3 Etika Menjalani Side Hustle Agar Tidak Mengganggu Pekerjaan Utama

16 Februari 2021 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perempuan Menjalani Side Hustle. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan Menjalani Side Hustle. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Keinginan untuk mengembangkan diri dan kebutuhan yang semakin bertambah menuntut banyak perempuan untuk melakukan hal baru. Salah satunya adalah menjalani side hustle.
ADVERTISEMENT
Side hustle adalah kegiatan atau pekerjaan sampingan yang dilakukan sesuai minat. Selain bisa menghasilkan uang tambahan, side hustle juga bertujuan untuk memenuhi kepuasan pribadi dan membentuk nilai baru dengan harapan apa yang mereka lakukan bisa membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah.
Side hustle yang dilakukan bisa berbagai macam. Tak hanya bergabung dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM) atau juga sekarang dipopulerkan dengan nama social network marketing, membangun bisnis makanan rumahan, berjualan baju, aktif dalam kegiatan sosial. Selain itu, membangun startup hingga volunteering juga merupakan bagian dari side hustle selama itu dilakukan di sela-sela waktu pekerjaan utama.
Bagi Anda yang tertarik ingin menjalani side hustle, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan agar pekerjaan utama tidak terganggu. Untuk lebih tahu lengkapnya, kumparanWOMAN telah melakukan wawancara dengan Andrew Nugraha Patty, Associate Manager dari Kalibrr, platform rekrutmen berbasis AI dan penyedia layanan employer branding. Simak selengkapnya berikut ini.
ADVERTISEMENT

1. Memeriksa kontrak kerja

Ilustrasi mengecek kontrak kerja sebelum menjalani side hustle. Foto: Shutterstock
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kontrak kerja. Dalam bekerja, tentu kita memiliki kontrak atau perjanjian kerja yang diberikan di awal. Nah, sebelum memutuskan menjalani side hustle, baca ulang kontrak kerja Anda.
"Untuk mengurangi risiko negatif, sebaiknya cek kontrak kerja. Apakah di dalam peraturan itu tertulis tidak memperbolehkan karyawan untuk side hustling atau tidak. Kalau ada, kita harus memikirkan dengan baik apa yang akan dilakukan," pungkas Andrew.
Ia menjelaskan, kita memiliki dua pilihan. Pertama tetap menjalani side hustle secara diam-diam, atau bertanya pada pihak perusahaan mengenai detail peraturan tersebut seperti apa dan kalau memang tidak diperbolehkan, kita harus mematuhi aturan yang ada.

2. Terbuka dengan atasan dan tim

Bicara terbuka dengan atasan dan tim saat akan melakukan side hustle. Foto: Shutterstock
Menurut Andrew, kalau di perusahaan tempat kita bekerja tidak memiliki aturan resmi soal pekerjaan sampingan, kita tetap harus memberi tahu atasan dan tim kerja. Dengan begitu, kita akan mendapatkan dukungan penuh dan kalau kita berhasil menjalani side hustle tanpa mengurangi performa pekerjaan utama, tentu kita akan mendapat poin plus.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah dikasih tahu, tentu mereka akan memperhatikan kinerja kita dengan lebih detail. Nah, kalau performa tidak menurun selama menjalani side hustle, value kita di mata atasan dan perusahaan akan bertambah. Artinya, kita bisa dianggap lebih mumpuni karena bisa mengerjakan pekerjaan utama dengan baik dan side hustle tetap jalan," ungkap Andrew.

3. Punya komitmen yang kuat

Ilustrasi perempuan melakukan side hustle. Foto: Dok. Freepik
Selain itu, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah kesadaran diri kita sendiri terhadap kewajiban yang menjadi tanggung jawab kita. Nah, dalam hal ini komitmen menjadi kunci utamanya. Dalam menjalani side hustle, komitmen yang dibutuhkan juga tidak main-main. Sebab kita harus rela mengurangi waktu istirahat untuk mengerjakan pekerjaan sampingan ini. Jika komitmen yang dimiliki tidak kuat, maka kita bisa mengalami kesulitan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Jadi yang pertama tegaskan pada diri sendiri bahwa kita berkomitmen mengerjakan pekerjaan utama sampai selesai. Setelah itu baru menjalani side hustle. Kedua, pastikan saat menjalani side hustle kita juga tidak setengah-setengah agar pengorbanan dan usaha yang dilakukan tidak sia-sia.