6 Tips Menghadapi Pasangan yang Memiliki Victim Mentality

14 Mei 2022 11:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: ART STOCK CREATIVE/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: ART STOCK CREATIVE/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, apakah pasanganmu sering kali merasa bahwa dirinya adalah korban ketika menghadapi masalah? Apakah ia kerap merasa bahwa apa pun yang ia lakukan selalu salah di mata orang lain? Jika ya, ada kemungkinan bahwa pasanganmu memiliki kecenderungan victim mentality.
ADVERTISEMENT
Apa itu victim mentality? Victim mentality atau mental korban adalah ketika seseorang merasa bahwa dunia ini memusuhi dirinya, semua orang merupakan penyebab dari masalah-masalah yang ia hadapi, selalu merasa bahwa orang lain berniat buruk padanya, serta selalu berpikiran negatif dan berprasangka buruk. Dalam kata lain, di dalam pikirannya, ia merupakan korban dari kehidupan di dunia yang kejam.
Menghadapi seseorang dengan kondisi seperti ini memang sangat menantang, Ladies. Sebab, ketika kamu mencoba untuk membantu, ia menolak; saat kamu mencoba untuk mencarikan solusi, ia sudah terlanjur pesimistis. Tentu saja, lama kelamaan, kamu akan kelelahan sendiri.
Kendati demikian, seseorang dengan victim mentality bukan berarti harus dimusuhi atau bahkan ditinggalkan. Dikutip dari Very Well Mind, seseorang dengan victim mentality bisa jadi pernah mengalami kejadian traumatis, yang menyebabkan dirinya membentuk sifat tersebut sebagai mekanisme untuk bertahan (coping mechanism).
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, jika kita memiliki pasangan yang memiliki victim mentality, kita harus bisa menghadapi dan menanganinya dengan penuh kesabaran. kumparanWOMAN telah merangkum tips yang bisa kamu terapkan, Ladies. Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Validasi perasaan yang ia rasakan

Ilustrasi pasangan. Foto: Shutter Stock
Dikutip dari Healthline, salah satu hal yang bisa kita lakukan ketika menghadapi pasangan yang selalu merasa seperti korban adalah dengan memvalidasi perasaan yang ia rasakan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sifat ini bisa jadi terbentuk akibat luka lama. Oleh karenanya, jika ia masih merasa sedih dan marah, yakinkan kepada dia bahwa seluruh perasaan yang dirasakannya adalah valid dan benar.
Hindari berkata, “Kamu hanya kecapekan,” atau “Semua perasaanmu hanya terjadi di kepalamu.” Menurut VeryWell Mind, kamu bisa mengatakan ini, “Aku sedih sekali melihatmu harus melewati semua ini. Jangan pernah lupa, aku akan selalu di sini untuk kamu jika kamu ingin bercerita.”
ADVERTISEMENT

2. Jadi pendengar yang baik, biarkan ia bercerita

Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: Suriyawut Suriya/Shutterstock
Dikutip dari VeryWell Mind, kamu bisa menolong dia dengan membiarkannya bercerita. Jangan potong cerita dia, biarkanlah ia mengungkapkan seluruh isi hatinya.
Dilansir Healthline, setelah mendengarnya bercerita, kamu harus berani mengatakan kepada dia beberapa tanda victim mentality yang terdapat pada dirinya. Contohnya, jelaskan secara lembut bahwa dalam menghadapi masalah, dia cenderung terus mengeluh tanpa introspeksi; dia cenderung menyalahkan orang lain; dan dia cenderung terus merasa bahwa hidupnya kosong dan tanpa harapan.
Dalam menghadapi pasangan dengan victim mentality, penting bagi kita untuk tidak “menyuapi” dia dengan label bahwa dia memang benar-benar victim. Sebab, hal tersebut justru membuat dia semakin percaya bahwa dia adalah korban.
ADVERTISEMENT

3. Berikan dukungan

Ilustrasi perempuan memberikan dukungan kepada pasangannya. Foto: Shutterstock
Setelah membantunya membuka mata soal victim mentality yang ia miliki, kamu harus memberikan dukungan. Dikutip dari Healthline, seseorang dengan victim mentality yang tidak disokong dukungan yang kuat serta afirmasi dari orang lain, akan lebih kesulitan dalam menanggulangi sifatnya tersebut.
Kamu bisa menjelaskan sifat dan karakteristik baik yang ada pada dirinya, menyorot prestasi dan pencapaian dia, serta mengingatkan dirinya bahwa kamu akan selalu ada dan mendukungnya. Jangan biarkan dia merasa kesepian dan sendirian dalam menghadapi masalah dalam hidupnya.
Kamu juga bisa meyakinkan dirinya untuk berbicara dengan ahli, seperti psikolog atau psikiater, jika dia memiliki trauma yang masih belum berhasil ia tanggulangi.

4. Jangan menanggapi mereka dengan emosi

Ilustrasi perempuan emosi terhadap pasangan yang memiliki victim mentality. Foto: Shutterstock
Pasangan yang memiliki victim mentality akan cenderung memiliki mindset negatif akan banyak hal. Karena merasa selalu menjadi korban, dia terkadang menolak untuk melakukan sesuatu untuk memperbaiki hidupnya, karena merasa akan langsung gagal. Nah, ketika solusi dan saranmu selalu ditolak, kamu kemungkinan merasa emosi.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai kamu menunjukkan amarahmu di hadapan si dia. Hadapi pasanganmu dengan penuh kesabaran, tetapi tetap tegas. Dikutip dari Psychology Today, kamu bisa berkata: “Hubungan kita sangatlah penting buatku, tetapi akan sulit bagi kita jika kamu terus menerus mengasihani dirimu sendiri. Aku hanya akan mendengarkan selama lima menit, kecuali kamu sudah sepenuhnya siap untuk mendiskusikan jalan keluar.”

5. Bantu mereka untuk mencari solusi lewat brainstorming

Ilustrasi pasangan melakukan brainstorming untuk mencari solusi. Foto: Shutterstock
Ketika kamu membantunya mencari solusi, jangan “suapi” dia dengan solusi yang kamu pikirkan sendiri. Dikutip dari Healthline, kamu bisa membantunya brainstorming dengan cara menanyakan pertanyaan-pertanyaan soal dirinya sendiri yang membuat dia mau berpikir.
Contohnya, ketika pasanganmu merasa semua perusahaan selalu menolak lamaran kerjanya, kamu bisa mengatakan ini: “Kamu pasti frustrasi, melihat lamaran-lamaranmu belum ada yang nyangkut di perusahaan. Nah, lebih baik kita brainstorming; bagaimana pekerjaan yang ideal bagimu?”
ADVERTISEMENT
Dari sana, kamu dan dia bisa mulai berdiskusi secara aktif dan mencari solusi bersama-sama, sehingga ia bisa merasa bahwa dia punya opsi untuk mengambil tanggung jawab dan kendali di hidupnya.

6. Pasang batasan, jangan biarkan dirimu berlarut-larut

Ilustrasi perempuan menjaga jarak. Foto: Shutter Stock
Satu hal yang harus kamu ingat adalah hidupmu adalah milikmu, dan masalah dia bukan masalahmu. Jangan biarkan dirimu berlarut-larut hingga kamu merasa bertanggung jawab untuk “memperbaiki” dirinya. Ingat, setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kehidupan masing-masing.
Pasang batasan yang jelas. Jika kamu memang sedang kelelahan dalam menghadapi pasangan dengan victim mentality, katakan padanya bahwa kamu sedang butuh istirahat. Kamu memiliki hak untuk menarik dirimu dari aura negatif.