4 Fakta Penyakit Lupus yang Sering Menyerang Perempuan, Kamu Perlu Tahu!

10 Mei 2021 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penyakit lupus yang menyerang sendi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyakit lupus yang menyerang sendi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Penyakit lupus merupakan salah satu dari banyaknya penyakit autoimun yang menyerang manusia terutama perempuan di usia produktif. Sayangnya, penyakit ini seringkali tak terlihat karena kurangnya edukasi masyarakat Indonesia tentang lupus.
ADVERTISEMENT
Padahal, penyakit ini cukup berbahaya dan bisa saja merenggut nyawa pengidapnya. Bahkan hingga kini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit lupus. Pengobatan yang dijalani oleh pengidapnya pun hanya untuk mencegah agar lupus tidak merusak organ tubuh yang lain.
Nah, Ladies, tepat di tanggal 10 Mei ini, seluruh dunia tengah memperingati Hari Lupus Sedunia. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran orang tentang penyakit lupus ini. Dengan begitu, besar harapan agar pemikiran tentang penyakit lupus yang tidak berbahaya menjadi berkurang.
Oleh karena itu, kumparanWOMAN telah merangkum beberapa fakta tentang penyakit lupus yang perlu kamu ketahui. Simak di bawah ini, Ladies!

1. Disebut penyakit 1000 wajah

Ilustrasi penyakit lupus. Foto: Shutterstock
Penyakit lupus sering juga disebut sebagai penyakit 1000 wajah karena kemisteriusannya. Menurut dr. Sandra Langow SpPD-KR, Internis Konsultan Reumatologis Siloam Lippo Village, para odapus (orang dengan lupus) memiliki gejalanya masing-masing saat pertama kali mengetahui dirinya terkena penyakit lupus.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja odapus A merasakan gejala seperti nyeri pada sendi, namun belum tentu odapus B merasakan hal yang sama. Meski demikian, adapun gejala yang kebanyakan dirasakan oleh para odapus adalah demam, bercak kemerahan, rambut rontok, ataupun sariawan berulang kali.
"Gejala awal yang hampir selalu ada pada pasien lupus adalah nyeri sendi, rambut rontok, sariawan berulang, demam berkepanjangan, gangguan darah, dan bercak kulit di wajah," jelas dr. Sandra pada kumparanWOMAN pada Sabtu (9/5)

2. Ruam seperti kupu-kupu

Mengutip Healthline, butterfly rash merupakan ruam kemerahan di batang hidung yang melebar hingga kedua pipi dan memiliki bentuk seperti kupu-kupu. Kondisi tersebut akan muncul di awal gejala dan ketika odapus mengalami flare (kambuh kembali). Itulah sebabnya lupus diwakili dengan simbol kupu-kupu yang menandakan ciri khas odapus itu sendiri.
ADVERTISEMENT

3. Sering dialami perempuan usia produktif

Ilustrasi perempuan produktif bisa terserang lupus. Foto: Shutter Stock
Penyebab dari lupus itu sendiri memang belum ditemukan, namun terdapat faktor hormon yang menyebabkan perempuan memiliki kemungkinan terbesar mengidapnya. Bahkan data yang dimuat oleh WebMD, menunjukkan bahwa setidaknya 9 dari 10 odapus di dunia merupakan perempuan. Faktor tersebut berasal dari hormon estrogen pada perempuan.
Hormon estrogen sendiri merupakan hormon yang berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan karakteristik seksual perempuan saat proses reproduksi. Selain itu, hormon ini juga dikenal sebagai immuno-enhancing yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

4. Belum bisa disembuhkan

Lupus belum bisa disembuhkan. Foto: Shutter Stock
Semenjak ditemukannya lupus di tahun 400 SM hingga kini, belum dapat ditemukan obat yang pasti untuk menyembuhkannya. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk ke dalam penyakit kronis yang bisa merenggut nyawa pengidapnya.
ADVERTISEMENT
Pengobatan yang dilakukan oleh sang odapus-nya sendiri dimaksudkan untuk mencegah terjadinya flare ataupun kerusakan pada organ lain. Maka itu, pengidap lupus tidak boleh melewatkan rutinitasnya untuk meminum obat.
dr. Sandra sendiri juga mengingatkan kepada para odapus untuk tidak melewatkan mengkonsumsi obat. Selain itu, diperlukan juga perubahan ke pola hidup yang lebih baik agar tubuh tidak merasa kelelahan.
"Jangan lupa mengontrol diri dan tidak putus obat. Pola hidup sehat juga perlu dijalankan, makan dan diiringi olahraga yang seimbang," jelasnya kembali.
Penulis: Johanna Aprillia