3 Tahapan Kehidupan yang Memengaruhi Kesehatan Otak Perempuan

27 September 2021 13:32 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tahapan kehidupan yang memengaruhi kesehatan otak perempuan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tahapan kehidupan yang memengaruhi kesehatan otak perempuan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, tahukah kalian bahwa angka kejadian Alzheimer pada perempuan ternyata jauh lebih banyak daripada laki-laki? Menurut sebuah publikasi dari Dr Aoife Kiely, Research Communications Officer di Alzheimer's Society pada 2018, jumlah perempuan yang mengalami demensia melebihi jumlah laki-laki di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Sebuah laporan dari Alzheimer's Disease International (ADI) ternyata juga mengungkapkan hal serupa, yakni prevalensi demensia juga lebih tinggi pada perempuan ketimbang laki-laki dan gejala yang mereka alami lebih parah.
Menurut sebuah publikasi dari neuroscientist asal Amerika Serikat (AS), Lisa Mosconi, Ph.D. di Mind Body Green, alasan di balik fenomena ini tidak sepenuhnya dipahami. Namun, faktor kesehatan hormonal kemungkinan berkaitan erat dengan kesehatan otak.
Kesehatan hormonal sangat penting untuk kesehatan otak di segala usia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun, perempuan dihadapkan dengan tahap reproduksi dalam kehidupan mereka, yakni pubertas, kehamilan, dan perimenopause. Menurut Lisa, hal ini ternyata memengaruhi otak perempuan dengan cara yang unik.
Tahapan kehidupan tersebut sekaligus menjadi momen penting bagi perempuan untuk merawat kesehatan otak. Nah, berikut ini beberapa kiat merawat kesehatan otak bagi perempuan.
ADVERTISEMENT

1. Masa pubertas

Ilustrasi menstruasi. Foto: Shutter Stock
Apa yang terjadi pada otak selama masa pubertas? Lisa menyatakan bahwa selama masa pubertas, hormon diprogram untuk mengatur fungsi tertentu dalam tubuh dan otak. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of American Academy of Child & Adolescent Psychiatry menyebutkan bahwa perubahan hormonal yang terjadi selama masa pubertas dapat meningkatkan risiko timbulnya dan bertahannya gejala depresi pada perempuan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa depresi dan kecemasan mungkin terkait dengan peningkatan risiko Alzheimer, sehingga mengurangi kejadian depresi melalui deteksi dan penanganan dini sangat berharga bagi kehidupan perempuan di setiap tingkatan.
Lantas, bagaimana melindungi otak selama masa pubertas? Bagi perempuan yang mengalami pubertas, sangat penting untuknya mendapatkan kondisi fisik dan sosial yang turut mengoptimalkan kesehatan otaknya, seperti nutrisi yang tepat, olahraga, serta lingkungan yang aman dan stabil.
ADVERTISEMENT
Paparan polusi udara, racun yang tertelan, dan produk yang dapat mengganggu produksi estrogen, seperti kosmetik, dapat berdampak buruk bagi kesehatan perempuan di tahapan ini. Selain itu, penting untuk memastikan perempuan tidur cukup selama masa pubertas. Tidur sangat penting untuk meningkatkan kemampuan memori, mengurangi stres, dan mendukung sistem kekebalan tubuh. Olahraga juga penting, serta menjauhi obat-obatan terlarang dan alkohol.

2. Kehamilan

Ilustrasi perempuan hamil. Foto: Shutter Stock
Ketika hamil, seluruh tubuh perempuan, termasuk otak, akan mengalami lonjakan hormon yang sangat besar. Namun, hal ini akan menurun setelah bayi lahir. Banyak perempuan juga mengalami pregnancy brain yang menunjukkan gejala fungsi kognitif menurun, demikian juga fungsi memorI dan fungsi eksekutif otak atau kemampuan perencanaan.
Dalam beberapa hal, kehamilan menyerupai masa pubertas karena otak terkena gelombang besar hormon sebagai persiapan untuk melahirkan.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana menjaga kesehatan otak selama kehamilan? Di masa ini, perempuan perlu memastikan bahwa mereka tidur cukup, berolahraga, dan mengonsumsi makanan sehat. Lisa merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral, lemak sehat seperti minyak zaitun dan ikan, protein, dan sayuran hijau sebagai sumber serat.
Lisa juga menyarankan untuk menghindari makanan olahan, gula, dan terlalu banyak garam. Jenis makanan ini juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat, kelelahan, dan bahkan berisiko terkena tekanan darah tinggi.

3. Perimenopause

Ilustrasi perimenopause. Foto: Shutterstock
Perimenopause merupakan masa transisi untuk memasuki periode menopause. Kondisi ini umumnya dimulai sejak usia 30 hingga 40 tahun. Otak perempuan di masa perimenopause tampaknya lebih sensitif terhadap penuaan hormonal. Baik tubuh dan otak mengalami perubahan dalam produksi estrogen, yang pada gilirannya juga memengaruhi otak.
ADVERTISEMENT
Banyak perempuan yang mengalami perimenopause mengalami penurunan fungsi otak. Dalam jangka pendek, hal ini memicu hot flashes dan kelelahan. Dalam jangka panjang, hal ini kemungkinan membuat otak perempuan lebih rentan mengalami Alzheimer.
Lantas, bagaimana melindungi otak selama perimenopause? Lisa merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan bergizi. Perempuan juga harus meminimalkan konsumsi alkohol, menghindari merokok, tidur berkualitas, dan mengurangi stres. Semua hal ini penting dilakukan, karena bila tidak dapat menurunkan hormon estrogen. Penelitian juga menunjukkan latihan aerobik dapat membantu meningkatkan fungsi kognisi pada otak.