Untitled Image

3 Wirausaha Perempuan Inspiratif yang Berdayakan Perempuan Melalui Usaha Mereka

4 Februari 2021 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan yang saling membantu. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan yang saling membantu. Foto: Shutterstock
Dari luar, mungkin kita melihat dunia profesional sudah ramah pada perempuan. Ya, sepertinya sudah tidak ada lagi perbedaan hak dan perlakuan berdasarkan gender di dunia kerja. Namun, apakah benar demikian?
Pada kenyataannya, perempuan masih dihadapkan pada berbagai tantangan di dunia kerja, salah satunya tantangan saat akan memulai dan membesarkan usaha. Berbagai stereotipe negatif kerap terlontar, yang membuat mereka tidak percaya diri dan akhirnya memiliki gerak lebih terbatas dalam menjalankan dan membesarkan usahanya.
Padahal siapa saja, termasuk perempuan juga punya hak untuk menentukan pilihan, termasuk memilih untuk menjadi pengusaha. Bahkan kini, sudah banyak perempuan yang turut andil dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Data Bank Indonesia menyebutkan bahwa total Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tahun 2018 mencapai 57,83 juta dengan lebih dari 60 persen dikelola oleh perempuan (Jumlah pelaku UMKM perempuan di Indonesia mencapai 37 juta). Itu artinya, perempuan semakin memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian negara, salah satunya adalah melalui sektor UMKM.
Melihat kondisi tersebut, sebetulnya masih perlu banyak dukungan untuk para perempuan wirausaha. Karenanya, UN Women mengadakan pelatihan WeRise “Accessing the Right Finance and Becoming Women’s Empowerment Champions” yang digelar secara virtual pada 9-11 Desember 2020.
Tak hanya sarana meningkatkan akses dan kemampuan para perempuan wirausaha dalam mengakses pendanaan untuk mengembangkan usaha, pelatihan ini juga bertujuan memotivasi perempuan wirausaha untuk mengambil langkah nyata sebagai Duta Pemberdayaan Perempuan dalam usaha. Artinya, mendorong mereka untuk mulai melakukan inisiatif-inisiatif yang memberdayakan perempuan baik di tempat bekerja/berusaha, di dalam rantai pasokannya maupun perempuan di komunitas mereka.
Berkolaborasi dengan ukmindonesia.id, pelatihan ini melibatkan perempuan wirausaha dari berbagai wilayah di Indonesia yang telah melalui proses seleksi. Berikut adalah cerita dari 3 sosok perempuan inspiratif yang telah menyelesaikan pelatihan WeRise yang telah melakukan beberapa upaya untuk memberdayakan perempuan dan kini terinspirasi untuk melakukan lebih banyak lagi inisiatif pemberdayaan perempuan melalui usaha mereka. Siapa saja?
Yulia Angelina Kurniawan, Wayo Strawberry, Yogyakarta
Yulia Angelina Kurniawan. Dok. Istimewa
WAYO Strawberry merupakan sebuah refleksi perjalanan panjang dari sang founder, Yulia Angelina Kurniawan, Ang. Siapa sangka, sebelum terjun ke dunia bisnis, Yulia dulunya adalah seorang perempuan karir yang sempat bekerja di media hingga resto di Yogyakarta. Saat bekerja dalam manajemen resto, dari situlah Yulia mendapatkan ide untuk berbisnis sambil bekerja. Ia membuat yoghurt dengan topping strawberry segar.
Selama bekerja di resto dan menjalani bisnis yoghurt kecil-kecilan, banyak ilmu yang kemudian dipelajari dan menjadi modal penting dalam proses pembuatan usahanya. Tak hanya itu, pengalaman masa kecil di Garut dan Bandung juga membuatnya banyak berinteraksi dengan petani strawberry. Dari situlah, Yulia pun punya banyak relasi dengan para petani strawberry.
Berbekal pengalaman yang dimiliki, WAYO Strawberry pun didirikan pada tahun 2016. Nama WAYO diambil dari singkatan Warung Yoghurt. Bisnis yang ia jalankan adalah menyuplai strawberry lantaran saat itu belum banyak supplier buah tersebut di Yogyakarta.
