7 Mitos Diet yang Berpengaruh pada Kesehatan Kulit

24 Oktober 2022 10:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
7 Mitos Diet yang Berpengaruh pada Kesehatan Kulit. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
7 Mitos Diet yang Berpengaruh pada Kesehatan Kulit. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ladies mungkin pernah bangun di pagi hari dengan masalah kulit dan mulai menyalahkan gorengan yang kamu makan semalam. Seiring dengan semakin banyaknya iklan suplemen atau minuman kolagen, kamu pun tergiur untuk mengonsumsinya agar dapat membersihkan kulit.
ADVERTISEMENT
Tidak cuma itu, kamu pun melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan tampilan kulit yang ideal. Namun, apakah semua usaha yang kamu lakukan terkait diet yang memengaruhi kesehatan kulit benar adanya? Faktanya, ahli kulit ungkap bahwa tidak semua kepercayaan yang beredar luas di masyarakat saat ini benar lho, Ladies.
Dikutip dari Insider, ada beberapa mitos seputar diet dan pengaruhnya terhadap kondisi kulit. Berikut tujuh mitosnya yang bisa kamu pertimbangkan kembali. Simak selengkapnya, ya, Ladies.

Mitos 1: kopi baik untuk kesehatan kulit

Ilustrasi Masker Kopi Foto: Dok. Shutterstock
Apakah kamu sempat berpikir bahwa menggunakan bahan alami seperti kopi dapat memperbaiki kondisi kulit? Jika ya, kamu perlu mempertimbangkan kembali karena hal ini merupakan mitos.
Dokter kulit asal Amerika Serikat (AS), Dr. Rhonda Klein pun mengatakan, “Kopi sendiri tidak berbahaya, namun memiliki sifat diuretik yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kulit kering,” ujar.
ADVERTISEMENT
Jadi, kamu tetap bisa menikmati kopi sebagai minuman di pagi hari secukupnya saja.

Mitos 2: serbuk kolagen akan memperbaiki kulit

Kini kolagen telah menjadi tren kecantikan dengan klaim memperbaiki kulit dan sederet manfaat lainnya. Kolagen yang tersedia dalam bentuk pil, minuman, dan perawatan topikal kerap dicari oleh orang-orang yang merasa kekurangan kolagen.
Meskipun kolagen memiliki manfaat, tapi mengonsumsinya tidak akan memengaruhi kulit secara langsung, Ladies. Menurut Rhonda, kolagen akan dicerna oleh sistem pencernaan dan manfaatnya sering kali tidak sampai ke kulit.

Mitos 3: cokelat menyebabkan kulit berjerawat

Ilustrasi perempuan makan cokelat. Foto: Shutterstock
Cokelat kerap dianggap menyebabkan kulit berjerawat. Namun, dokter kulit bersertifikat asal California, AS, Dr. Melanie Palm mengatakan, “Sebenarnya efek cokelat pada kulit tergantung dari sumber, bahan, dan jenis cokelatnya.”
ADVERTISEMENT
Dark chocolate atau cokelat hitam, misalnya, bisa punya manfaat positif untuk kulit dan kesehatan secara umum. “Cokelat hitam dengan kandungan lebih dari 70 persen kakao merupakan sumber antioksidan yang sangat baik, serta dapat berperan untuk melindungi kulit dan organ lainnya,” jelas Melanie.
Mitos cokelat menyebabkan jerawat kemungkinan berasal dari kandungan susu pada beberapa permen. Melanie mengungkapkan bahwa untuk beberapa pasien berjerawat, susu memang dapat memperburuk kondisinya.

Mitos 4: makanan berminyak dapat menyebabkan jerawat

Ilustrasi perempuan makan keripik. Foto: Halfbottle/Shutterstock
Ladies, makan makanan berminyak tidak selalu menyebabkan jerawat. Namun, sering terlibat dengan bahan yang berminyak bisa menyumbat pori-pori sehingga dapat menimbulkan jerawat.
Di samping itu, Melanie menjelaskan, “Makanan berminyak mungkin akan berinteraksi dengan bahan beracun yang digunakan saat menggoreng di mana dapat memicu peradangan yang tidak baik untuk kulit atau sistem organ lainnya.”
ADVERTISEMENT

Mitos 5: alpukat adalah bahan masker alami yang ampuh

Walaupun bahan alami seperti alpukat, jeruk, atau varian kacang-kacangan sering dianjurkan sebagai bahan utama masker atau skin care yang bisa dibuat di rumah, Melanie mengatakan bahwa saran tersebut tidak berlaku untuk semua orang.
Ilustrasi Alpukat. Foto: Shutterstock/J.chizhe
“Individu dengan alergi lateks dapat bereaksi kurang baik dengan masker alpukat, serta bahan lain seperti kacang, pisang, markisa, seledri, kentang, tomat, kiwi, atau persik,” pungkasnya. Mengaplikasikan bahan alami, seperti alpukat secara langsung (topikal) akan menyebabkan ruam, lecet, atau gejala lain seperti sesak napas.

Mitos 6: kale, kunyit, vitamin C, vitamin E, jinten dan produk alami lainnya dapat memperbaiki kulit

Produk dengan bahan alami dan bernutrisi seperti kale, kunyit, vitamin C, E, jinten sangat bagus bila dimasukkan dalam diet untuk menjaga kesehatan. Meskipun demikian, Dr. Richard Torbeck, dokter kulit bersertifikat asal New York, AS, menjelaskan tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan bahan alami tersebut dapat diserap di kulit yang memberikan efek.
ADVERTISEMENT
“Justru penggunaan topikal akan sulit membuat perubahan pada kulit karena ketidakmampuan bahan tersebut untuk menembus lapisan kulit,” jelas Richard. Produk seperti kunyit dan jinten malah punya efek samping yang tidak diinginkan, yaitu menyebabkan kulit berwarna kuning.

Mitos 7: membeli produk organik hanya membuang uang

Ilustrasi Skin Care Organik. Foto: Dok. Freepik
Produk organik baik untuk kulit karena punya residu herbisida (bahan kimia berbahaya) yang lebih sedikit dari bahan lainnya. Produk organik baik dalam makanan atau skin care juga akan lebih bermanfaat dan bergizi dibanding yang ditanam secara konvensional.
“Manfaat produk organik akan menyebar pada kulit kamu karena kaya akan kandungan antioksidan dalam makanan. Hal ini akan membuat oksidasi lebih sedikit dan membuat kulit kamu jadi lebih awet muda,” kata Dr. Anthony Youn, ahli bedah plastik asal AS.
ADVERTISEMENT
Jadi, itu tadi mitos-mitos yang sering beredar seputar diet yang dapat memengaruhi kondisi kulit. Sekarang, kamu bisa mencoba perawatan kulit terbaik dengan menghindari mitos tersebut, Ladies.