5 Fakta Madeleine Albright, Menlu Perempuan Pertama AS yang Meninggal di Usia 84

26 Maret 2022 14:37 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 Fakta Madeleine Albright, Menlu Perempuan Pertama AS yang Meninggal di Usia 84. Foto: William Philpott/AFP
zoom-in-whitePerbesar
5 Fakta Madeleine Albright, Menlu Perempuan Pertama AS yang Meninggal di Usia 84. Foto: William Philpott/AFP
ADVERTISEMENT
Kabar duka datang dari ranah politik Amerika Serikat. Mantan Menteri Luar Negeri perempuan pertama di AS, Madeleine Albright meninggal dunia. Ia mengembuskan napas terakhir di usia 84 tahun pada Rabu (23/3). Pengumuman ini disampaikan oleh pihak keluarganya lewat Twitter @madeleine.
ADVERTISEMENT
“Dengan kesedihan mendalam kami mengumumkan bahwa Dr. Madeleine K. Albright, Menteri Luar Negeri ke-64 dan perempuan pertama yang menyandang gelar tersebut, telah meninggal dunia hari ini,” begitu pernyataan resmi pihak keluarga Madeleine dalam cuitan di Twitter.
Menurut laporan Reuters, Madeleine meninggal dunia karena kanker. Dalam keterangannya disebutkan bahwa ia pergi dengan tenang dikelilingi oleh orang-orang tercinta dan keluarga.
Nama Madeleine Albright sendiri mungkin sudah tidak asing bagi kamu yang aktif memantau dunia politik dan isu feminisme di AS. Madeleine dikenal sebagai ikon feminisme yang punya gagasan kuat, ia juga dianggap sebagai diplomat tangguh yang tak pantang mundur.
Oleh karena itu, untuk mengenang kepergian Madeleine Albright dan mengetahui lebih detail tentang dirinya, kumparanWOMAN telah merangkum sejumlah fakta. Dilansir berbagai sumber, simak selengkapnya berikut ini.
ADVERTISEMENT

1. Seorang mantan pengungsi yang jadi Menlu perempuan pertama AS

Sebelum berkarier di dunia politik, Madeleine Albright adalah mantan pengungsi yang melarikan diri dari Nazi yang menyerang Praha, Cekoslowakia. Ia dan keluarganya pindah ke Inggris pada 1939 ketika dirinya masih berusia dua tahun.
Selama tinggal di Inggris, perempuan bernama asli Marie Jana Korbelová ini menjadi salah satu anak yang ditampilkan dalam film dokumenter yang dirancang untuk menggugah simpati masyarakat terhadap pengungsi perang di London.
Mantan Duta Besar PBB Madeleine Albright (depan) dilantik sebagai Menteri Luar Negeri AS di Gedung Putih di Washington, AS, pada 23 Januari 1997. Foto: JOYCE NALTCHAYAN / AF
Singkat cerita, karier politiknya bermula pada 1972. Ia menjadi duta besar AS untuk PBB pada 1993-1997 di masa pemerintahan Bill Clinton. Kemudian pada 1997 sampai 2001, Madeleine ditunjuk Presiden AS ketika itu Bill Clinton untuk menduduki posisi Menteri Luar Negeri. Ia adalah perempuan pertama yang menjabat posisi tersebut di AS. Sejak itu, ia dikenal sebagai perempuan yang berani dan tangguh.
ADVERTISEMENT
Presiden AS saat ini, Joe Biden, mengatakan bahwa Madeleine adalah perempuan yang kuat dan selalu berhasil mendobrak batasan. "Madeleine Albright adalah sebuah kekuatan. Dia menentang aturan dan mendobrak batasan, lagi dan lagi," ungkap Joe Biden seperti dikutip dari Reuters.

2. Jadi diplomat yang tangguh

Sebagai seorang diplomat, Madeleine Albright adalah sosok yang tangguh dan berani bersuara. Ia pernah membuat marah kepala Pentagon dengan bertanya mengapa militer mempertahankan lebih dari 1 juta anggota militer bersenjata kalau mereka tak pernah ditugaskan.
Ia juga dikenal sebagai perempuan yang blak-blakan. Ketika terjadi peristiwa genting pada 1996, saat jet tempur Kuba menjatuhkan dua pesawat tak bersenjata asal AS, ia mengatakan kalau itu adalah tindakan pengecut. Selama masa perang, Madeleine mengambil keputusan-keputusan yang berani.
Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada 20 Agustus 1998. Foto: Luke Frazza/AFP
Saat tentara Serbia Bosnia menyerbu tiga daerah Muslim di Srebrenica, Gorazde, dan Zepa pada 1995, dan membantai lebih dari 8.000 orang, AS bekerja sama dengan NATO dan melancarkan serangan udara. Kondisi tersebut kemudian membuat perang tersebut terpaksa harus diakhiri setelah tiga tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Pengalamannya sebagai pengungsi membuat Madeleine mendorong AS untuk menggunakan kekuatan adidaya mereka. Menurut James O'Brien yang dulu jadi penasihat senior Madeleine, ibu tiga anak ini menginginkan internasionalisme otot selama perang Bosnia.