Dua tahun memasarkan bisnis dari rumah ke rumah, akhirnya WAYO Strawberry pun mendapat permintaan dari business to business (B2B) untuk menyuplai aneka buah dan sayur lainnya. Meski begitu, market dari usaha ini tidak dibatasi. Tak hanya untuk B2B, pasar rumah tangga atau end-user pun tetap dilayani. Bahkan banyak dari yang tadinya konsumen end-user, akhirnya ikut membuka usaha perseorangan dan WAYO Strawberry juga kini digunakan sebagai media promosi untuk usaha para konsumennya.
Kepada kumparan, Yulia bercerita bahwa selama perjalanan membangun WAYO Strawberry —yang kini memiliki satu kios di Jalan Suryodiningratan 32, Mantrijeron, Yogyakarta— punya banyak tantangan yang ia harus hadapi. Ia pernah menerima celetukan bernada miring dari konsumen atau pedagang buah lainnya, seperti: “Kok kurirnya perempuan?” “Apakah betul pemilik usaha buah ini perempuan?”
Menanggapi hal tersebut, Yulia berusaha menunjukkan sikap profesional dan tetap memberikan pelayanan terbaik, untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi pedagang buah yang handal.
Yulia bersama pedagang buah perempuan. Dok. Istimewa
“Masih sangat dipandang sebelah mata kalau pelaku usahanya adalah perempuan. Tapi saya tetap menunjukkan sikap profesional dengan selalu menerima kritik dan menjelaskan dengan baik jika ada pelanggan yang komplain. Itu menjadi salah satu cara untuk menunjukkan bahwa perempuan justru memiliki kemampuan komunikasi yang baik,” kata Yulia saat dihubungi kumparan, Selasa (26/1).
Yulia saat diwawancarai kumparan, Selasa (26/1).
Meski pernah dipandang sebelah mata hanya karena ia perempuan, ia pun tak ambil pusing dan tetap fokus dengan bisnisnya. Kini ia pun telah berhasil membesarkan skala usahanya dengan mendirikan kios dan melayani penjualan buah dan sayur online dan offline di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Tak hanya itu saja, Yulia pun turut memberdayakan perempuan lain melalui usahanya.
Yulia bersama pekerja perempuan lainnya. Dok. Istimewa.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen WAYO Strawberry, Yulia mengambil stok buah dan sayur dari beragam pemasok, termasuk dari Paguyuban Pedagang Beringharjo yang anggotanya merupakan para perempuan dan si mbah pedagang pasar di Pasar Beringharjo dan pasar lainnya yang ada di Yogyakarta.
Yuria bersama pegadang sayur perempuan. Dok. Istimewa.
Di tengah kondisi pandemi COVID-19, penjualan para perempuan pedagang pasar tradisional turun drastis seiring dengan berkurangnya jumlah pengunjung pasar. Dengan bekerja sama langsung dengan pedagang tradisional, Yulia membantu menyalurkan buah dan sayur kepada konsumennya serta membantu meminimalisir kerugian dari para pedagang pasar. Model paguyuban juga membuat pendapatan terdistribusi merata kepada semua anggota paguyuban, karena ketika supply dari satu pedagang habis, Yulia akan otomatis mendapatkan pasokan dari pedagang lainnya.
Kios buah dan sayur Wayo Strawberry. Dok Istimewa.
Bagi para pengusaha perempuan Indonesia, Yulia berpesan bahwa tak ada batasan baik laki-laki maupun perempuan untuk berusaha. Hal terpenting dalam memulai usaha adalah niat, keberanian, dan kemauan untuk belajar.Yang juga tak kalah penting adalah menemukan keunikan usaha dan bersedia menerima kritik dan saran dari orang lain.

Yuria Ekalitani, Bosteak, Cilacap

Yuria Ekalitani. Dok. Istimewa.
Tak terlintas di benak Yuria untuk menjadi seorang pengusaha. Ya, awalnya Yuria adalah seorang relawan bencana. Hidupnya ia dedikasikan untuk membantu sesama. Namun sejak menikah—dengan pasangan yang seorang relawan juga— dan mengandung, Yuria mulai berpikir untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Waktu hamil, saya ngidam steak Kanada karena saat itu saya pernah mencoba steak tersebut ketika dapat beasiswa short course di Kanada. Tapi saya dan suami enggak punya uang. Singkat cerita, saya ketemuan sama teman yang kebetulan bisa masak steak ala Kanada dengan rempah asli Indonesia. Dari situlah saya dapat resepnya untuk buka usaha agar dapat tambahan dana,” cerita Yuria kepada kumparan, Selasa (26/1).
