialog dan pemberitahuan lebih awal mengenai perubahan status pada salah satu situs warisan dunia tersebut.
"Penting untuk menghindari tindakan implementasi apa pun, tanpa diskusi sebelumnya dengan UNESCO, yang akan memengaruhi akses fisik ke situs, struktur bangunan, properti yang dapat dipindahkan, atau manajemen situs," tulis UNESCO.
Warga berkumpul untuk salat malam setelah keputusan pengadilan yang memutuskan museum Hagia Sophia kembali menjadi masjid, di Istanbul, Turki, Jumat (10/7). Foto: Murad Sezer/REUTERS
Meski mendapat kritik, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa bangunan ikonik di Istanbul ini tetap dapat dikunjungi semua orang termasuk, non-Muslim.
Menurutnya, situs warisan dunia UNESCO ini adalah warisan bersama untuk seluruh umat manusia.
"Seperti semua masjid kami, pintu Hagia Sophia akan terbuka lebar untuk penduduk lokal dan asing, Muslim dan non-Muslim," terangnya.
Orang-orang memakai masker saat berkunjung ke Hagia Sophia di Turki. Foto: Murad Sezer/Reuters
Selain itu, Erdogan meminta keputusan ini agar dimaknai sebagai bentuk kedaulatan Turki terhadap pengelolaan dalam negerinya.
ADVERTISEMENT
"Masalah tujuan apa yang akan digunakan Hagia Sophia adalah masalah hak-hak kedaulatan Turki," ungkap Erdogan.
Erdogan mengumumkan Hagia Sophia akan dibuka kembali sebagai masjid pada 24 Juli, ditandai dengan salat Jumat berjemaah.
Hagia Sophia, Turki Foto: Shutter stock
Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai katedral Kristen saat Kekaisaran Romawi Timur, tetapi diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada 1453. Kemudian diubah menjadi museum pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk, pendiri sekularisasi Turki modern pada 1930-an.
Sebagai magnet bagi wisatawan di seluruh dunia, Hagia Sophia telah menarik 3,8 juta wisatawan pada 2019.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Saksikan video menarik di bawah ini.