3. Sosok feminis yang ikonis

Di akhir tahun '90-an, Madeleine menjadi ikon bagi para perempuan muda. Ia menginspirasi mereka dalam mencari kesempatan dan lebih didengar serta dihormati di tempat kerja.
Salah satu kutipannya yang paling terkenal adalah, "There's a special place in hell for women who don't help each other" atau "Ada tempat khusus di neraka bagi perempuan yang tidak saling membantu".
Mengutip Time, kata-kata itu sudah dilontarkan oleh Madeleine sejak lama. Tapi beberapa waktu lalu, tepatnya pada 2016, kutipan tersebut kembali viral karena ia menyampaikannya di pidato kampanye Hillary Clinton. Saat itu banyak yang merasa tersinggung, padahal Madeleine mengatakan kalimat tersebut untuk perempuan muda yang tidak mendukung Hillary.
ManMantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton (kiri) dan Madeleine Albright mendengarkan pembicara setelah Clinton menerima Penghargaan Hak Asasi Manusia Lantos 2013 saat upacara di Capitol Hill di Washington, AS, pada 6 Desember 2013. Foto: NICHOLAS KAMM / AFP
Tak lama setelah itu, kepada New York Times Madeleine mengakui kalau kampanye Hillary Clinton bukanlah momen yang tepat untuk menyampaikan kutipan terkenalnya itu.
ADVERTISEMENT
"Aku sangat meyakini apa yang aku katakan, kalau perempuan harus mendukung satu sama lain, tapi ini konteks dan waktunya kurang tepat untuk menggunakan kalimat tersebut. Aku tidak bermaksud berargumen bahwa perempuan harus mendukung kandidat tertentu hanya berdasarkan gender," ungkap Madeleine Albright seperti dikutip dari New York Times.

4. Memanfaatkan fashion sebagai pernyataan politik

ADVERTISEMENT
Sebagai perempuan yang bekerja di bidang yang didominasi laki-laki, tentu saja penampilan Madeleine Albright berbeda dengan rekan-rekan kerjanya yang lain. Ia kerap tampil pakai blouse, blazer, rok, atau gaun formal yang simpel yang dipadukan dengan bros atau aksesori lain. Tapi di balik itu, Madeleine kerap menyematkan pesan politik lewat penampilannya.
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Madeleine Albright mengangkat tangannya selama pemungutan suara Dewan Keamanan PBB di Bosnia-Herzegovina. Foto: TIMOTHY A. CLARI / AFP
Salah satu fashion items favoritnya adalah bros ular. Menurut Reuters, bros ular itu melambangkan pemimpin Irak Saddam Hussein yang pernah menyebutnya sebagai 'unparalleled serpent' atau ular yang tak tertandingi. Terkait penampilannya ini, Madeleine Albright pernah menulis satu buku khusus bertajuk Read My Pins (2009).
ADVERTISEMENT
Dalam buku tersebut Madeleine menjelaskan bahwa pin yang ia pakai merupakan alat diplomasi. Pin berbentuk balon atau bunga akan menandakan bahwa ia merasa optimis. Sedangkan pin kepiting atau kura-kura menunjukkan kalau ia merasa frustasi.

5. Kisah cintanya dengan pewaris New York Daily News

Dalam kehidupan pribadinya, Madeleine pernah menikah dengan pewaris media besar New York Daily News, Joseph Medill Patterson Albright. Keduanya bertemu ketika Madeleine bekerja sebagai jurnalis di Denver Post dan resmi menikah pada 1959. Madeleine dan Joseph dikaruniai tiga orang anak dan bercerai pada 1982 setelah menikah selama 23 tahun.
Di salah satu buku Madeleine yang dirilis pada 2003, Madame Secretary Excerpt, ia mengungkap bahwa Joseph menceraikan dirinya karena ingin menikah dengan perempuan lain. Hal ini terjadi setelah Madeleine melakukan riset untuk pekerjaannya di Polandia. Tak cuma bercerita tentang perceraiannya, Madeleine juga mempertanyakan hal yang mungkin dirasakan banyak perempuan dalam bukunya itu.
ADVERTISEMENT
Ia mempertanyakan tentang apakah seorang perempuan yang sudah menikah dengan tanggung jawab penuh sebagai ibu rumah tangga bisa menjadi pemain seperti dirinya di panggung dunia. Madeleine meyakini bahwa ia tak akan bisa jadi sosok hebat seperti sekarang kalau masih berada dalam sebuah pernikahan.
"Ketika aku menjadi menteri luar negeri, aku menyadari bahwa aku tidak akan pernah naik setinggi ini kalau masih menikah. Namun aku sangat sedih karena bercerai. Aku tahu bahwa pada saat itu, aku akan rela menyerahkan karier kalau itu bisa membuat Joe (sapaan untuk suaminya) berubah pikiran," ungkap Madeleine seperti dikutip dari The Guardian.
Dalam bukunya itu, Madeleine berpendapat bahwa perempuan lahir dengan anggapan bahwa jadi ibu dan istri itu adalah karier mereka. Hal itu yang membuatnya bertekad mengejar karier, tak fokus pada urusan rumah tangga untuk mengelola negosiasi perdamaian dunia.
ADVERTISEMENT