Yuria saat diwawancarai kumparan, Selasa (26/1).
Kondisi perekonomian keluarga yang sulit membuat Yuria terdorong mendirikan usaha Bosteak pada tahun 2015. Berbekal modal minim, Yuria memulai usahanya dengan sistem pre-order di media sosial, yang kala itu belum sepopuler sekarang.
“Saat itu modal saya satu-satunya untuk berjualan hanya smartphone.Karena belum ada ojek online, jadi saya dan suami yang antar sendiri jika ada pesanan,” lanjutnya.
Jerih payah Yuria berbuah manis ketika ia akhirnya berhasil mengumpulkan modal untuk mendirikan restoran. Sambil mempersiapkan pembukaan restoran, ia kemudian memikirkan ulang motivasinya mendirikan usaha. Teringat pengalamannya yang pernah merasakan kesulitan keuangan saat sedang hamil, ia merasa terpanggil untuk memberdayakan perempuan marginal yang seringkali kesulitan mendapat pekerjaan, seperti perempuan tamatan SD/SMP, single parent, dan penyandang disabilitas. Dengan tanggung jawab besar yang mereka pikul sebagai tulang punggung keluarga, Yuria percaya bahwa kesempatan harus diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan.
Yuria memperkerjakan 100% perempuan di restorannya. Dok. Istimewa.
“Saya seorang perempuan, seorang ibu, dan pernah ada di kondisi kesulitan ekonomi. Jadi saya ingin usaha saya bisa memberikan lapangan pekerjaan dan mendorong kesejahteraan, khususnya bagi perempuan. Ketika mereka mendapat kesempatan kerja, tentu kehidupan mereka akan jadi lebih dinamis," kata Yuria.
Momen kebersamaan Yuria bersama para karyawannya sedang bertukar kado. Dok. Istimewa.
Kini, restoran Bosteak telah berhasil mempekerjakan 100% pekerja perempuan dan mengambil pasokan dari supplier yang juga 100% perempuan.
Tak hanya itu, Yuria juga menyediakan ruangan khusus bagi pekerja perempuan untuk menyusui atau menitipkan anaknya pada saat bekerja.
Ruangan penitipan anak di restoran Yuria. Dok. Istimewa.
“Saya ingin perempuan Indonesia, khususnya karyawan-karyawan saya, menjadi pribadi yang dapat membuktikan bahwa mereka berpotensi. Karena itu, saya juga adakan tes saat rekrutmen seperti tes psikologi, kompetensi, dan skill. Pastinya mereka harus punya kriteria khusus, yaitu jujur dan bisa kejar target,” paparnya.
“Latar belakang pendidikan karyawan (ijazah) bukan yang terpenting. Bagi saya, berbisnis tidak selalu tentang profit atau uang, tapi bagaimana bisnis saya berdampak positif ke lingkungan. Saya pikir orang yang profesional dan berpengalaman tentu akan punya peluang lebih besar di luar sana. Tapi siapa yang bisa memberi tempat untuk perempuan, penyandang disabilitas, janda, dan anak muda potensial yang tidak berpendidikan tinggi? Saya percaya semua orang bisa belajar, karena itulah saya memberi kesempatan bagi mereka,” lanjutnya.
Ketika pandemi COVID-19 datang dan membatasi operasional restorannya, Yuria mengganti strategi dengan menjual frozen steak yang melayani pengiriman ke berbagai lokasi. Perlahan-lahan ia membangun lini usaha baru ini hingga berhasil mengantongi sertifikasi dari BPOM dan kini sedang mengurus sertifikasi halal dari MUI.
Yuria sangat bersyukur karena kondisi sulit tersebut mampu membawanya keluar zona nyaman dan berinovasi untuk terus mengembangkan bisnis agar ia bisa terus memberdayakan para perempuan. Bagi para perempuan wirausaha lainnya, Yuria berpesan bahwa tidak ada batasan bagi perempuan untuk hanya mengurus rumah tangga. Perempuan juga bisa membangun dan mengurus bisnis yang membantu sesama.

Irene Setiawati, Maharani Craft dan Manika Jewellery

Irene Setiawati. Dok. Istimewa.
