4 Stigma yang Sering Dihadapi Perempuan Terkait Kondisi Kulit

22 Juli 2022 16:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan sedang memperhatikan bekas jerawat. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan sedang memperhatikan bekas jerawat. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi atau masalah kulit merupakan salah satu hal yang kerap dialami banyak perempuan. Berbagai jenis kondisi dan permasalahan kulit yang sering muncul adalah dari jerawat, bekas jerawat, psoriasis, stretch marks, pori-pori besar, hingga bekas luka.
ADVERTISEMENT
Tak jarang, permasalahan atau kondisi kulit tersebut hadir bersama beban psikologis tersendiri. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh standar kecantikan yang ada tengah di masyarakat, sehingga perempuan yang memiliki kondisi kulit tertentu dianggap tidak memenuhi “kriteria cantik.” Selain itu, dalam wawancara bersama kumparanWOMAN beberapa waktu lalu, psikolog Dian Ibung menyebutkan bahwa fenomena ini terjadi karena hal pertama yang dilihat pada tubuh orang lain justru fisik.
“Begini, deh. Buku saja yang pertama dilihat itu cover. Meskipun semua orang bilang enggak boleh judge buku dari cover-nya, tetapi tetap saja, itu jadi sesuatu yang memang begitulah adanya [di masyarakat],” ucap Dian pada Mei lalu.
Akhirnya, banyak stigma yang timbul terhadap perempuan dengan permasalahan kulit. Stigma ini jugalah yang bisa berujung pada kepercayaan diri dan penurunan kualitas kesehatan mental seseorang, menurut studi ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS One.
ADVERTISEMENT
Nah, Ladies, apa saja stigma yang biasa dialami oleh perempuan akibat kondisi kulit yang dialaminya? Simak daftar yang telah dirangkum oleh kumparanWOMAN berikut ini, ya.

1. Stigma: Jika berjerawat, berarti dia abai dalam menjaga kesehatan dan kebersihan

Ilustrasi jerawat pada perempuan. Foto: Boyloso/Shuttersock
Salah satu stigma yang paling banyak beredar adalah jika perempuan berjerawat, tandanya dia abai dalam menjaga kesehatan dan kebersihannya. Ini dibuktikan dalam sebuah penelitian oleh Brigitte Dreno yang dipublikasikan di jurnal Dermatol Ther pada 2016 lalu. Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa survei menunjukkan, penampilan bekas jerawat di kulit mencerminkan pengabaian penderitanya terhadap kesehatan, kebiasaan perawatan kulit, dan penampilan.
Selain itu, salah satu mitos yang beredar di masyarakat adalah jerawat sudah dipastikan disebabkan oleh kulit kotor. Dilansir Cosmopolitan, padahal pertumbuhan jerawat adalah proses yang melibatkan banyak faktor, termasuk kondisi hormon, kelenjar minyak, serta bakteri P. acnes yang memang sudah ada di kulit.
ADVERTISEMENT

2. Stigma: Psoriasis mengerikan dan bisa menular ke orang lain

Ilustrasi perempuan mengalami psoriasis. Foto: Shutter Stock
Psoriasis menjadi salah satu kondisi kulit yang paling banyak menerima stigma, Ladies. Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang mempercepat siklus hidup sel-sel kulit, sehingga membuat sel kulit tumbuh dan menumpuk dengan cepat di permukaan kulit. Ini menyebabkan terjadinya kondisi kulit tampak kemerahan dan bersisik yang terasa gatal atau nyeri.
Dilansir Reuters, para penderita psoriasis sering kali dihadapkan dengan orang-orang yang tidak ingin bersalaman atau berdekatan, karena kondisi kulitnya dianggap menular. Padahal, psoriasis bukan penyakit kulit menular.
“Pasien dengan psoriasis sering kali mengekspresikan frustrasi mereka, dengan mengatakan bahwa mereka mengalami diskriminasi di ruang publik dan lingkungan kerja. Pasien-pasien saya mengatakan, mereka diminta untuk tidak ikut berenang di kolam renang umum, mereka malu pergi ke salon, hingga mereka dipecat dari pekerjaan yang mengharuskan mereka berinteraksi dengan masyarakat,” ujar peneliti di University of Pennsylvania, Dr Joel Gelfand, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT

3. Stigma: Perempuan dengan bekas jerawat tidak menarik dan juga tidak bahagia

Ilustrasi bekas jerawat Foto: Shutterstock
Stigma lainnya yang beredar mengenai perempuan dengan bekas jerawat adalah mereka dianggap kurang menarik. Ini diungkap dalam penelitian mengenai stigma dan stereotipe terhadap penderita bekas jerawat, yang dipublikasikan dalam jurnal Dermatol Ther pada 2016.
“Jika dibandingkan dengan potret-potret orang yang tidak punya bekas jerawat, orang yang memiliki bekas jerawat cenderung dianggap kurang menarik, kurang percaya diri, kurang bahagia, kurang sehat, dan kurang sukses. Mereka lebih cenderung dianggap rendah diri dan pemalu,” demikian dikutip dari penelitian oleh Brigitte Dreno dkk tersebut.
Padahal, tidak selalu orang yang memiliki masalah kulit itu tidak bahagia dan menarik, Ladies. Sebab, ada banyak faktor lainnya dalam diri perempuan yang menentukan kebahagiaan serta daya tariknya.
ADVERTISEMENT

4. Stigma: Stretch marks bisa dicegah dan tidak seharusnya ada di kulit

ilustrasi stretch mark Foto: Shutterstock
Dikutip dari The Cut, hingga saat ini masih belum diketahui mengapa stretch marks menjadi suatu kondisi kulit yang kerap distigmatisasi. Dalam mesin pencarian online saja, kata kunci “Cara Menghilangkan Stretch Marks” atau “Cara Mencegah Terjadinya Stretch Marks” itu selalu populer, sehingga artinya, stigma bahwa stretch marks bisa dicegah dan tidak seharusnya ada di kulit sudah beredar luas di masyarakat.
Padahal, stretch marks, terutama pada ibu hamil yang baru melahirkan, adalah kondisi kulit yang normal terjadi. Dilansir The Cut, studi mengungkapkan bahwa 90 persen perempuan hamil, 70 persen remaja perempuan, dan 40 persen remaja laki-laki akan memiliki stretch marks di tubuh mereka.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat, Ladies, bahwa masalah kulit yang dialami oleh perempuan bukanlah sebuah aib yang harus diberi stigma buruk. Ada kalanya, kondisi kulit tersebut adalah hal yang normal terjadi, seperti stretch marks; dan hal yang perlu diobati tanpa perlu merasa malu, seperti jerawat. Kita perlu menerapkan skin positivity dan mencintai kulit kita sendiri, apa pun kondisinya.
Nah, Ladies, stigma soal kondisi kulit mana saja yang pernah kamu alami sendiri?