Wisata Bersih Diprediksi Akan Jadi Tren Setelah Pandemi COVID-19

21 Januari 2021 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi room atendant saat membersihkan kamar hotel Foto: Dok. Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi room atendant saat membersihkan kamar hotel Foto: Dok. Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Wisata bersih akan menjadi tren dalam industri pariwisata setelah pandemi COVID-19, di mana aspek hygiene atau kebersihan akan menjadi perhatian para wisatawan. Hal itu diucapkan oleh Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Afdhal Aliasar, dalam diskusi "Memicu Lifestyle Halal Menuju Indonesia sebagai Negara Rujukan Pusat Halal Dunia".
ADVERTISEMENT
Afdhal mengatakan bahwa setelah kemunculan pandemi COVID-19, wisatawan akan mencari hotel yang mengutamakan aspek hygiene. Kebersihan tempat penginapan menjadi pertimbangan utama ketika wisatawan memilih hotel.
"Travelers akan mencari hotel yang mengutamakan aspek hygiene, jadi lebih bersih itu lebih yang dicari," ujar Afdhal.
Ilustrasi room atendant saat membersihkan kamar hotel Foto: Dok. Kemenparekraf
Selain itu, Afdhal melihat pelancong juga akan lebih memilih untuk bepergian ke tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal atau tempat wisata yang bisa diakses dengan kendaraan pribadi. Sehingga, wisata lokal menjadi lebih menarik minat pelancong.
"Travelers lebih mencari kalau pun naik pesawat tapi tidak jauh-jauh, itu akan menjadi sangat penting. Mereka tidak ingin terlalu jauh untuk terbang, karena risiko terkontaminasi dalam pesawat meningkat kalau seandainya penerbangan jarak jauh, panjang, jadi local tourism menjadi perhatian," kata Afdhal.
ADVERTISEMENT
Pandemi juga mendorong preferensi untuk aktivitas outdoor lebih diminati. Jika sebelumnya berwisata yang sifatnya massal banyak dilakukan, kini berwisata lebih banyak dilakukan oleh grup kecil.
"Inilah yang tetap menghidupkan pariwisata kita, dan paling tentu protokol kesehatan, bagaimana hygiene, safety diterapkan dengan baik dalam kegiatan halal traveling," Afdhal menjelaskan.
Ilustrasi kamar hotel Foto: Shutter Stock
Untuk menjamin keamanan dalam berwisata, Kementerian Pariwisata juga telah mengimbau hotel dan restoran untuk menerapkan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability). Selain itu, menurut Afdhal, penerapan protokol kesehatan saat berwisata di tengah pandemi harus dilakukan dengan digitalisasi.
Pemanfaatan digital oleh para pelaku usaha dirasa penting, sebab masyarakat kini telah melek digital dan penetrasi internet berkembang saat pandemi.
"Kalau dulu digital itu pilihan, kalau sekarang adalah mandatori (keharusan)," kata Afdhal.
ADVERTISEMENT

Halal lifestyle

Berkaitan dengan gaya hidup halal (halal lifestyle), Afdhal mengatakan, selain digitalisasi, kolaborasi antara hotel, transportasi, hingga makanan, dan keuangan adalah hal penting lainnya.
"Halal lifestyle tidak hanya berbicara kita pergi ke suatu daerah berwisata dan kita tetap menerapkan kegiatan-kegiatan secara halal, tapi juga melakukan transaksi chaneling yang ada di dalam Islamic finance. Kita usahakan supaya uangnya tidak lagi lari ke dalam ekosistem keuangan konvensional, tetapi lari ke dalam ekosistem keuangan syariah," tutur Afdhal.
"Kalau bicara halal lifestyle akan lari ke mana, akan menuju digital halal lifestyle yang paling konkret implementasinya ke depan," lanjutnya.
Secara lebih luas, Afdhal melihat lifestyle halal di Indonesia berkembang ke sejumlah bidang, mulai dari makanan, media, content creative, pendidikan, kesehatan, tourism, traveling, cosmetics, healthcare, juga digital financing.
Ilustrasi wisatawan Malaysia. Foto: Shutter Stock
Indonesia, menurut Afdhal, sudah menjadi bagian yang penting diperhitungkan oleh dunia berpengaruh terhadap kegiatan Muslim traveler di dunia. Ia menyebut, bahwa pada 2019 Indonesia sempat mendapat ranking 1 sebagai Global Muslim Travel Index. Predikat tersebut didampingi oleh Malaysia yang juga negara ramah wisatawan Muslim.
ADVERTISEMENT
"Kita terakhir, Global Muslim Travel Index kita ranking 1 bersama dengan Malaysia itu 2019, di 2020 belum ada report, tapi data terakhir dari Global Islamic Economy Report spending di Muslim traveler itu tetap besar," ujar Afdhal.
"Karena manusia itu tidak hanya butuh bekerja, tidak hanya butuh berkegiatan, mereka juga butuh kegiatan berwisata, tapi bagaimana itu menyesuaikan perkembangan zaman khususnya pandemi COVID-19," pungkasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).