Irene merupakan generasi kedua yang meneruskan usaha Maharani Craft dan Manika Jewellery —yang sebelumnya bernama Maharani Silver— di Bali. Maharani Craft berfokus pada pada pembuatan elemen dekoratif interior berbahan kerang dan batu dalam balutan tembaga secara handmade. Sedangkan Manika Jewellery fokus pada produk-produk perhiasan handmade dipadukan dengan batu alam lokal Indonesia yang tidak dipoles, tapi tetap terlihat kecantikan dan keindahannya.
Diakui Irene, tidak mudah meneruskan usaha yang sudah berjalan selama puluhan tahun. Diawali dengan kerja paruh waktu di perusahaan keluarganya sendiri, Irene kemudian mempelajari berbagai aspek wirausaha mulai dari pengetahuan manajemen, hingga persyaratan ekspor seperti audit dan compliance.
Sebagai seorang single parent, Irene mengaku harus berjuang ekstra untuk membagi waktu antara mengurus anak dan mengurus usaha. Baginya, anak adalah semangat terbesar Irene dalam melakoni perannya sebagai ibu dan pengusaha. Dengan bekerja, ia bisa memberikan pendidikan terbaik dan mendukung anak semata wayangnya untuk menggapai cita-cita.
Berangkat dari kondisi tersebut, Irene pun berkomitmen untuk membantu sesama yang membutuhkan sembari turut serta memberdayakan perempuan. Bagi Irene, berbisnis tak hanya soal keuntungan semata. Karenanya dalam berbisnis, Irene menerapkan prinsip fair trade.
Fair Trade adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha untuk membantu produsen (pengrajin, petani, nelayan, dan lain sebagainya) yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang adil, kondisi tempat kerja yang layak, bantuan teknis, program sosial, kesetaraan, transparansi, prinsip saling percaya, dan komitmen menjaga lingkungan.
Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar baru di antara negara-negara berkembang, sementara di sisi yang lain menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal.
“Jadi prinsip fair trade yang saya terapkan lebih dari sekedar jual-beli, tapi juga membuat supplier jadi lebih sejahtera dengan memberikan tambahan keterampilan, desain dan alat, serta bantuan sehingga pengrajin dapat mengembangkan usahanya,” kata Irene.
Selain menerapkan prinsip fair trade, melalui usahanya Irene juga berkomitmen membantu komunitas dan memberdayakan para pengrajin perempuan.
Komunitas Sahabat Tuli misalnya, diberdayakan Irene untuk lebih produktif secara ekonomi dengan diberikan pesanan untuk membuat box packaging bagi perhiasan yang dijual Manika Jewellery. Ketika usahanya kebanjiran pesanan, Irene juga mengajak para perempuan lokal di sekitar daerah tempat produksinya untuk membantu proses pengemasan sehingga ia dapat memenuhi order tepat waktu.
Selain itu, Irene juga memberdayakan para pengrajin perempuan dengan menjalin kerja sama dengan UMKM yang dimiliki perempuan seperti Ayu Windy Tenun Ikat Buleleng dan d’Tanbi Handmade Malang. Melalui Irene, mereka mendapat kesempatan untuk belajar agar dapat mengembangkan produk dan dan memperluas pangsa pasarnya.
Momen kebersamaan Irene bersama perempuan lainnya. Dok. Istimewa.
Meski berbisnis bukan hal yang mudah, kemauan untuk belajar dan membantu sesama akan berdampak positif pada usaha. “Jadi pebisnis perempuan memang tidak mudah. Tapi apabila yakin dengan tujuan dan ikuti proses, mudah-mudahan bisa jadi perempuan pengusaha yang sukses dan bisa menggandeng yang lain. Jangan hanya diri sendiri sukses, tapi juga bisa menggandeng perempuan lain,” tutup Irene.
Yulia, Yuria, dan Irene adalah tiga perempuan yang telah mengambil langkah untuk pemberdayaan perempuan. Dengan kapasitas mereka masing-masing, mereka mempraktikkan upaya pemberdayaan perempuan dalam usaha mereka. Tak hanya itu, mereka juga berjasa dalam menyokong perekonomian bangsa melalui usahanya.
Yuk, mari dukung perempuan wirausaha di sekitar kita!
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan UN WOMEN
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten