Wisata Macao: Sejarah atau Kuliner?

18 Oktober 2019 14:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Senado Square, Alun-alun Kota Macao. Foto: Macao Government Tourism Office
zoom-in-whitePerbesar
com-Senado Square, Alun-alun Kota Macao. Foto: Macao Government Tourism Office
ADVERTISEMENT
Mosaik batu dekoratif menutupi permukaan Senado Square, Alun-alun Kota Macao. Bangunan neoklasik yang megah berwarna pastel, mengelilingi sisi-sisinya. Dari paling bawah hingga paling atas, Senado Square memberi nuansa pemandangan nan elok yang membuatmu merasa berada di Eropa alih-alih di Asia.
ADVERTISEMENT
Bangunan neoklasik megah berwarna pastel ini, secara umum, tersebar di penjuru Macao. Senado Square, walau yang terbaik, bukan satu-satunya tempat untuk menikmati peninggalan sejarah yang terawat dengan apik. Kebanyakan bangunan itu sekarang adalah bagian dari Historic Centre of Macao, gugus yang pada 2005 dinobatkan UNESCO menjadi World Heritage Site.
Macao, di mana budaya Timur benar-benar bertemu dengan budaya Barat, memiliki banyak peninggalan sejarah dalam wujud arsitekturnya.
Yang sekilas pandang terlihat bergaya arsitektur Portugis pada nyatanya adalah peleburan kompleks antara gaya bangunan, teknik, dan material Portugis dan Cina.
Arsitektur “mediterrasian” banyak pula contohnya, termasuk Ruins of St. Paul’s — salah satu tujuan wisata paling ramai pengunjung di Macao. Bagian muka yang tersisa dari gereja ini bertingkat empat terlihat megah dan menjadi gereja terbesar di asia timur pada jamannya yaitu sekitar abad ke-16.
com-Ruins of St. Paul's, salah satu tujuan wisata paling populer di Macao. Foto: Shutterstock
Bahkan, tempat tinggal Cina pun menyerap pengaruh budaya luar. Mandarin’s House, kompleks perumahan yang dulunya adalah kediaman leluhur Zheng Guanying, berhias lengkungan bergaya Eropa di mana panel jendelanya bergaya India.
ADVERTISEMENT
“Dengan jalan-jalan bersejarah serta perumahan dan bangunan keagamaan maupun publik bergaya Portugis dan Cina, pusat Macao menyajikan kesaksian pertemuan pengaruh gaya, budaya, arsitektur, dan teknologi Timur dan Barat,” tulis UNESCO mengenai penobatan Historic Centre of Macao sebagai World Heritage Site.
Masa administrasi Portugis yang berlangsung selama ratusan tahun di Macao meninggalkan perbauran budaya yang terwujud dalam setiap aspek kehidupan — termasuk makanan.
Macao dinobatkan UNESCO sebagai Creative City of Gastronomy, makanan adalah bagian tak terpisahkan dari budayanya. Dan makanan Macao adalah definisi kreativitas itu sendiri berkat asal-usul Eropa-Asia yang unik. Kamu boleh menyebutnya fusion food, namun bahkan sebelum istilah itu menjadi tren kuliner global, sudah ada Macanese cuisine: fusion food pertama di dunia, fusion food orisinil.
ADVERTISEMENT
Semuanya bermula pada tahun 1557, ketika pelaut Portugis mendirikan pelabuhan perdagangan di Macao. Mereka kemudian menetap dan membawa serta bahan dan bumbu serta cara masak yang tidak umum di Macao.
Bahan dan bumbu yang tidak umum di Macao termasuk rempah-rempah yang dikumpulkan sepanjang perjalanan laut Portugis di garis pantai Afrika, India, dan Asia Tenggara. Teknik masak yang tidak umum di Macao termasuk membakar dan memanggang. Ketika keduanya bertemu dengan pengaruh teknik memasak Cina, terutama Kanton, hasil akhirnya adalah Macanese cuisine.
com-African Chicken, salah satu Macanese cuisine paling populer. Foto: Macao Government Tourism Office
African chicken, contoh klasik Macanese cuisine, adalah hasil terjemahan dapur Macao terhadap kari ayam. Diciptakan oleh juru masak setempat pada 1940-an menggunakan bumbu-bumbu yang didapatnya dari perjalanan ke Afrika, African chicken kini menjadi hidangan andalan rumah makan lokal.
ADVERTISEMENT
Hidangan khas masyhur lainnya adalah Minchi, contoh terbaik comfort food Macao dengan irisan daging cincang dan kentang yang dipotong dadu yang ditumis dengan bawang dan dibumbui saus Worcestershire kemudian dihidangkan dengan telur dadar dan sepiring nasi panas. Makanan rumahan favorit, Minchi tak sukar ditemukan di restoran-restoran Macao.
Berbicara mengenai pencuci mulut, egg tart rajanya. Kue ini bahkan sudah menjadi ikon kuliner khas Macao sejak diperkenalkan oleh penemunya Andrew Stow di tahun 1989. Kue yang tekstur luarnya garing dan lembut di dalam ini rasanya cenderung manis.
Jika kamu bertanya-tanya kenapa ketiganya dan Macanese cuisine lain tidak begitu terkenal di Indonesia, jawabannya adalah karena “memang begitu adanya”. Pada era globalisasi ini kebanyakan hidangan telah dikenal di luar batas wilayah negaranya sendiri, namun Macanese cuisine pada hakekatnya tetap makanan eksklusif Macao. Cara terbaik menikmatinya, seperti cara terbaik menikmati peninggalan sejarah dalam bentuk bangunan, adalah dengan cara yang otentik: di Macao.
ADVERTISEMENT
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Macao Government Tourism Office